PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g87_No24 hlm. 29-31
  • Saya Mencari Suatu Kehidupan Lebih Sederhana melalui Obat-Obat Bius

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Saya Mencari Suatu Kehidupan Lebih Sederhana melalui Obat-Obat Bius
  • Sedarlah!—1987 (No. 24)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Rasa Murung dan Usaha Bunuh Diri
  • Jawaban dalam Sebuah Buku Tua
  • Pengacara dan Kliennya
  • Bagaimana Aku Bisa Bebas dari Narkoba?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 1
  • Mengapa Sebaiknya Mengatakan Tidak kepada Narkotika?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis
  • Dari Kehidupan Kriminal ke Kehidupan Penuh Harapan
    Sedarlah!—1999
  • Bagaimana Saya Dapat Mengatakan Tidak Kepada Narkotika?
    Sedarlah!—1985 (No. 14)
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1987 (No. 24)
g87_No24 hlm. 29-31

Saya Mencari Suatu Kehidupan Lebih Sederhana melalui Obat-Obat Bius

SAYA duduk dalam sel yang remang-remang di atas sepotong karet busa tua yang kotor. Pikiran saya melayang kembali pada kejadian hari itu. Bagaimana kami dapat begitu bodoh sehingga tertangkap!

Seandainya kami tetap tenang dan tidak panik, polisi tidak akan datang ke mobil kami. Seandainya saja kami telah membuang puntung-puntung marihuana tersebut dan menyembunyikan bungkusan ganja itu sebelum polisi melihat dalam asbak itu. Bagaimana saya dapat berada dalam kekacauan ini? Pikiran saya melayang kembali pada tahun-tahun sebelumnya . . .

Sewaktu remaja, badan saya kurus tinggi sehingga saya merasa diri jelek dan aneh. Saya sangat pemalu dan tidak banyak teman. Namun, saya ingin menjadi populer di sekolah, menjadi sok tenang. Perlahan-lahan, saya mulai memanjangkan rambut, mengenakan celana jean yang lusuh dan duduk di belakang kelas bersama anak-anak lain yang berlagak tenang.

Lalu suatu hari hal itu terjadi begitu saja. Saya sedang berada di tempat merokok bersama beberapa anak. Sebatang rokok marihuana disodorkan ke arah saya. Karena tidak ingin dipandang rendah, saya ikut serta dan mengisapnya. Segera saya tertarik masuk dalam lingkungan teman-teman yang baru. Akhirnya saya menjadi lebih populer dan punya banyak teman.

Kemudian saya mulai minum obat-obat yang lebih keras. Semuanya sangat menegangkan dan penuh petualangan, berkeliaran untuk mendapat perasaan ’high’ dan melakukan hal-hal lainnya dengan cara seenaknya. Saya mulai meyakinkan diri bahwa kehidupan akan lebih sederhana jika setiap orang mengisap ganja. Mengapa? Karena itu membantu anda menghargai keindahan di sekitar anda dan untuk santai, jadi itu pasti baik untuk anda. Begitulah jalan pikiran saya. Tetapi sekarang, dalam sel yang kotor, saya sangat terpukul oleh kenyataan itu.

Orangtua saya tidak tahu bahwa saya telah menggunakan obat-obat bius. Pasti mereka akan terpukul jika mereka mengetahuinya! Setelah lama sekali, pintu sel dibuka. Seorang petugas memberitahu bahwa ayah memberi uang jaminan supaya saya dapat keluar. Perjalanan pulang yang menegangkan.

Ayah memanggil seorang pengacara untuk membantu saya menghadapi petugas pengadilan. Ia teman keluarga kami dan heran mendengar bahwa saya sampai mendapat kesulitan itu. Kemudian di kantor polisi, pengacara itu mewakili saya berbicara kepada petugas setempat. Dengan cemas saya menunggu hasilnya.

Akhirnya, diputuskan bahwa saya bebas, karena saya belum pernah ditahan sebelumnya. Sang pengacara dengan ramah menasihati supaya saya memusatkan perhatian pada tujuan hidup yang lain dan jangan pada obat-obat bius. Saya mengatakan bahwa saya akan melakukan hal itu. Tetapi kata-kata lebih mudah dari perbuatan.

Rasa Murung dan Usaha Bunuh Diri

Saya terus bergaul dengan teman-teman lama saya. Maka karena ajakan teman-teman sebaya, saya kembali minum obat-obat bius. Kemudian kegairahan itu hilang. Tetapi saya tidak dapat hidup tanpanya. Saya perlu suatu dorongan untuk dapat menghindari problem di sekitar saya dan membantu saya. Teman-teman dan saya tidak menemukan kesenangan selain dari obat-obat bius. Bahkan suatu hari yang indah di danau bermain ski, kami semua akan mengeluh dan berkata, ”Oh, seandainya saja kita memiliki sedikit ganja!”

Akhirnya saya mulai mengalami masa-masa depresi yang parah. Hidup ini terasa tidak ada tujuan. Tidak ada sesuatu pun yang dapat diharapkan selain dari mendapat perasaan ’high’. Saya mulai mencoba bunuh diri. Suatu hari saya menelan hampir semua obat dari lemari obat nenek saya dengan maksud bunuh diri. Tetapi saya menjadi cemas karena terbangun lagi esok harinya.

Suatu petang sewaktu tidak minum obat bius, saya naik ke atap rumah. Saya sangat terpesona oleh keindahan malam. Bulan begitu penuh, awan gelap yang besar bertebaran di atas langit, dan pohon pinus yang tinggi bergerak ditiup angin. ’Adakah suatu pribadi di balik keindahan dan keteraturan alam yang begitu tentram?’ Saya berpikir. ’Adakah tujuan hidup yang lebih tinggi daripada sekedar hidup seperti binatang, mencari kepuasan fisik pribadi?’ Saya menjadi sadar akan kebutuhan rohani saya.

Saya mulai membaca tentang reinkarnasi. Saya mencari tahu tentang Zen Buddhisme. Saya juga mencari Alkitab lama, membersihkannya, dan mulai membaca ”Perjanjian Baru”. Di sana saya menemukan beberapa gagasan yang saya suka, seperti kata-kata Yesus, ”Perlakukanlah orang lain seperti kalian ingin diperlakukan oleh mereka.”—Matius 7:12, BIS.

’Siapa di bumi yang menerapkan hal tersebut?’ pikir saya. ’Siapa yang dapat menjelaskan Alkitab kepada saya?’ Saya memutuskan untuk pergi ke berbagai gereja untuk mencari tahu. Tetapi karena memang pemalu, saya bahkan tidak dapat keluar dari truk untuk memasuki salah satu dari gereja-gereja itu.

Jawaban dalam Sebuah Buku Tua

Suatu petang saya berusaha berdoa kepada Allah. Saya memohon, ”Tolonglah saya menemukan orang yang benar-benar menerapkan prinsip-prinsip Alkitab.” Seminggu kemudian saya sedang melihat-lihat di sebuah toko yang menjual barang-barang bekas. Di antara beberapa buku bekas, satu buku biru kecil yang berjudul Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal menarik perhatian saya. Saya membelinya dan membacanya. Buku itu menjelaskan doktrin-doktrin utama Alkitab dan mendukung pernyataan itu dengan kutipan-kutipan Alkitab. Saya memutuskan untuk mengikuti nasihat pada halaman 139 tentang menghadiri perhimpunan di salah satu Balai Kerajaan Saksi-Saksi Yehuwa.

Saya belum pernah berbicara dengan salah seorang Saksi sebelumnya. Tetapi saya ingat ibu pernah memberitahukan saya bahwa pria yang mengerjakan gorden di rumah adalah seorang Saksi. Ia memperingatkan saya untuk tidak berbicara dengannya tentang agama, karena ia akan berbicara terus. Saya mencari namanya dalam buku telepon dan menelepon dia serta menanyakan alamat Balai Kerajaan.

Tukang gorden itu menemui saya di serambi Balai dan membawa saya ke dalam. Ia mulai memperkenalkan saya kepada setiap orang yang lewat. Saya heran bahwa mereka semua kenal satu sama lain dan bahwa Balai itu begitu hidup dengan percakapan yang ramah dan bukannya tenang, seperti yang saya bayangkan dalam sebuah gereja. Mungkin saya kelihatan aneh di mata mereka, memakai kaos oblong dan celana jean serta rambut panjang lewat pundak sampai punggung saya. Tetapi tidak seorang pun membuat saya merasa lain. Saya disambut hangat.

Setelah perhimpunan, Tuan Parciacepe, tukang gorden itu, menanyakan jika saya ingin belajar Alkitab dengannya. Saya menerima. Seraya pelajaran bertambah maju, saya menyadari perlunya perubahan dalam hidup. Pakaian dan penampilan saya berubah. Saya melepaskan diri dari obat-obat bius. Saya mengganti teman-teman lama saya dengan teman-teman baru dari Saksi-Saksi Yehuwa.

Pengacara dan Kliennya

Pada tahun 1979, kira-kira satu tahun setelah dibaptis sebagai seorang Saksi Yehuwa, saya dapat memasuki dinas sepenuh waktu. Pada musim panas pertama sewaktu sedang berdinas, sesuatu yang tidak diharapkan terjadi.

Salah seorang Saksi, yang adalah pengacara dan seorang penatua dalam sidang, memutuskan untuk mengunjungi beberapa pengacara setempat guna memberitahu mereka tentang kepercayaan kami. Ia membawa saya ikut serta. Salah seorang dari pengacara-pengacara yang kami kunjungi ternyata adalah pengacara yang membantu saya bertahun-tahun yang lalu sewaktu saya ditahan karena memiliki obat-obat bius.

Teman saya menjelaskan tujuan kunjungan kami dan kemudian memperkenalkan saya. Seraya kami berjabatan tangan, pandangan terkejut dan tidak percaya terpancar dalam wajahnya, dan kemudian ia tersenyum lebar dan berseru, ”Ladd Stansel! Saya tidak mungkin dapat mengenali anda! Anda telah begitu berubah!”

Setelah kejutan pertama berlalu, saya menunjukkan dia sebuah buku yang pertama saya baca dan berkata, ”Buku ini telah benar-benar membantu saya mengerti prinsip-prinsip Alkitab dan melihat pentingnya membuat perubahan-perubahan ini. Saya ingin anda memiliki sebuah buku ini.” Ia menerima buku itu dan dengan ramah mengucapkan terima kasih. Ketika meninggalkan tempat itu, kami memikirkan bagaimana pengaruh atas dirinya.

Beberapa hari kemudian kami mengetahuinya. Ibu dan teman pengacara saya menerima surat-surat yang sangat menyentuh perasaan dari bekas pengacara yang membela saya. Ia menulis bahwa ia telah menyaksikan suatu mujizat—perubahan seorang pemuda pecandu obat-obat bius yang gelisah menjadi seorang pemuda baik yang sekarang berguna bagi masyarakat.

Tujuh tahun belakangan ini saya banyak dibantu untuk menjadi matang. Pada tahun 1981 saya diterima bekerja sebagai tenaga sukarela di Betel, kantor pusat Saksi Yehuwa di New York. Kehidupan saya menjadi lebih kaya sewaktu tahun lalu saya menikah dengan Sue, yang bersama saya melayani di Betel.

Maka bukan obat-obat bius yang membuat kehidupan saya lebih sederhana—tapi sebaliknya! Hanya dengan meninggalkan obat-obat bius dan melayani Pencipta saya, Allah Yehuwa, kehidupan saya menjadi sederhana serta penuh dengan kepuasan dan kebahagiaan. (Matius 6:22)—Seperti diceritakan oleh Ladd Stansel.

[Gambar di hlm. 31]

Ladd dan Sue Stansel sekarang

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan