PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g82_No5 hlm. 21-31
  • ”Umurmu Tinggal Lima Hari Lagi”

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • ”Umurmu Tinggal Lima Hari Lagi”
  • Sedarlah!—1982 (No. 5)
  • Bahan Terkait
  • Darah
    Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
  • Melindungi Anak-Anak Saudara terhadap Penyalahgunaan Darah
    Pelayanan Kerajaan Kita—1992
  • Menyelamatkan Kehidupan Saudara dengan Darah​—Cara Bagaimana?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Respek yang Saleh terhadap Kehidupan dan Darah
    Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1982 (No. 5)
g82_No5 hlm. 21-31

”Umurmu Tinggal Lima Hari Lagi”

Pelajaran yang diperoleh dari suatu tragedi

PADA hari Sabtu siang itu Wilson Rojas, seorang operator alat-alat berat di suatu negara Amerika Tengah, dan pembantunya memasuki sebuah gudang yang dapat dipindah-pindahkan untuk menyimpan alat-alat yang dipakai hari itu. Wilson sudah mau pulang ke rumah, ditunggu oleh istrinya, Klarissa, dan putrinya berumur tiga tahun, Iriabeth.

Namun, karena suatu sebab yang sampai sekarang tidak diketahui, pada saat itu kira-kira 200 bahan peledak, 100 batang dinamit, 50 liter bensin dan tiga tabung gas karbid meledak secara beruntun. Pembantu Wilson tewas seketika. Wilson terlempar keluar melalui dinding gudang dan jatuh, tidak sadar, kira-kira delapan meter dari tempat itu.

Inilah awal suatu ujian berat bagi keluarga Rojas. Wilson dan Klarissa menceritakan kepada kita apa yang terjadi.

Klarissa: Kira-kira pukul 3.00 siang itu mertuaku datang. Ia mendengar tentang adanya ledakan dan menguatirkan sesuatu yang jauh lebih buruk telah terjadi, tetapi berusaha untuk tidak membuatku terlalu takut. Aku segera menelepon rumah sakit, tetapi mereka hanya dapat memastikan adanya ledakan.

Akhirnya, kira-kira pukul 4.00 sore, seorang teman menelepon dari rumah sakit dengan berita yang mengejutkan: “Wilson luka parah, dan keadaannya kritis. Saat ini mereka sedang berusaha menyelamatkan kehidupannya. Kalau ia hidup, mereka mungkin harus memotong lengan kanannya dan kaki kirinya.”

Ketika aku akhirnya diijinkan untuk melihat Wilson, ternyata ia berada antara hidup dan mati. Gumpalan-gumpalan daging terkoyak karena ledakan itu dan apa yang masih tinggal hangus terbakar. Gas karbid yang dihirup menghanguskan mulut, tenggorokan dan paru-parunya. Separuh tubuhnya yang kena ledakan dilubangi oleh ratusan kepingan logam. Wajahnya tidak dapat dikenali. Dokter-dokter tidak memberikan aku harapan bahwa ia akan hidup.

Wilson: Sejak saat pintu gudang tertutup, aku tidak ingat apa-apa sampai aku sadar di rumah sakit delapan hari kemudian. Aku tenggelam dalam keputusasaan ketika aku tahu betapa serius keadaanku. Satu mata, satu telinga, satu lengan dan satu kaki sudah tidak berfungsi lagi. Aku tidak dapat makan, dan hanya dapat berbicara dengan mengeluarkan bisikan serak dan dengan usaha yang besar sekali. Aku masih hidup karena diberi makan melalui pembuluh darah.

Tidak lama setelah aku sadar kembali, seorang perawat datang ke samping tempat tidurku dan secara rutin mulai memasang alat-alat untuk transfusi darah. Ketika aku menjelaskan bahwa aku tidak dapat menerima pengobatan sedemikian, ia memanggil dokter yang menangani kasusku. Mula-mula ia mencoba membujuk aku, dengan mengatakan: “Satu-satunya cara untuk menyelamatkan kehidupan anda hanya melalui transfusi darah. Kadar darah anda sangat rendah.”

Aku ingin sekali menjelaskan kepadanya mengapa aku tidak dapat menerima darah sebagai bentuk pengobatan. Banyak ayat Alkitab timbul dalam pikiranku, seperti Kisah 5:28, 29, yang memperlihatkan agar orang-orang Kristen menjauhkan diri dari darah.

“Aku tidak berminat kepada kepercayaan anda atau cara berpikir anda,“ kata dokter itu. Ia menjadi makin marah, dan melanjutkan: “Aku juga tidak berminat kepada sikap anda yang fanatik maupun gagasan-gagasan anda yang bodoh. Jangan coba berbicara kepadaku lagi karena aku tidak mungkin percaya. Aku berminat untuk menyelamatkan kehidupanmu. Jika anda menolak transfusi darah, maka aku akan menghentikan pengobatan ini. Aku tidak akan mempedulikanmu lagi. Selain itu, aku akan melaporkan tentang dirimu ke tata usaha rumah sakit, yang berarti bahwa tidak ada dokter lain yang akan menangani kasusmu.”

Ketika ia berbalik untuk pergi, aku mengerahkan tenaga agar ia dapat mendengarku, “Tetapi dokter, tunggu sebentar. Saya dengar ada suatu pengobatan istimewa yang menggunakan zat-zat besi pembentuk darah. Dokter lain menganjurkan hal itu kepadaku. Apakah hal itu tidak akan membantu aku?”

“Di sini kami berbuat menurut apa yang dikatakan dokter-dokter, bukan apa yang dikatakan pasien,” jawabnya. “Bagaimanapun juga, umur anda hanya tinggal lima hari lagi. Peduli apa jika anda tidak mau diselamatkan? Jika anda ingin mati sebagai seorang fanatik, itu urusan anda!” Ia segera berbalik dan pergi.

Klarissa: Keadaan Wilson demikian gawatnya sehingga ia dipindahkan ke salah satu rumah sakit yang lebih besar dan lebih baik peralatannya di ibu kota. Luka-luka bakarnya mulai sembuh secara lambat; kini ia sadar dan bisa hidup terus delapan hari sejak kecelakaan itu. Maka aku pikir mungkin ada harapan. Namun, tidak lama setelah aku masuk ke ruangan itu pada hari kedelapan, seorang perawat memanggilku. Tiga dokter dan kepala perawat ingin berbicara kepadaku.

“Ny. Rojas, kami ada problem. Suami anda sangat membutuhkan transfusi darah, karena ia kehilangan banyak darah. Jumlah sel-sel darah merahnya sangat rendah. Tetapi, ia menolak. Tentu, kami tahu bahwa, karena ia sedang sekarat, ia mungkin tidak menyadari apa yang dikatakannya. Jadi kami ingin agar anda memberi izin untuk transfusi darah.”

Perasaan dingin yang beku melanda diriku, tetapi aku dapat menjawab dengan segera. “Aku tidak dapat memberi izin untuk pengobatan yang tidak dikehendaki suamiku, karena aku menghormati keputusannya. Keputusan kami tidak didasarkan atas fanatisme yang buta, tetapi, sebaliknya, atas pelajaran Alkitab.”

Tetapi dokter yang menangani kasus itu memukul meja dengan tangan yang dikepalkan dan menyatakan: “Tidak ada gunanya membicarakan hal ini lebih lanjut. Biarkan dia mati, jika itu yang kalian berdua inginkan. Ia tidak mati dalam ledakan, tetapi ia toh akan mati karena kehilangan darah. Umurnya tinggal lima hari lagi, itu saja.” Setelah itu, ia meninggalkan ruangan. Dokter yang lain memandang aku dan mengatakan: “Satu-satunya alasan mengapa kami tidak menyuruh suamimu pulang hanya karena ia sampah manusia, terlalu kritis untuk dipindahkan.“

Ketika aku keluar dari ruangan itu aku merasa direndahkan. Tetapi yang paling menyedihkan dari segalanya, aku tidak diizinkan untuk menjelaskan mengapa, sebagai Saksi-Saksi Yehuwa, kami begitu teguh dalam keputusan kami untuk menghindari penggunaan darah sebagai pengobatan. Selanjutnya, tidak seorang pun menyebutkan mengenai suatu pengobatan lain, dan aku bahkan juga tidak diizinkan memberi saran apapun. Semua nampaknya benar-benar tidak ada harapan. Tidak ada yang dapat dilakukan kecuali menunggu Wilson meninggal, lima hari lagi.

Setelah aku menandatangani pernyataan yang membebaskan rumah sakit dari semua tanggung jawab atas kasus Wilson, semua pengobatan kecuali penggantian pembalut secara rutin, dihentikan. Ia dipindahkan ke suatu tempat tidur yang terpencil. Ketika ia mengerti apa yang terjadi, ia menyuruhku mendekat kepadanya supaya aku dapat mendengamya. Dengan suara yang hampir tidak dapat terdengar, ia mengatakan kepadaku: “Aku tidak ingin menyelamatkan kehidupanku untuk susunan perkara ini. Aku merasa berat sekali meninggalkanmu dan Iriabeth sendiri, tetapi kita mempunyai harapan kebangkitan dan kita akan bertemu kembali dalam Susunan Baru.” Kami berdua berdoa dalam hati.

Wilson: Semua orang nampaknya tahu bahwa akulah pasien yang tidak mau menerima darah dan yang hanya akan hidup lima hari lagi.

Aku ingat benar bagaimana seorang perawat muda selama lebih dari satu jam berusaha meyakinkan aku bahwa mereka semua sangat memperhatikan kepentinganku. Ia mengatakan: “Dengan sedikit darah saja anda dapat menyelamatkan diri. Jika anda mau, aku dapat kembali sekitar tengah malam dengan transfusi itu apabila semuanya telah tidur. Tidak seorang pun akan tahu bahwa anda telah menerima darah. Bagaimana? Setuju?”

“Anda membuang waktu saja karena aku tidak akan menerimanya.”

“Ya, pikirkan hal itu baik-baik, karena anda akan mati di sini juga. Aku akan kembali besok.”

Keesokan harinya dua orang dokter yang ramah mengunjungi aku, nampaknya secara sambil lalu saja. Setelah berbicara tentang hal-hal umum, mereka bertanya mengenai kepercayaanku sehubungan dengan transfusi darah. Meskipun aku hampir tidak dapat berbicara, aku berhasil menerangkan kepada mereka pandangan Allah berkenaan darah.

“Yang paling baik yang dapat anda lakukan adalah melupakan gagasan bodoh itu,” jawab mereka. “Darah akan memberimu kehidupan. Lihatlah, semboyan kami ialah ’Berikan kehidupan,’ dan kami jamin bahwa darah yang akan kami berikan kepada anda tidak akan merugikan anda.”

Bahkan lebih sulit lagi permohonan emosionil yang dibuat oleh Eduardo, pasien di sebelahku. Setelah hari ketiga dari lima hari itu berlalu, Eduardo memohon dengan sangat, “Anda hanya akan hidup dua hari lagi dan aku dapat melihat bahwa anda benar-benar akan mati!”

“Allah telah memberi kita harapan kebangkitan, Eduardo. Jika aku harus mati untuk mendukung prinsip-prinsip Allah, maka aku bangga berbuat demikian.”

Mungkin saat-saat yang paling berat bagiku adalah malam-malam yang panjang, dengan rasa sakit dan tak dapat tidur. Dalam satu hal rasa sakit yang hebat membantuku. Aku sangat kesakitan sehingga tidak dapat memusatkan pikiran pada hal-hal yang mengerikan tentang kematian atau untuk merasa kecil hati. Sendirian, dan menghadapi fakta bahwa tidak seorang pun benar-benar berpikir bahwa aku akan hidup, aku belajar bersandar pada Allah Yehuwa, dengan cara yang belum pernah kulakukan. Aku berdoa lebih lama, sungguh-sungguh “bercakap-cakap” dengan Allah. Aku merasa makin lama makin dekat kepadaNya hari demi hari. Ini, dan ini sajalah, yang mendukung aku secara emosi, rohani dan bahkan jasmani.

Klarissa: Hari kelima yang ditakutkan itu tiba dan berlalu, seraya Wilson merasa agak lebih baik dari pada sebelumnya. Karena semua pengobatan rumah sakit dihentikan, keluargaku dan aku mulai mengobatinya sendiri. Kami memberinya makanan yang mengandung protein tinggi dan memberikan pengobatan dengan zat pembentuk darah yang sebelumnya pernah dianjurkan seorang dokter kepada Wilson. Secara lambat, lambat sekali, kemudian lebih cepat, ia mulai menjadi baik. Segera kelihatan kepada semua orang bahwa Wilson sama sekali tidak akan mati!

Tidak lama kemudian seorang dokter baru menangani kasusnya. Ia menyuruh diadakan test darah. Ketika melihat hasilnya, ia segera meminta diadakan test yang kedua. Ia mengatakan pasti ada kesalahan di laboratorium. Meskipun demikian, test yang kedua memperlihatkan hasil yang sama. Dokter itu heran sekali karena kadar darah Wilson telah sangat membaik. Ia mengatakan: “Tentu, cara hidupnya—tidak adanya kebiasaan buruk atau kecenderungan yang merugikan—membantu menjelaskan penyembuhan secepat itu, tetapi hanya sebagian saja. Aku benar-benar tidak dapat menjelaskan sepenuhnya.”

Wilson: Meskipun penyembuhanku yang cepat ini mengesahkan semua orang, suatu perubahan yang mendadak membuat keadaan suram. Kaki kiriku yang cedera mulai terasa sakit sekali. Ketika pembalut gips dibuka, ternyata sebagian dari kakiku telah membusuk disebabkan adanya gumpalan darah beku di lutut. Seorang spesialis dipanggil. Setelah memeriksa aku, ia menarik kesimpulan bahwa darah beku itu telah ada selama beberapa waktu, pasti disebabkan kecelakaan itu. Ia mengatakan bahwa setiap saat ini dapat pecah dan mengakhiri kehidupanku hanya dalam beberapa detik saja. Namun, ada kemungkinan bahwa darah beku itu dapat dicairkan dengan obat. Jika tidak, kakiku harus dipotong.

Pengobatan berhasil mencairkan gumpalan darah ini, dan sekali lagi aku terlepas dari bahaya. Pada suatu hari spesialis itu mengunjungi aku dan duduk dekat tempat tidurku. Ia mengatakan betapa cepatnya aku sembuh dari luka-luka bakar dan infeksi-infeksi, dan kini dari gumpalan darah beku. Ia bertanya, kupikir karena ingin tahu saja, mengapa aku tidak mau menerima transfusi darah beberapa minggu sebelumnya. Aku menjelaskan alasannya dan aku masih dapat mengingat kata-katanya dengan jelas: “Darah beku ini tidak pecah dan membunuh anda karena kadar darah yang rendah dan cairnya darah. Kalau anda menerima transfusi, mungkin anda sudah mati sekarang. Selamat.”

Belakangan, ketika aku menceritakan kepada istriku apa yang dikatakan spesialis itu, kami menangis dan bersyukur kepada Yehuwa bersama-sama. Hal ini meyakinkan kami bahwa ketaatan kepada Allah selalu terbukti sebagai haluan yang terbaik. Dalam kasusku, ketaatan benar-benar menyelamatkan kehidupanku!

Tiga bulan setelah kecelakaan itu, aku boleh meninggalkan rumah sakit. Aku masih harus menjalani pengobatan dan perawatan di luar rumah sakit selama berbulan-bulan, tetapi yang terburuk telah berlalu.

Penyembuhanku terus membuktikan betapa keliru semua ramalan. Aku diperkirakan tidak pernah dapat meninggalkan kursi roda. Tetapi kukira sedikitnya aku dapat berjalan dengan alat penopang.

Klarissa: Wilson sama sekali tidak mau menyerah. Aku tidak dapat mengingat berapa kali aku harus membantu dia berdiri kembali. Tetapi akhirnya ia dapat berjalan dengan baik dibantu alat penopang. Ia masih juga tidak puas. Ia ingin menggunakan tongkat saja. Ya, setelah jatuh lagi berkali-kali, ia berhasil juga. Aku ingat bahwa seorang Saksi ingin memberinya sebuah tongkat yang bagus dari kayu keras, tetapi Wilson menolak tawaran itu. Ia mengatakan bahwa tidak lama lagi ia tidak akan membutuhkannya. Dan semua orang heran, karena memang ia tidak membutuhkannya lagi! Kini lebih dari tiga tahun telah berlalu sejak kecelakaan itu. Wilson dapat melakukan begitu banyak hal lain lagi yang tidak pernah disangka oleh siapa pun.

Wilson: Segera setelah aku dapat berjalan sedikit, aku kembali mengunjungi teman-temanku di rumah sakit. Sebagian besar dari mereka masih tinggal di sana dan sangat bahagia melihat bahwa aku telah sembuh. Ketika aku berjalan melalui lorong, aku berpapasan dengan dokter yang meramalkan bahwa aku hanya akan hidup lima hari lagi. “Hallo, dokter,” kataku.

“Apakah aku mengenalmu?” tanya dia, dengan pandangan heran.

“Akulah pasien yang hanya dapat hidup lima hari lagi.”

Wajahnya tidak dapat menyembunyikan keheranannya. “O, anda benar-benar kelihatan sehat. Hem, eh, kelihatannya berat badan anda bertambah. Dan, eh, senang benar bahwa anda telah sembuh begitu cepat.” Kemudian ia bergegas pergi.

Banyak dokter lain, para perawat dan pembantu perawat mengenali aku. Mereka semua kelihatan senang. Aku yakin bahwa mereka semua, bahkan mereka yang berusaha meyakinkan aku untuk menerima darah, ingin sekali melihat aku hidup. Sebenarnya mereka sendiri juga ditekan.

Memang kita senang membaca pengalaman-pengalaman tentang orang-orang yang menolak transfusi darah meskipun menghadapi kematian. Tetapi akan lain halnya jika kita sendiri yang mengalami hal semacam itu. Jika anda diberitahu bahwa anda hanya akan hidup lima hari lagi, dan anda memikirkan keluarga yang sedang menanti anda di rumah, akibat-akibat dari keputusan anda menjadi sangat jelas. Betapa bersyukurnya Klarissa dan aku karena telah belajar Alkitab dengan baik dan memperdalam pengetahuan tentang Allah sebelumnya. Dan kami benar-benar belajar menghargai saudara-saudara Kristen kami! Kunjungan-kunjungan mereka demikian menganjurkan. Yang paling penting, kami belajar untuk menghargai karunia doa. Kami tidak henti-hentinya bersyukur kepada Yehuwa karena memberikan kepada kami kekuatan untuk bertekun pada waktu kami sangat membutuhkannya.—Disumbangkan.

[Blurb di hlm. 21]

“Aku tidak berminat kepada kepercayaan anda atau cara berpikir anda,” kata dokter itu

[Blurb di hlm. 22]

“Aku sangat kesakitan sehingga tidak dapat memusatkan pikiran pada hal-hal yang mengerikan tentang kematian atau untuk merasa kecil hati”

[Blurb di hlm. 22]

“Aku belajar bersandar pada Allah Yehuwa, dengan cara yang belum pernah kulakukan”

[Blurb di hlm. 23]

“Segera kelihatan kepada semua orang bahwa Wilson sama sekali tidak akan mati!”

[Blurb di hlm. 23]

Spesialis itu berkata: “Kalau anda sempat menerima transfusi, mungkin anda sudah mati sekarang. Selamat”

[Blurb di hlm. 24]

“Betapa bersyukurnya Klarissa dan aku karena telah belajar Alkitab dengan baik dan memperdalam pengetahuan tentang Allah sebelumnya”

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan