PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g85_No15 hlm. 8-11
  • PBB—Cara Allah Menuju Perdamaian?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • PBB—Cara Allah Menuju Perdamaian?
  • Sedarlah!—1985 (No. 15)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Siapa Yang Sebenarnya Ada Di Balik PBB?
  • Satu-Satunya Jalan Yang Benar menuju Perdamaian
  • PBB—Apakah Telah Mempersatukan Bangsa-Bangsa?
    Sedarlah!—1985 (No. 15)
  • Perserikatan Bangsa-Bangsa—Jalan yang Lebih Baik?
    Sedarlah!—1991
  • Rahasia yang Mengerikan Tersingkap
    Wahyu—Klimaksnya yang Menakjubkan Sudah Dekat!
  • Kunjungan Paus ke PBB−Apa Hasilnya?
    Sedarlah!—1996
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1985 (No. 15)
g85_No15 hlm. 8-11

PBB—Cara Allah Menuju Perdamaian?

”Saya yakin bahwa Perserikatan Bangsa Bangsa memberikan jalan terbaik menuju masa depan bagi mereka yang memiliki keyakinan akan kemampuan kita untuk menentukan nasib kita sendiri di planit ini.”

KEYAKINAN itu diungkapkan oleh bekas Sekretaris Jenderal Kurt Waldheim dalam bukunya The Challenge of Peace (Tantangan Perdamaian). Meskipun mengakui kekurangan-kekurangan PBB, beliau juga menjelaskan: ”Seseorang hendaknya menyadari bahwa Perserikatan Bangsa Bangsa, bagaimanapun juga, adalah dunia secara mikro. Kelemahan-kelemahannya dengan demikian harus dianggap berasal terutama dari kontradiksi-kontradiksi yang mencirikan masyarakat dunia itu sendiri.” Beliau menambahkan: ”Saya harus menyatakan bahwa ia [PBB] tidak lebih dari pada sebuah cermin dari dunia yang ia layani. Dunia itu adalah suatu kesatuan dari bangsa-bangsa yang sangat beraneka ragam, sering kali keras kepala, penuh nafsu, dan bermusuhan.” Tetapi tidak semua komentator mempunyai pandangan yang sedemikian bagusnya tentang PBB.

Dalam buku mereka A Dangerous Place—The United Nations as a Weapon in World Politics (Suatu Tempat yang Berbahaya—Perserikatan Bangsa Bangsa sebagai Senjata dalam Politik Dunia), Profesor Yeselson dan Profesor Gaglione berpendapat bahwa sejak masa-masa permulaannya PBB sudah merupakan forum untuk menyatakan kegemaran berkelahi, dan bahwa ia suatu kotak berisi mesiu berupa permusuhan dan manipulasi-manipulasi politik yang hanya dapat mengipas kobaran api konflik internasional. Dan bagaimana dengan dunia di mana ia beroperasi? ”Suatu kebenaran yang keji namun sederhana ialah bahwa politik dunia sangat serupa dengan sebuah rimba. Tingkah laku nasional pada pokoknya didasarkan atas kepentingan dan keselamatan diri sendiri. Obsesi akan hal yang terakhir ini telah memberikan kepada sistem negara-bangsa bukan hanya hukum rimba tetapi juga moralitas rimbanya.” Akibatnya, ”perang telah menjadi suatu corak yang permanen dari hubungan internasional.”

Betapa bertentangan dengan harapan-harapan besar yang mereka miliki ketika Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa ditandatangani pada tahun 1945! Mukadimahnya berbunyi: ”KAMI RAKYAT DARI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA BERTEKAD untuk menyelamatkan generasi-generasi yang berikut dari wabah perang, yang dua kali dalam umur hidup kita telah mendatangkan kesedihan yang tak terkatakan ke atas umat manusia . . . TELAH MEMUTUSKAN UNTUK MEMADUKAN USAHA-USAHA KITA GUNA MENCAPAI TUJUAN-TUJUAN INI.”

Empat puluh tahun kemudian hal itu kedengarannya seperti ton kosong. Bukannya berpadu, bangsa-bangsa malahan terpecah-belah. Bahkan sekarang peperangan merupakan hal sehari-hari dari jutaan orang di banyak bagian dari bumi ini! Tiap hari manusia menderita dan mati sebagai korban perang—meskipun adanya PBB.

Siapa Yang Sebenarnya Ada Di Balik PBB?

Meskipun mempunyai sudut pandangan yang berbeda, kedua buku yang sebelumnya telah dikutip, serupa dalam suatu perincian yang luar biasa. Waldheim mengatakan bahwa PBB ’adalah cermin dari dunia yang ia layani,’ dan Yeselson serta Gaglione menyamakan dunia politik itu seperti sebuah rimba. Jadi PBB tidak dapat ditawar lagi pasti mencerminkan hukum rimba politik yang sama yang dihuni para anggotanya.

Dengan mengingat hal ini, menarik sekali jika kita memperhatikan lambang-lambang yang digunakan dalam Alkitab. Alkitab berbicara tentang seekor ”binatang buas” (Bode) dan ’patungnya,’ yang digambarkan sebagai ’seekor binatang merah ungu.’ (Wahyu 13:1, 2, 14; 17:3, 8, 11) Binatang buas yang pertama melambangkan seluruh organisasi politik seluas dunia yang telah berkembang selama 4.000 tahun terakhir dan yang mencapai puncaknya dalam perbedaan politik yang terlihat di dunia dewasa ini.a Maka apa yang pasti dilambangkan oleh ”patung” binatang itu?

Menurut sumber-sumber yang dikutip di atas, organisasi manakah yang mencerminkan sistem politik sekarang? Jelas, PBB dengan ke-159 bangsa anggotanya, ia hampir merupakan lambang yang universal. (Lihat halaman 11.) Dan lambang-lambang Alkitab berupa binatang-binatang buas selaras benar dengan gambaran ’rimba politik.’ Menyedihkan memang, namun benar, bahwa banyak politikus telah melaksanakan dan masih melaksanakan filsafat politik mereka seperti binatang buas—dengan ganas membunuh jutaan rakyat, pejuang dan orang-orang sipil, dalam peperangan dan aksi pembersihan politik mereka. Pasukan penyiksa dan pasukan maut telah dan masih menjadi alat-alat untuk pemaksaan secara politik. Dan kebanyakan dari pemerintahan dan ahli-ahli filsafat yang sama ini mempunyai wakil-wakil mereka yang terhormat di PBB.

Mengingat yang disebut terdahulu, apakah masuk akal untuk percaya bahwa PBB mungkin memang sarana Allah untuk perdamaian, terutama jika, dengan definisi yang paling sederhana, ”Allah adalah kasih”? (1 Yohanes 4:8) Namun jika PBB bukan jawaban Allah untuk problem ini, siapakah sebenarnya yang ada di belakang PBB?

Alkitab dengan tegas menyatakan asal-usul dari sistem politik ”binatang buas” dan ”patung” PBB-nya. Dalam Wahyu 13:2 kita membaca: ”Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar.” Siapakah yang dilambangkan oleh ”naga itu”? Penulis Alkitab yang sama menjelaskan bahwa ”naga itu” ialah ”yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia.” Namun cara bagaimana Setan menyesatkan dunia?—Wahyu 12:9.

Dengan setiap rencana politik dan filsafat apapun yang ada, termasuk PBB, Setan, pendusta yang semula, mengalihkan perhatian umat manusia dari satu-satunya jalan yang benar menuju perdamaian keamanan—pemerintahan Kerajaan Allah atas bum ini. (Yohanes 8:44) Selama hampir dua ribu tahun, orang-orang yang mengaku Kristen telah berdoa, ”Datanglah KerajaanMu.” Namun kebanyakan tidak mempunyai pengertian yang jelas mengenai apa yang dimaksudkan dengan Kerajaan Allah. Apa artinya itu bagi anda? Kini sewaktu Kerajaan itu sudah begitu dekat, penting untuk mendapatkan pengertian yang benar tentangnya.—Matius 6:9, 10.

Para koresponden Awake! (Sedarlah!) mengetahui dari hubungan pribadi bahwa banyak orang yang tulus dan mengabdikan diri sedang bekerja untuk memajukan tujuan-tujuan PBB. Orang-orang yang tulus ini juga melihat kelemahan organisasi itu, namun seperti Kurt Waldheim dan yang lain-lainnya, mereka percaya bahwa ini adalah satu-satunya harapan manusia untuk perdamaian dan keamanan yang bertahan lama. Mereka tidak melihat adanya penyelesaian yang lebih baik. Namun ada suatu pilihan lain yang mungkin mereka abaikan—pemerintahan Kerajaan Allah.—Wahyu 11:15.

Satu-Satunya Jalan Yang Benar menuju Perdamaian

Alkitab memperlihatkan bahwa Kerajaan Allah memaksudkan suatu pemerintahan surgawi, pemerintahan atas bumi dari wilayah roh. (Daniel 2:44; Wahyu 21:1-4) Pemerintahan Kerajaan melalui Kristus sudah berfungsi di seluruh dunia dan sedang mempersiapkan suatu umat yang supra-nasional untuk hidup kekal di bawah pemerintahannya. Badan dari orang-orang yang sepenuhnya bersatu dari segala bangsa dan dari segala bahasa ini dikenal sebagai Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka benar-benar suatu ”perserikatan bangsa-bangsa” yang sudah ”menempa pedang-pedang menjadi mata bajak.” Mereka juga telah mematahkan belenggu ras dan nasionalisme yang picik, yang disebut ”kekuatan yang paling hebat dan menghancurkan dalam politik internasional.” Belenggu-belenggu itu juga masih mengikat dan merintangi PBB.—Yesaya 2:2-4.

Melalui pelajaran Alkitab secara pribadi, Saksi-Saksi Yehuwa tahu bahwa hanya Kerajaan Allah dapat mendatang kan perdamaian yang sejati dan bertahan lama di atas bumi ini dan bahwa Kerajaan Allah sudah akan segera mengambil tindakan. (Lukas 21:31-33; Wahyu 16:14, 16) ’Tindakan apa?’ anda mungkin bertanya. Membinasakan orang-orang yang dengan sengaja merusak bumi. (Wahyu 11:18) Ini termasuk kehancuran dari semua unsur-unsur politik yang memecah-belah. (Daniel 2:44) Jadi Saksi-Saksi Yehuwa menolak PBB sebagai penyelesaian palsu dari Setan yang tidak mampu. Namun mengapa ia tidak mampu?

Filsuf Belanda abad ke-17 Spinoza mendefinisikan perdamaian sebagai ”bukan tidak adanya peperangan” tetapi sesuatu yang mempunyai arti lebih luas. Ia mengatakan: ”Hal itu adalah suatu kebajikan, suatu keadaan pikiran, suatu keadaan penuh kebaikan, keyakinan, keadilan.” Hal itu hanya dapat dicapai dengan mendidik orang-orang dalam kasih dan keselarasan dan bukan dalam kebencian dan perpecahan. Seperti penulis Alkitab Yakobus mencatat: ”Buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.” (Yakobus 3:18) Dengan pekerjaan pendidikan mereka seluas dunia Saksi-Saksi Yehuwa mengajar cara-cara Allah untuk perdamaian, karena FirmanNya menyatakan: ”Semua anakmu akan menjadi murid [Yehuwa], dan besarlah kesejahteraan [perdamaian, NW] mereka.”—Yesaya 54:13.

Jika anda ingin mengetahui lebih banyak tentang pemerintahan Kerajaan Allah, jangan ragu-ragu untuk menghubungi Saksi-Saksi Yehuwa di daerah anda. Mereka akan senang membantu anda mengetahui cara Allah menuju perdamaian.

[Catatan Kaki]

a Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai lambang-lambang Alkitab ini, lihat buku ”Then Is Finished the Mystery of God,” pasal 22 dan 23, diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.

[Kotak di hlm. 11]

Problem-Problem Utama yang Mempengaruhi PBB

Sebagian dari daftar problem-problem utama dari dunia dewasa ini yang menguatirkan banyak

dari bangsa-bangsa anggota PBB.

1. Perlombaan senjata nuklir dan konfrontasi A.S.-U.S.

2. Ketidakseimbangan ekonomi dunia antara Utara-Selatan; krisis hutang luar negeri

di negara-negara berkembang

3. Kelaparan dan kemiskinan di Afrika, benua yang berangsur-angsur menjadi

gurun yang tandus

4. Narkotika, jalur internasional

5. Terorisme Internasional

6. Politik apartheid di Afrika Selatan dan hubungan dengan negara-negara

tetangga

7. Kemerdekaan Namibia dari Afrika Selatan

8. Israel dan soal Palestina

9. Pergolakan di Libanon

10. Konflik Iran-Irak

11. Asia Tenggara, pendudukan Vietnam atas Kampuchea

12. Amerika Tengah, perang gerilya di El Salvador dan

Nikaragua

13. Afganistan, intervensi oleh Uni Soviet

14. Problem pengungsi sedunia, dengan lebih dari sepuluh juta orang

yang tersangkut

15. Penyalahgunaan hak-hak asasi manusia

Daftar ini didasarkan atas pidato-pidato yang diucapkan pada rapat ke-39 dari Sidang Umum PBB pada tahun 1984 oleh 150 wakil, termasuk 16 kepala negara atau pemerintahan. (Lihat UN Chronicle, Jilid XXI, Nomor 8/1984.)

[Kotak di hlm. 11]

Bagaimana Keanggotaan PBB Bertambah

1945 51 bangsa: Amerika Tengah dan Selatan 19; Eropa 14; Asia 2;

Timur Tengah 7; Afrika 3; Pasifik 3; Amerika Utara 3

1950 60 bangsa: Amerika Tengah dan Selatan 19; Eropa 16; Asia 7;

Timur Tengah 9; Afrika 3; Pasifik 3; Amerika Utara 3

1960 100 bangsa: Amerika Tengah dan Selatan 19; Eropa 27;

Asia 13; Timur Tengah 10; Afrika 25; Pasifik 3; Amerika Utara 3

1970 127 bangsa: Amerika Tengah dan Selatan 23; Eropa 28;

Asia 16; Timur Tengah 12; Afrika 41; Pasifik 4; Amerika Utara 3

1980 154 bangsa: Amerika Tengah dan Selatan 29; Eropa 30;

Asia 19; Timur Tengah 16; Afrika 50; Pasifik 7; North America 3

1985 159 bangsa: Amerika Tengah dan Selatan 32; Eropa 30;

Asia 20; Timur Tengah 16; Afrika 50; Pasifik 8; Amerika Utara 3

[Gambar di halaman 9]

Bendera-bendera dari 159 bangsa-bangsa anggota dikibarkan di depan PBB

[Gambar di hlm. 10]

Siapakah yang sudah ”menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak.”?

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan