PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w95 15/1 hlm. 3
  • Seberapa Berhargakah Kehidupan bagi Saudara?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Seberapa Berhargakah Kehidupan bagi Saudara?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
  • Bahan Terkait
  • Problem Sedunia
    Sedarlah!—2001
  • Bunuh Diri​—Tulah bagi Kaum Muda
    Sedarlah!—1998
  • Mengapa Mereka Mengakhiri Hidup?
    Sedarlah!—2001
  • Anda Dapat Memperoleh Bantuan
    Sedarlah!—2001
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
w95 15/1 hlm. 3

Seberapa Berhargakah Kehidupan bagi Saudara?

SEORANG remaja laki-laki menemui ajalnya dengan meloncat dari lantai delapan sebuah bangunan apartemen. Ia telah membaca sebuah buku yang menggambarkan bunuh diri dengan cara meloncat dari tempat yang tinggi sebagai sesuatu yang ”bebas dari rasa sakit atau kekhawatiran atau ketakutan; malahan, memberi perasaan nyaman”. Pengarang buku ini, yang diterbitkan di Jepang, menyatakan bahwa ia hanya menawarkan ”bunuh diri sebagai salah satu pilihan kehidupan”.

Orang-orang yang melakukan bunuh diri bukanlah satu-satunya orang yang memperlihatkan sikap tidak menghargai kehidupan dewasa ini. Pengemudi yang ugal-ugalan juga memperlihatkan sedikit sekali penghargaan akan kehidupan. Beberapa pengemudi bahkan mengendarai kendaraan selagi berada di bawah pengaruh alkohol, banyak orang melaju di jalan menuju kematian.

Orang-orang lain memperlihatkan betapa rendahnya penghargaan mereka akan kehidupan dengan menitikberatkan kesenangan. Para perokok tidak mau berhenti merokok, meskipun merokok dapat menyebabkan kematian dan pernah disebut sebagai bunuh diri perlahan-lahan. Sebaliknya daripada mempertahankan kemurnian dalam dunia yang gila seks ini, banyak orang mengejar haluan promiskuitas yang sering kali mengarah kepada kematian.

Bahkan tanpa menyadari hal itu, selama bertahun-tahun beberapa orang menggunakan kehidupan mereka dengan makan dan minum berlebihan, kurang berolahraga, dan mengejar kesenangan. Shinya Nishimaru, seorang pengarang berbangsa Jepang memperingatkan, ”Kebiasaan makan yang tidak terkendali mengganggu fungsi fisiologis, dan pengejaran habis-habisan akan kenyamanan serta kesenangan mengikis vitalitas orang-orang.” Beberapa orang mengikuti pandangan orang-orang pada zaman dahulu yang mengatakan, ”Marilah kita makan dan minum, karena besok kita akan mati.”​—Yesaya 22:13; 1 Korintus 15:32.

Ya, sikap tidak menghargai kehidupan begitu merajalela dewasa ini. Karena itu, patut untuk ditanyakan, Seberapa berhargakah kehidupan bagi saudara? Bagaimanapun juga, haruskah kehidupan dijaga dengan segala cara? Dan apakah ada sesuatu yang lebih berharga daripada kehidupan kita sekarang ini?

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan