PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g92 Oktober hlm. 31
  • Sepucuk Surat untuk Ayah dan Ibu

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Sepucuk Surat untuk Ayah dan Ibu
  • Sedarlah!—1992
  • Bahan Terkait
  • Bagaimana Aku Bisa Lebih Mengenal Orang Tuaku?
    Sedarlah!—2009
  • Warisan Langka Seorang Kristen
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1993
  • Sewaktu Anak Berduka
    Sadarlah!—2017
  • Saya Bisa Berdamai dengan Allah dan Mama
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2015
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1992
g92 Oktober hlm. 31

Sepucuk Surat untuk Ayah dan Ibu

SEBERAPA pentingkah orang-tua yang baik? Surat berikut ini, dari seorang anak lelaki yang sudah dewasa kepada ayah dan ibunya, memperlihatkan nilainya:

”Ayah dan Ibu yang tercinta,

”Enam belas tahun telah berlalu sejak saya meninggalkan rumah, jadi mungkin kelihatannya agak aneh jika sekarang kalian mendapat surat seperti ini dari saya. Namun setelah mempertimbangkan banyak hal, saya merasa perlu untuk menulis ini. Bertahun-tahun yang lalu, sewaktu saya meninggalkan rumah, saya mengambil beberapa hal tanpa terlebih dahulu meminta izin kalian. Mungkin kalian sendiri bahkan tidak menyadarinya. Sebenarnya, saya begitu curang karena mengambil hal-hal yang saya bawa itu dan baru menyadarinya bertahun-tahun kemudian. Berikut ini, saya tuliskan hal-hal tersebut:

”Kasih akan apa yang benar: Oh, betapa ini telah melindungi saya!

”Kasih kepada orang-orang: Tua-muda, besar-kecil, warna kulit tidak menjadi soal. Yang di dalam batin, itu yang penting.

”Kejujuran: Apa yang menjadi milik saya, itulah milik saya, lebih baik bila dapat digunakan bersama orang-orang lain. Biarlah orang lain menikmati miliknya sendiri.

”Bersikap tegas: Dalam masa-masa yang paling sulit, ini telah membantu saya mengatasinya dengan berhasil.

”Kesabaran: Kalian begitu baik, pengasih, dan sabar terhadap saya. Kalian tidak pernah menyerah dalam mendidik saya.

”Disiplin: Kalian tidak pernah terlalu keras atau terlalu lunak. Namun saya tidak menyadari itu sebelumnya. Sudikah kalian memaafkan saya?

”Kemerdekaan: Kemerdekaan dari sakit hati yang dialami oleh begitu banyak anak yang sedang bertumbuh—sakit hati yang ditimbulkan oleh orang-tua yang suka menganiaya secara fisik, mental, dan emosi. Kalian selalu memikirkan yang terbaik bagi saya, dan kalian melindungi saya dari malapetaka. Saya tidak akan pernah melupakan apa yang telah kalian lakukan bagi saya.

”Mengasihi hal-hal kecil: Gunung, sungai, langit biru, mendaki gunung, berkemah. Kalian membuat hidup ini begitu menyenangkan. Kalian memang tidak ada duanya. Dan kalian tidak pernah merasa dibebani sedikit pun.

”Kewaspadaan: Jangan terlalu cepat percaya akan segala sesuatu yang kamu dengar. Tetapi, sekali kamu mempercayai itu, peganglah, tidak soal apa pun.

”Kebenaran dari Firman Allah: Yang terpenting dari segalanya. Inilah warisan saya. Tidak ada uang, kapal, rumah, atau harta yang sebanding dengannya. Itu akan memberikan saya yang paling penting—kehidupan kekal.

”Hal-hal di atas memang sukar ditentukan nilainya. Hal-hal itu tak ternilai. Saya sangat memanfaatkannya. Dan saya ingin terus menggunakannya jika saya tidak harus mengembalikannya. Saya ingin, jika kalian tidak keberatan, terus memberikannya kepada anak-anak lelaki saya yang masih kecil. Saya tahu hal-hal itu akan memberi manfaat bagi anak-anak saya sebagaimana hal-hal itu telah memberi manfaat bagi saya. Dan saya akan selalu memberi tahu mereka dari mana saya mendapatkan hal-hal itu—dari Kakek dan Nenek.

”Ananda,”

(Nama tidak dicantumkan atas permintaan.)

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan