PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g87_No22 hlm. 22-26
  • Bagian 3: 1935-1940 Liga Bangsa Bangsa Terhuyung-huyung menuju Kematian

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bagian 3: 1935-1940 Liga Bangsa Bangsa Terhuyung-huyung menuju Kematian
  • Sedarlah!—1987 (No. 22)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • ”Pokok yang Paling Disenangi Hitler”
  • Gladiresik—Untuk Apa?
  • Kilat Menyambar di Eropa
  • Dan Sekarang Apa?
  • Akhir Sebuah Impian
    Sedarlah!—1985 (No. 14)
  • Bagian 4: 1940-1943 Bangsa-Bangsa dalam Kekuatiran, Dilanda Ketakutan
    Sedarlah!—1987 (No. 23)
  • Raja-Raja yang Bersaing Itu Memasuki Abad ke-20
    Perhatikanlah Nubuat Daniel!
  • Bagian 5: 1943-1945 Perang Dunia II—Kedahsyatannya dan Akhir yang Panas
    Sedarlah!—1988 (No. 25)
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1987 (No. 22)
g87_No22 hlm. 22-26

Dunia sejak 1914

Bagian 3: 1935-1940 Liga Bangsa Bangsa Terhuyung-huyung menuju Kematian

LIGA Bangsa Bangsa bagaikan seorang anak yang sejak lahir sudah sakit-sakitan. Sejarawan H. Gatzke mengatakan bahwa rapatnya yang pertama pada tahun 1920 ”bukan merupakan persekutuan sedunia dari bangsa-bangsa tetapi pertemuan dari negara-negara utama di Eropa yang masing-masing mengejar kepentingan nasionalnya, yang bertekad untuk membuat Liga ini memenuhi tujuan-tujuan politik mereka sendiri”. Jika pemikiran nasionalistis itu tidak dapat disingkirkan, kehidupan anak tersebut akan terus dalam bahaya.

Selama awal tahun 1930-an, banyak dari anggota-anggota Liga itu secara terang-terangan merasa tidak puas. Italia, misalnya, merasa tidak mendapat bagian yang adil dari bahan-bahan baku dunia dan dibatasi dalam pasaran dunia serta kemungkinan untuk menanam modal. Maka pada tahun 1935, dalam rangka mengejar kepentingan nasionalnya, ia menduduki Etiopia. Jepang, dengan keluhan yang serupa, bergerak memasuki Cina pada tahun 1937. Dalam kedua kasus itu Liga tidak berdaya untuk campur tangan.

Jelas, Liga itu, yang masih belum berumur 20 tahun, bukanlah remaja yang kuat dan sehat seperti yang diinginkan oleh para pendukungnya. Penyakitnya yang tidak dapat disembuhkan sudah menimbulkan keprihatinan sejak tahun 1936 ketika, menurut sejarawan Hermann Graml, ”suasana [di kantor pusat Liga itu] di Jenewa seperti suasana pemakaman”. Tidak mengherankan, karena Liga itu harus menghadapi tindak-tanduk yang berani dari Italia dan Jepang, belum lagi dari seorang pria bernama Adolf.

”Pokok yang Paling Disenangi Hitler”

Ya, Jerman, juga, merasa tidak puas. Ia berjuang keras untuk memulihkan kedudukannya sebagai pemimpin Eropa. Jendral Hans von Seeckt, kepala angkatan bersenjata Jerman pada tahun 1920-an, ’menganggap bahwa naiknya Jerman kembali merupakan sesuatu yang tidak mungkin tanpa suatu peperangan yang baru’, kata sebuah textbook Jerman; Hitler juga tidak mengesampingkan kemungkinan perlunya tindakan militer. Itulah sebabnya, menurut sebuah organisasi riset sejarah militer Jerman, ”semua langkah-langkah penting dari rezim itu [antara tahun 1933 dan 1939] dimaksudkan, secara langsung atau tidak langsung, untuk mempersenjatai diri kembali”.

Menurut pandangan Hitler, ”’massa’ Jerman terdiri dari 85 juta orang yang membentuk suatu ’inti rasial’ yang bersatu-padu. Haluan Hitler yang merupakan Darwinisme palsu menuntut agar ’inti rasial’ ini mengalahkan ’daerahnya’”. Jadi, seperti dijelaskan oleh Gerhard Schulz, profesor sejarah modern di Universitas Tubingen, ”Penaklukan daerah baru melalui kekerasan merupakan pokok yang paling disenangi Hitler.”

Sebenarnya Liga Bangsa Bangsa telah membantu Hitler memutuskan di mana ia harus mulai. Pada akhir Perang Dunia I, Saarland, sebuah wilayah antara Prancis dan Jerman, yang selama berabad-abad terombang-ambing antara dua negara itu, ditempatkan di bawah tata pemerintahan Liga Bangsa Bangsa. Tetapi ada kesepakatan bahwa penduduk Saar belakangan dapat memutuskan melalui pemungutan suara apakah mereka tetap akan berada di bawah kekuasaan Liga itu atau menjadi bagian dari salah satu, Prancis atau Jerman. Suatu plebisit (keputusan politik) dijadwalkan untuk tahun 1935.

Pada waktu itu Hitler sangat populer. Siswa-siswa muda kadang-kadang diberi latihan imla (dikte), dan disuruh menulis, misalnya, ”Yesus telah membebaskan umat manusia dari dosa dan neraka, demikian pula Hitler telah menyelamatkan bangsa Jerman dari kehancuran. Yesus dan Hitler dikejar-kejar, tetapi jika Yesus disalibkan, Hitler ditinggikan menjadi kanselir. . . . Yesus membangun untuk surga, Hitler untuk tanah Jerman.”

Sebaliknya dari memperlihatkan kenetralan Kristen, para pemimpin agama justru dengan aktif melibatkan diri dalam keputusan-keputusan politik. Karena bagian terbesar beragama Katolik, penduduk Saar mencamkan apa yang dikatakan uskup-uskup mereka, ”Sebagai orang-orang Katolik Jerman, kita wajib mendukung kebesaran, kemakmuran, dan perdamaian ibu pertiwi kita.” Dan serikat-serikat perdagangan Katolik memperingatkan, ”Barangsiapa tidak setia kepada tanah airnya tidak mungkin setia kepada Allahnya.”

Tentu, tidak semua orang setuju. Seorang pengarang terkenal pada waktu itu, Heinrich Mann, memperingatkan, ”Jika anda memberikan suara untuk Hitler, anda akan memperpanjang umur hidupnya dan akan ikut memikul tanggung jawab dari kelakuannya yang buruk . . . , bahkan untuk peperangan yang ia buat tidak dapat dihindari.” Tetapi suara-suara peringatan sedemikian sedikit sekali. Ini menyebabkan wartawan Kurt Tucholsky menulis bahwa Saar telah ”ditinggalkan oleh Inggris, Prancis, oleh Liga Bangsa Bangsa, oleh serikat-serikat buruh internasional, dan oleh paus”.

Di bawah keadaan-keadaan ini, kemenangan Hitler dalam plebisit merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan. Suatu jumlah yang besar sekali, 90,8 persen memberikan suara untuk menjadi bagian dari Reich Jerman yang baru.

Setelah kemenangan besar yang pertama dalam kebijaksanaan luar negeri ini, Hitler dianjurkan untuk terus maju. Liga Bangsa Bangsa, yang sudah sekarat, terlalu lemah untuk campur tangan ketika, melanggar ketentuan-ketentuan dari Perjanjian Versailles, Hitler membangkitkan kembali kemiliteran di Rhineland pada tahun 1936. Pada tahun 1938 tidak seorang pun mencegah dia agar tidak menduduki Austria atau belakangan tahun itu agar tidak menggabungkan Sudetenland yang menjadi bagian dari Cekoslowakia dan yang sebagian besar didiami oleh orang-orang Jerman, sebelum menduduki sisa dari negeri itu pada tahun 1939. Memang ada protes-protes yang keras, tetapi hanya itu saja.

Gladiresik—Untuk Apa?

Sampai saat itu, perang agresi Hitler berlangsung tanpa pertumpahan darah. Tetapi tidak demikian dengan konflik-konflik yang disebut di atas ketika Italia dan Jepang terlibat. ”Serangan Italia yang Fasis atas Etiopia,” kata karya referensi Italia L’uomo e il tempo, ”dipersiapkan sampai rincian yang paling kecil dan dilaksanakan dengan luar biasa banyaknya bahan dan dengan dukungan dari sarana propaganda raksasa.” Peperangan itu mulai pada tahun 1935, dan pendudukan atas Etiopia diselesaikan pada tahun 1936. Dunia dikejutkan mendengar serangan pemboman dan digunakannya gas racun.

Di Asia, kaum militer Jepang menjadi begitu kuat sehingga ketika Cina dituduh mencoba membom sebuah kereta api di Jalan Kereta Api Manchuria Selatan pada tahun 1931, Jepang dapat memanfaatkan ini sebagai dalih untuk menggerakkan pasukan-pasukannya memasuki Manchuria. Pada tahun 1937 mereka maju memasuki daratan Cina, merampas wilayah-wilayah yang luas dari negeri itu, termasuk kota-kota Shanghai, Peking, Nanking, Hankow, dan Kanton.

Sementara itu, di Eropa perang saudara Spanyol pecah pada tahun 1936. Hitler dan Mussolini melihat ini sebagai kesempatan untuk uji coba senjata-senjata dan metode-metode peperangan mereka yang paling baru. Seperti perang-perang di Manchuria, Cina, dan Etiopia, ini merupakan gladiresik dari sesuatu yang lebih besar di masa depan. Menurut suatu sumber yang berwenang, lebih dari setengah juta orang tewas dalam konflik di Spanyol. Tidak mengherankan jika ini menarik perhatian dunia. Dan jika gladiresik ini menjadi berita utama, bagaimana dengan pertunjukan utama yang masih akan datang?

Kilat Menyambar di Eropa

Negara-negara demokrasi, yang mengamati perkembangan di panggung dunia, merasa prihatin. Inggris memperkenalkan wajib militer. Kemudian pada bulan Agustus 1939 Jerman dan Uni Soviet mengejutkan dunia dengan menandatangani pakta nonagresi. Kenyataannya ini merupakan perjanjian rahasia untuk membagi Polandia di antara mereka. Dengan taruhan bahwa sekali lagi negara-negara demokrasi Barat tidak akan campur tangan, Hitler menggerakkan pasukannya memasuki Polandia pada jam 4:45 pagi tanggal l September 1939.

Tetapi kali ini ia keliru. Dua hari kemudian Inggris dan Prancis memaklumkan perang melawan Jerman. Pada tanggal 17 September, pasukan Soviet memasuki Polandia dari timur, dan pada akhir bulan itu, demi tujuan yang praktis, masalah Polandia telah diselesaikan. Perang Dunia II telah mulai, yang dicetuskan oleh suatu kampanye militer kilat yang patut mendapat julukan dalam bahasa Jerman Blitzkrieg, yang artinya ”perang kilat”. Dalam kemenangan yang gemilang, Hitler menawarkan untuk mengadakan perdamaian dengan negara-negara Barat. ”Apakah ia serius dengan ini,” tulis sejarawan Jerman Walther Hofer, ”merupakan pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan kepastian apapun.”

Beberapa tahun peperangan yang pertama dicirikan dengan serangan-serangan mendadak, yang dilaksanakan secepat kilat dan dengan akibat yang menghancurkan. Rusia dengan cepat memaksa Estonia, Latvia, dan Lithuania untuk mengijinkan pasukan Soviet mendirikan pos-posnya di tanah mereka. Finlandia, ketika diminta untuk melakukan hal yang sama, menolak dan diserbu oleh Soviet pada tanggal 30 Nopember 1939. Finlandia memohon perdamaian di bawah ketentuan Soviet pada bulan Maret berikut.

Namun, sementara itu, Inggris dan Prancis bermaksud membantu Finlandia dengan melewati Norwegia yang masih netral. Tetapi ketika Finlandia memohon perdamaian, Sekutu, yang tidak lagi mempunyai dalih untuk berbuat demikian, menunda rencana itu. Sebelum belakangan mendarat, mereka mulai meranjau perairan Norwegia pada tanggal 8 April 1940. Keesokan harinya; ketika orang-orang Norwegia sedang sibuk memprotes operasi pemasangan ranjau ini, Jerman dengan tidak terduga mendaratkan pasukannya di Norwegia dan juga Denmark. Kurang dari satu minggu kemudian, pasukan Inggris mendarat di Norwegia, tetapi setelah beberapa kemenangan, mereka dipaksa mengundurkan diri karena laporan-laporan yang tidak menentu dari selatan.

Selama berbulan-bulan pertanyaannya di sana ialah, Kapan dan di mana Jerman akan bergerak melawan Prancis? Waktu berlalu dan hanya ada aksi-aksi militer yang kebanyakan terjadi di laut. Di darat semua tenang. Beberapa wartawan mulai berbicara tentang ”perang palsu”, bukan lagi suatu blitzkrieg tetapi sebaliknya suatu sitzkrieg, yang secara aksara berarti ”perang duduk”.

Tetapi, tidak ada yang palsu berkenaan serangan tiba-tiba oleh Jerman pada tanggal 10 Mei 1940. Dengan melanggar Garis Maginot, garis pertahanan yang melindungi Prancis di perbatasannya dengan Jerman, mereka menyerang lewat Negeri-Negeri Rendah, dengan cepat melewati Belgia, dan mencapai perbatasan Prancis pada tanggal 12 Mei. Pada tanggal 14 Mei negeri Belanda jatuh. Kemudian terus ke bawah melewati Prancis Utara, pasukan Jerman menjebak ribuan tentara Inggris, Prancis, dan Belgia dengan terusan Inggris di belakang mereka. Sebaliknya dari suatu sitzkrieg, ini benar-benar blitzkrieg dalam skala penuh!

Pada tanggal 26 Mei, di Dunkirk, Prancis, salah satu operasi penyelamatan yang paling hebat dalam sejarah peperangan dimulai. Selama sepuluh hari kapal-kapal angkatan laut, dan ratusan kapal sipil, mengangkut kira-kira 340.000 pasukan menyeberangi Terusan Inggris dengan selamat menuju Britania. Tetapi tidak semua selamat. Dalam tiga minggu orang-orang Jerman menangkap lebih dari satu juta tahanan.

Pada tanggal 10 Juni, Italia memaklumkan perang melawan Inggris dan Prancis. Empat hari kemudian, Paris jatuh ke tangan orang-orang Jerman. Sebelum bulan itu berakhir, suatu gencatan senjata Franko-Jerman telah ditandatangani. Inggris sekarang berdiri sendiri. Seperti digambarkan oleh Hofer, ”Dengan kecepatan blitzkrieg yang bahkan dia sendiri menganggap tak mungkin, Hitler telah menjadi penguasa atas Eropa Barat.”

Bertentangan dengan apa yang diharapkan oleh Hitler, orang-orang Inggris tidak memohon perdamaian. Jadi pada tanggal 16 Juli, ia memerintahkan dibuatnya rencana untuk ”Operasi Singa Laut”, yaitu penyerbuan atas Kepulauan Inggris. Inggris menggalang kekuatan untuk menghadapi kilat yang tidak lama akan menyambar lagi.

Dan Sekarang Apa?

Selama bertahun-tahun Saksi-Saksi Yehuwa telah meramalkan kepada umum tentang kematian dari Liga Bangsa Bangsa.a Sekarang pecahnya Perang Dunia II yang bagaikan kilat, telah mengakhiri perjuangannya yang penuh penderitaan untuk tetap hidup. Pemakaman yang sudah lama lewat waktu dapat diadakan. Badan itu dapat diistirahatkan dalam jurang maut yang disebutkan oleh Wahyu 17:7-11 dan yang atas dasar ayat itu Saksi-Saksi telah meramalkan kegagalannya.

Tetapi setelah kematian, sekarang apa? Apakah peperangan itu kemungkinan akan mengarah kepada sesuatu yang lebih besar, mungkin kepada ’peperangan pada hari besar Allah Yang Mahakuasa’ yang disebut Armagedon? (Bandingkan Wahyu 6:4; 16:14, 16.) Meskipun ingin sekali melihat bagaimana perkembangan selanjutnya dari peperangan itu, Saksi-Saksi Yehuwa bertekad untuk tidak melibatkan diri secara pribadi. Mereka mempertahankan kenetralan Kristen, meskipun ini membuat mereka harus mengalami—di negeri-negeri totaliter dan juga demokrasi—pelarangan, pemenjaraan, tindakan pengadilan, dan kekerasan oleh gerombolan. Meskipun berjumlah lebih sedikit dari seratus ribu dalam tahun peperangan 1940, mereka terus maju menyiarkan berita harapan sejati, berita dari Kerajaan Allah yang telah didirikan.

Dan harapan, itulah tepatnya yang dibutuhkan oleh ”Bangsa-Bangsa dalam Penderitaan, Dilanda Rasa Takut”. Ini adalah judul dari artikel kita dalam terbitan yang berikut, Bagian 4, dalam seri ini, ”Dunia Sejak 1914”.

[Catatan Kaki]

a Misalnya, The Watchtower tanggal 1 April 1922, halaman 108, mengatakan, ”Setan . . . sekarang mencoba untuk mendirikan suatu kerajaan universal di bawah penyelenggaraan yang disebut suatu liga bangsa bangsa atau persekutuan bangsa-bangsa. . . . Persekutuan ini tidak suci dan akan dihancurkan sampai berkeping-keping tidak lama kemudian.”

[Kotak di hlm. 26]

Hal-Hal Lain yang Menjadi Berita Utama

1935—Lebih dari 200.000 orang tewas dalam banjir di Cina di

sepanjang Sungai Yangtze

1936—Kapal Queen Mary menyeberangi Lautan Atlantik dalam

waktu 95 jam, 57 menit, suatu rekor

Hitler murka ketika orang Amerika hitam Jesse Owens

memenangkan empat medali emas pada Olimpiade di Berlin

1937—DuPont mendapat hak paten untuk sebuah produk

baru yang dikenal sebagai Nilon

Setelah penerbangan mengarungi Atlantik, balon berkemudi

Jerman Hindenburg terbakar pada waktu menambatkan diri di

New Jersey, menewaskan 36 orang

1938—Vatikan mengakui rezim Franco sebagai pemerintahan

Spanyol yang sah

Ilmuwan Hahn dan Strassmann menemukan bahwa neutron

dapat digunakan untuk membelah uranium

Apa yang disebut Kristallnacht (Malam Kristal) ketika

toko-toko orang Yahudi di Jerman dirampok dan dihancurkan

1939—Puluhan ribu tewas dalam gempa bumi di Turki

Dikembangkannya mesin pesawat terbang jet yang pertama

dan pembuatan helikopter yang pertama

1940—Inggris memanfaatkan radar yang baru diperkembangkan

dalam perang udara

[Peta di hlm. 25]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Ekspansi negara-negara poros ke Eropa sampai tahun 1940

Bangsa-Bangsa Poros dan Wilayah Taklukan Mereka

Norwegia

Denmark

Negeri Belanda

Belgia

Sudetenland

Luxemburg

Rhineland

Prancis

Polandia

Cekoslowakia

Austria

Hongaria

Rumania

Albania

[Gambar di hlm. 23]

Peperangan membunyikan lonceng kematian dari Liga itu

[Keterangan]

U.S. National Archives photo

[Keterangan]

U.S. Army photo

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan