PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g86_No18 hlm. 30-32
  • ”Sekarang Kau Akan Mati!”

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • ”Sekarang Kau Akan Mati!”
  • Sedarlah!—1986 (No. 18)
  • Bahan Terkait
  • Pertanyaan Pembaca
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2003
  • Cara Mengatasi Pemerkosaan
    Sedarlah!—1993
  • Cara Mencegah Pemerkosaan
    Sedarlah!—1993
  • Kenyataan dari Pemerkosaan
    Sedarlah!—1993
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1986 (No. 18)
g86_No18 hlm. 30-32

”Sekarang Kau Akan Mati!”

—Seorang Pemerkosa Menyerang Rumah Keluarga Kristen

TANGAN-TANGAN kasar mencekik saya. Saya berusaha berteriak.

”Diam! Tutup mulutmu dan saya tidak akan menyakiti,” dia menghardik sambil mencekik saya lebih keras lagi.

Tetapi saya tidak percaya dan tidak mau menurut. Saya terus berusaha berteriak. Saya mencakar mukanya, mencampakkan kaca matanya dan merenggut ke luar gigi palsunya. Sewaktu dia berusaha memegang dan menguasai saya, saya menekan kuku jari tangan saya ke lubang matanya. Dan saya berteriak. Ketika jari tangannya mendekat ke mulut saya, saya menggigitnya sekuat tenaga.

Percaya atau tidak, saya tidak takut—belakangan saya baru takut. Sekarang ini saya marah! Penjahat ini tidak akan saya biarkan memasuki rumah dan memperkosa saya, tidak di sini atau di tempat lain manapun!

Tetapi dia terus berusaha. Dia menarik sebuah ikat pinggang yang ada di dekatnya dan mengikat kedua tangan saya ke belakang punggung—usaha pertama dari banyak usahanya, karena saya berulang kali dapat melepaskan diri. Sambil memegang leher saya, dia mencari-cari kaca mata dan gigi palsunya yang jatuh di lantai. Tiba-tiba saya bisa melepaskan diri dan entah mengapa, mulai melemparkan apa saja yang ada di ruangan dan berteriak sejadi-jadinya, seolah-olah saya sudah jadi gila.

Penyerang saya tertegun sejenak dan bertanya, ”Kamu ini kenapa?” Peluang waktu itu saya gunakan untuk lari, tetapi dia menangkap saya, mendorong saya ke kamar tidur dan menghempaskan saya di tempat tidur. Setelah mengikat tangan saya lagi, dia dapat melucuti pakaian saya sebagian. Saya berontak untuk menolak dia. Saya benci kepada bahasanya yang cabul dan perbuatan cabul yang ia coba paksakan pada saya!

Akhirnya saya dapat melepaskan ikatan tangan saya, dan mendorong dia, lalu bergegas menuju pintu keluar. Saya menjangkau pegangan pintu, tetapi sewaktu saya memutarnya, dia mencengkeram saya kuat-kuat dari belakang dan menghempaskan saya ke lantai. Saya berhasil meraih pisau dapur yang ada di dekat dan melukai kakinya. ”Kurang ajar!” teriaknya. ”Sekarang kamu akan mati!” Dia mulai menghantam kepala saya, dan saya pingsan.

Sekarang saya menyadari bahwa seharusnya saya lebih hati-hati. Saya selalu waspada menghindari keonaran dan pembuat keonaran di luar rumah. Saya selalu bepergian dengan suami Kristen saya. Saya selalu menghindari tempat-tempat yang sering dikunjungi penjahat-penjahat, dan saya selalu berpakaian sederhana. Saya tidak pernah berpikir bahwa ada pemerkosa yang begitu berani menyerang saya di rumah sendiri.

Pria ini bekerja di proyek bangunan di sebelah rumah kami. Kontraktor bangunan telah memasang kabel yang disambung dengan sumber listrik di rumah kami supaya dapat menggerakkan peralatan di tempat proyek itu. Kadang-kadang, jika muatan listrik berlebihan, seorang pekerja akan ke rumah kami untuk mengganti sekering di ruang bawah. Pengaturan ini praktis, tetapi tidak bijaksana.

Jelas dia merencanakan untuk menyergap saya dalam keadaan lengah. Dia pasti mengira saya tidak akan berani melawan dan menyerah tanpa pikir, dalam keadaan shock. Ya, saya memang kaget ketika dia menyerang saya, tetapi saya tidak takut. Saya juga tidak berhenti untuk berpikir. Saya hanya memberikan reaksi, langsung meluap secara emosi, menjerit, mencakar, menendang, dan menggigit. Itulah hal terbaik yang dapat saya lakukan, serangan balasan saya yang hebat membuatnya terkejut. Ini menguatkan saya secara psikologis sejak permulaan, untuk memahami bahwa dia tidak sepenuhnya menguasai diri ataupun saya. Ini membuat saya lebih bertekad untuk melawan dan menguatkan harapan bahwa saya dapat menang.

Saya siuman kembali dan sudah berada di kursi depan dari mobil yang sedang melaju di jalan raya. Ikat pinggang yang sama sekarang menjerat leher saya, seperti rantai anjing, yang ia pegang erat seraya mengendarai mobil. Pikiran saya mulai pulih, ketika saya menyadari di mana saya berada dan bagaimana saya sampai di sana, seperti sebuah sumbu yang menyala kemarahan saya bangkit kembali.

Saya menyikut roda stir dengan nekad untuk memaksa mobilnya ke luar jalur. Saya yakin pria gila ini sekarang lebih berminat menyingkirkan saya dari pada memperkosa saya. Dia bermaksud membunuh supaya saya tidak akan melaporkannya. Walaupun saya sangat lelah karena mengadakan perlawanan selama hampir satu jam, perlawanan saya yang terus-menerus juga membuatnya lelah. Dalam keadaan lelah dan bingung, dia akhirnya berhenti di ujung jalan dan mendorong saya ke luar mobil. Pengendara lain berhenti kemudian membawa saya ke rumah sakit.

Tetapi saya telah menang! Saya tidak diperkosa! Saya pemenang dan bukan menjadi korban! Hati kecil saya tetap bersih, harga diri dan martabat saya tetap utuh. Dan saya telah memelihara integritas kepada Allah yang Mahakuasa, Yehuwa!

Ini tidak berarti bahwa selama saya dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari saya merasa gembira dan merasa diri hebat. Jiwa saya mengalami goncangan yang hebat, seluruh tubuh saya sakit, dan keadaan saya sangat buruk. Perasaan takut yang tidak timbul selama saya diserang sekarang menghantam saya. Gagasan-gagasan mengenai apa yang bisa saja terjadi terus menjejali benak saya. Selama waktu ini, saya diinterogasi polisi dan ternyata, yang membuat saya merasa sangat takut, penjahat yang sadis ini telah dibebaskan dengan uang jaminan hanya enam minggu sebelumnya setelah menjalani hukuman karena kasus perkosaan!

Pada hari saya pulang dari rumah sakit, saya mengalami trauma [perasaan tergoncang karena tekanan mental atau emosi] untuk pergi ke kantor polisi dan mengenali kembali pria ini di antara para penjahat yang dijajarkan di sana. Ya, saya bermaksud untuk menuntutnya. Saya ingin melihat dia tertangkap demi melindungi wanita-wanita lain yang bisa saja ia serang, dan demi saya sendiri sebagai cara untuk meluruskan yang salah dan untuk meyakinkan diri bahwa saya memiliki kendali atas kehidupan saya. Mudah untuk mengenali dia di antara penjahat yang dijajarkan di kantor polisi. Mukanya dibalut dan tangannya digips!

Di rumah sakit dan di rumah selama minggu-minggu berikutnya, saya merasa terhibur oleh banyak kartu ucapan dan surat yang saya terima, serta kunjungan rekan-rekan seiman dari sidang Saksi-Saksi Yehuwa setempat. Beberapa mengatakan mereka bangga terhadap saya. Beberapa tidak tahu apa yang harus dikatakan, tetapi mereka menunjukkan sikap prihatin dengan mengunjungi saya. Yang lain lagi menjuluki saya pahlawan, padahal sebenarnya bukan. Ketika saya tidak dapat menghindari keadaan yang merugikan, saya semata-mata menerapkan apa yang telah saya pelajari dari pelajaran Alkitab, dan itu berhasil.

Sebagai orang biasa, saya sering kali perlu diyakinkan kembali selama masa pemulihan. Ada hari-hari yang suram. Untuk sementara saya tidak ingin keluar rumah. Meskipun beberapa hari saya berhasil menampakkan diri seolah-olah berani, suami saya dapat menceritakan kepada saudara bahwa kadang-kadang saya gemetar dan tidak dapat terhibur, hati dan pikiran saya tegang karena pengaruh kejadian yang mengerikan ini sambil berusaha melupakannya. Mungkin satu-satunya bantuan terbesar sehingga kesehatan saya pulih adalah pengetahuan bahwa dengan bantuan Allah Yehuwa saya telah melakukan hal yang benar sejauh kemampuan saya. Pada saat saya lebih gembira saya malahan memiliki sedikit alasan untuk bersukacita. Berulang kali ayat-ayat Alkitab ini merupakan penghibur, bagaikan selimut yang lembut bagi saya:

”Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan—jika seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. Tetapi jikalau di padang laki-laki itu bertemu dengan gadis yang telah bertunangan itu, memaksa gadis itu tidur dengan dia, maka hanyalah laki-laki yang tidur dengan gadis itu yang harus mati, tetapi gadis itu janganlah kau apa-apakan. Gadis itu tidak ada dosanya yang sepadan dengan hukuman mati, sebab perkara ini sama dengan perkara seseorang yang menyerang sesamanya manusia dan membunuhnya. Sebab laki-laki itu bertemu dengan dia di padang; walaupun gadis yang bertunangan itu berteriak-teriak, tetapi tidak ada yang datang menolongnya.”—Ulangan 22:23-27.

Saya sangat bersyukur mengetahui kata-kata yang sederhana ini. Kata-kata itu mengajarkan apa kewajiban moral saya. Hal itu mencegah saya untuk menjadi bingung dan gelisah. Karena hal itu, saya mengetahui dengan tepat apa yang harus saya lakukan. Saya berteriak, dan juga mengadakan perlawanan. Saya mempercayai ajaran Alkitab dan menemukannya sangat ampuh. Saya dan suami saya sering berdoa; kekuatan dan kestabilan saya pulih.

Saya harap tidak ada wanita lain akan pernah mengalami usaha pemerkosaan—apalagi diperkosa. Tetapi perkosaan terjadi setiap 7 menit di Amerika Serikat, menurut Uniform Crime Reports—Crime in the United States, terbitan 1983, halaman 5, diterbitkan oleh Biro Penyelidikan Federal A.S. Dalam kasus saya, saya bersandar kepada Yehuwa, saya mengingat firmanNya, saya berteriak. Selain itu saya mengadakan perlawanan.

Pada waktunya, pemerkosa yang menyerang saya diadili. Pada tanggal 7 Pebruari tahun ini, dia dihukum untuk kejahatan-kejahatan berikut: usaha pembunuhan, tingkat kedua; perampokan, tingkat pertama; usaha perkosaan, tingkat pertama; dan penculikan, tingkat kedua.

Jadi keyakinan kita terhadap Allah pasti selalu mengalahkan setiap rasa takut terhadap manusia. Biarlah mazmur Daud menjadi mazmur kita juga, seraya kita berpaut kepada kata-kata ini dengan pantang mundur, ”Kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”—Mazmur 56:12.—Disumbangkan.

[Kotak di hlm. 31]

Mengapa anda harus melawan seorang penyerang sejak mula pertama:

1. Si penyerang mungkin akan terkejut dan meninggalkan anda

2. Anda dapat membuat si penyerang tidak berdaya dan mempunyai kesempatan untuk lari

3. Si penyerang bisa jadi hilang dorongan seks atau ia menjadi capek dan pergi

4. Anda dapat menarik perhatian orang-orang lain supaya dapat diberi bantuan

5. Hati nurani anda akan bersih. (Bahkan jika anda diperkosa, anda tidak akan kehilangan harga diri atau kekudusan di hadapan Allah)

6. Luka-luka yang anda timbulkan pada diri si penyerang akan membantu polisi untuk mengenalinya di kemudian hari (misalnya, potongan kulitnya di bawah jari kuku anda)

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan