PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g83_No9 hlm. 6-7
  • Uang—Tidak Pernah Cukup!

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Uang—Tidak Pernah Cukup!
  • Sedarlah!—1983 (No. 9)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Langkah-Langkah Industri Minyak
  • Membiayai Dunia Ketiga
  • Uang—Bagaimana Diciptakan?
    Sedarlah!—1983 (No. 9)
  • Inflasi—Apa yang Menyebabkannya?
    Sedarlah!—1983 (No. 9)
  • Bagian 1: Di Dalam Cengkeraman Kekhawatiran akan Uang
    Sedarlah!—1992
  • Cinta Uang—Akar Banyak Kejahatan
    Sedarlah!—1994
Sedarlah!—1983 (No. 9)
g83_No9 hlm. 6-7

Uang—Tidak Pernah Cukup!

RAJA Salomo berkata: ”Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia [uang, dalam sekejap, Today’s English Version], karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali.” (Amsal 23:5) Banyak orang menghambur-hamburkan uang mereka seperti halnya seorang jendral yang mempunyai gaji besar dan menjadi bangkrut setelah membeli ”dua mobil Cadillac dan mantel bulu yang kedua untuk istrinya.”

Demikian juga, suatu pemerintahan, dapat mengeluarkan biaya melebihi kekayaannya. Amerika Serikat, misalnya, telah mengumpulkan hutang dalam negeri lebih dari satu trilyun dollar! Negara-negara lain juga telah menimbun hutang dalam jumlah sangat besar, termasuk hutang luar negeri yang sangat besar kepada negara-negara asing, misalnya Uni Soviet (16 milyar dollar) dan Philipina (10 milyar dollar).

’Namun mengapa bangsa-bangsa tidak bertindak lebih bijaksana?’ anda bertanya. Salah satu sebabnya, dalam jaman kita permintaan akan barang belum pernah sebanyak sekarang. Maka, seorang ahli ekonomi, Irving S. Friedman menjelaskan: ”Setelah Perang Dunia II, pemerintah tidak dapat bertahan, demikian juga golongan oposisi tidak dapat berkuasa jika mereka tidak menjanjikan perubahan-perubahan yang cepat, bersifat umum, serta besar dalam kesejahteraan materi.” Maka pemerintah memerlukan uang—sangat banyak—untuk membangun jalan, sekolah, rumah sakit dan perumahan-perumahan yang dituntut rakyat. Hasilnya? Pinjaman membengkak yang mengakibatkan memuncaknya hutang di seluruh dunia. Keadaan menjadi lebih buruk secara dramatis setelah tahun 1973.

Pada tahun tersebut, OPEC (Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak) secara drastis mengurangi penyaluran minyak ke negara-negara lain. Dunia goncang karena tindakan yang menghancurkan ini. Harga minyak membubung tinggi. Namun, yang kena pukulan paling keras adalah negara-negara berkembang.

Langkah-Langkah Industri Minyak

Siasat OPEC berhasil, dan anggota-anggotanya tiba-tiba menjadi sangat kaya (walaupun mereka akhir-akhir ini mengalami kesulitan keuangan karena persediaan minyak yang berlebihan dan harga yang menurun). Tetapi pada waktu itu, banyak dari kekayaan baru mereka berpindah kepada negara-negara berkembang yang sangat kekurangan uang. Namun keinginan untuk mendapat untung ini terbukti menjadi ”akar segala kejahatan.”—1 Timotius 6:10.

Semua uang ini telah menambah inflasi, dan beberapa negara berusaha mengendalikannya dengan membiarkan suku bunga melonjak. Akan tetapi, negara-negara yang berhutang banyak telah terperangkap—mereka memerlukan lebih banyak uang namun tidak mampu membayar bahkan bunga dari hutang lama mereka. Sebagaimana akan kita lihat nanti, hutang-hutang ini sekarang telah mengancam kesanggupan untuk mengatasi problem sistem ekonomi seluruh dunia!

Membiayai Dunia Ketiga

Setelah Perang Dunia II, World Bank (Bank Dunia) dan International Monetary Fund (IMF) atau Dana Keuangan Sedunia dibentuk untuk meminjamkan uang kepada negara-negara yang membutuhkan. Negara-negara anggota yang lebih kaya membiayai organisasi-organisasi ini. Akhir-akhir ini, presiden Bank Dunia, A. W. Clausen, menyatakan bahwa ”kunci serta tujuan utama dari Bank Dunia adalah untuk mengurangi kemiskinan.” Lembaga-lembaga ini memang telah menyalurkan banyak uang yang dibutuhkan kepada negara-negara berkembang. Namun, kita juga telah diingatkan kepada hikmat yang terdapat dalam Amsal 22:7: ”Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi.” Karena itu negara berkembang menolak menerima bantuan dari organisasi-organisasi ini. Mengapa?

Demi untuk menjaga investasinya, IMF secara khas menuntut agar negara yang meminjam mengubah secara drastis kebijaksanaan ekonominya dengan berusaha mengimbangkan anggaran belanja, mengurangi pengeluaran pemerintah dan menurunkan nilai uang. Semua ini mungkin kedengaran sebagai ide-ide ekonomi yang bagus, namun hal ini dapat mengacaukan suatu negara yang miskin. Maka, seorang ahli ekonomi menyimpulkan bahwa memaksakan kebijaksanaan ini pada sebuah negara berkembang ”ibarat melemparkan jangkar kepada seseorang yang tenggelam.”

Mencetak lebih banyak uang sia-sia saja—ini mengetatkan cengkeraman yang mematikan dari inflasi dunia. Maka, negara-negara yang mempunyai banyak hutang mungkin tidak punya pilihan lain kecuali mengalah kepada kebijaksanaan dari organisasi-organisasi peminjam sedunia.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan