PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g90_No33 hlm. 29-32
  • Dari Anak Nakal Menjadi Misionaris

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Dari Anak Nakal Menjadi Misionaris
  • Sedarlah!—1990 (No. 33)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Kebenaran Allah Mengubah Saya
  • Mengejar Cita-Cita sekalipun Banyak Kesulitan
  • Akhirnya Menjadi Misionaris!
  • Sekali Lagi Dinas Suci di Amerika Serikat
  • Mencari Dahulu Kerajaan​—Suatu Kehidupan yang Tentram dan Bahagia
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2003
  • Utusan Injil Mendorong Ekspansi Seluas Dunia
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
  • Buku Kegiatan 1990
    Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 1990
  • Tetap Mengarahkan Mata dan Hati kepada Hadiah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1996
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1990 (No. 33)
g90_No33 hlm. 29-32

Dari Anak Nakal Menjadi Misionaris

Hari itu tanggal 6 Agustus 1950. Saya berdiri dengan Ibu di Yankee Stadium, New York City. Kami sedang menghadiri kebaktian internasional dari Saksi-Saksi Yehuwa. Pada waktu itu kami berdua belum menjadi Saksi-Saksi Yehuwa. Saya memandang sekeliling dengan perasaan kagum akan begitu banyak orang yang hadir, lebih dari seratus ribu orang di stadion dan tempat-tempat di sekelilingnya, tetapi tidak ada dorong-mendorong, tidak ada kata-kata kasar atau perkelahian, tidak ada luapan kemarahan. Saya teringat mengatakan kepada ibu saya, ”Ini sungguh luar biasa. Di organisasi-organisasi yang pernah saya ikuti dan di tempat-tempat yang pernah saya kunjungi biasanya selalu ada perkelahian. Ibu, ini pasti kebenaran!” Ia hanya menggenggam tangan saya dengan erat dan tersenyum, karena ia tahu benar masa lampau saya. Izinkanlah saya menceritakan tentang masa lampau saya.

Saya dilahirkan di Metropolis, sebuah kota kecil di tepi Sungai Ohio di sebelah selatan Illinois, A.S. Waktu itu tahun 1930, dan Depresi Besar sedang melanda dunia ini. Saya anak ke-9 dari 11 orang anak. Saya dibesarkan dalam agama Lutheran. Pada sore hari ibu saya suka duduk dan membacakan Alkitab kepada saya, dan saya benar-benar menikmati saat-saat itu. Ia mengajarkan kepada saya ayat dalam Yohanes 3:16, yang berbunyi, ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal,” dan mengatakan kepada saya agar jangan sekali-kali melupakan kasih Allah bagi kita. Saya sering mengingat ayat itu dan suka mengulanginya pada waktu saya sendirian, namun saya tidak mengerti cara bagaimana Allah mengasihi kita dan apa artinya hal itu dalam hidup saya. Saya bertanya kepada beberapa orang yang taat beragama, dan mereka memberikan bermacam-macam jawaban, seperti, ”Allah memberi kita pohon-pohon dan bunga-bunga”; ”Allah memberi kita kehidupan”; ”Allah memberi kita binatang-binatang, bintang-bintang yang indah, hujan untuk menumbuhkan segala sesuatu”. Kemudian saya berpikir, ’Tetapi semua itu sudah ada sebelum Yesus lahir. Ayat itu menjanjikan kehidupan kekal, padahal saudara laki-laki dan perempuan saya meninggal.’ Ketika saya bertanya tentang hal itu, saya mendapat jawaban, ”Oh, tetapi itu akan terjadi setelah kamu meninggal.” Jadi, sebagai seorang anak, saya menjadi bingung dan sejak usia yang sangat muda sudah tidak berminat lagi kepada agama dan sekolah Minggu.

Pada waktu itu saya berumur sepuluh tahun, saya seorang anak yang nakal dan menjadi anggota dari gang di jalanan, bahkan kadang-kadang mengepalainya. Saya selalu harus berurusan dengan pihak yang berwajib. Jika ayah saya melihat mobil polisi di jalan kami, ia sudah tahu bahwa mereka datang untuk menanyakan saya dan mengatakan, ”Panggil Robert. Polisi datang.” Orang-tua saya banyak menderita akibat kenakalan saya, dan ayah saya memohon agar saya memutuskan hubungan dengan gang itu. Ia begitu putus asa dan mengatakan kepada saya, ”Kesusahan yang kau timbulkan atas kami sama banyaknya dengan yang dilakukan oleh semua saudaramu digabungkan bersama, dan itu hanya karena pergaulanmu.” Tetapi, anehnya, Ibu mengatakan kepada Ayah, ”Ia akan berubah. Lihat saja, pada suatu saat Robert akan menjadi pendeta.”

Kebenaran Allah Mengubah Saya

Kemudian sesuatu terjadi, yang sangat berpengaruh atas kehidupan saya. Saudara perempuan saya Evelyn mulai belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa pada tahun 1948. Namun, pada waktu itu yang saya ketahui mengenai Saksi-Saksi Yehuwa hanya sikap mereka yang netral dalam masalah nasional dan politik. Saya sangat cenderung kepada nasionalisme dan tidak ingin saudara perempuan saya terlibat dengan orang-orang ini. Saya sangat menentang dia. Sekalipun demikian, ia mengenali kebenaran dari apa yang ia pelajari dan tidak mendengarkan saya. Sampai sekarang ia dan sebagian besar dari anak-anak dan cucu-cucunya dengan setia melayani Allah Yehuwa. Sekarang saya berterima kasih kepadanya dan kepada Allah atas ketekunannya karena pada suatu hari saya mendengarkan ia membahas Alkitab dengan guru Alkitabnya pada waktu saya berada di dapur. Saya mendengar tentang Firdaus di bumi yang akan datang dan kemungkinan untuk hidup selama-lamanya di sana. Yohanes 3:16 muncul kembali dalam ingatan, dan saya berpikir, ’Inilah kasih Allah untuk kita melalui Yesus.’ Setelah itu, setiap minggu saya selalu mendengarkan dari dapur. Tidak lama kemudian mereka mengundang saya untuk ikut duduk mendengarkan. Demikianlah saya mulai mengenal Allah yang benar dan pengasih, Yehuwa.

Orang-tua saya juga ikut menghadiri pengajaran tersebut, dan setelah pindah ke Ypsilanti, Michigan, mereka meneruskan pengajaran Alkitab itu. Tidak lama kemudian, saya juga pindah ke sana. Pada tahun 1950 saya menghadiri kebaktian Saksi-Saksi Yehuwa untuk pertama kali, kebaktian internasional di Yankee Stadium, New York City. Pernyataan kasih sejati selama satu minggu itu meyakinkan saya bahwa orang-orang seperti inilah yang saya inginkan sebagai sahabat selama sisa hidup saya. Pada kebaktian itu saya membuat pembaktian untuk melayani Yehuwa, Allah yang benar.

Dalam perjalanan kembali ke Michigan dari kebaktian, kami menikmati kunjungan ke Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal, sekolah yang melatih para rohaniwan untuk melayani sebagai misionaris di negeri-negeri lain. Pada waktu itu sekolah berlokasi di suatu daerah pedesaan yang indah dekat South Lansing, New York. Pada kunjungan tersebut, saya menetapkan cita-cita untuk menjadi misionaris.

Pada tanggal 10 September 1950, saya dibaptis bersama dua orang lain di suatu sungai kecil di sebuah perladangan. Pada waktu itu saya berumur 19 tahun. Saya mulai mempunyai teman-teman lain dalam pergaulan, dan pada waktu saya bertemu dengan rekan-rekan lama saya, mereka bertanya apa yang telah terjadi. Beberapa mengatakan bahwa saya sudah gila. Tetapi, sebenarnya, saya belum pernah merasa lebih waras dalam hidup saya! Ayah saya merasa kagum dan sangat senang.

Pada tahun 1951 saya menikah dengan Earline Merlau Olson. Latar belakangnya sangat berbeda dengan saya, karena ia dibesarkan oleh orang-tua yang berbakti sepenuhnya kepada Allah. Ia melewatkan liburan sekolahnya dalam kegiatan pengabaran sepenuh waktu dan berharap akan meluaskan pelayanannya dengan menjadi misionaris.

Mengejar Cita-Cita sekalipun Banyak Kesulitan

Karena sikap kenetralan Kristen, sekali lagi saya harus berurusan dengan pihak yang berwajib, dan untuk pertama kali dalam hidup saya, saya masuk penjara—karena menjadi orang Kristiani! Selama siang dan malam hari saya ditahan dalam penjara setempat, pemeliharaan Allah yang pengasih terlihat dengan jelas. Salah seorang tahanan, pasti kepala sel, memberi tahu yang lain bahwa ia ingin mengadakan pengadilan tidak resmi dan menjadikan saya korbannya. Apa yang harus saya lakukan? Kembali melakukan apa yang dulu pernah saya lakukan selama bertahun-tahun sebagai anak nakal atau percaya kepada Allah? Saya memohon kepada Yehuwa untuk membantu saya tetap setia dan memberi saya hikmat serta kekuatan. Segera seorang tahanan lain membantu saya. Ia mengatakan kepada yang lain-lain untuk menggunakan dia sebagai korban dan, sambil mendorong saya ke belakangnya, ia berkata, ”Untuk mendapatkan dia, kau harus melalui saya.” Saat-saat yang menegangkan berlalu. Kemudian kepala sel itu berkata, ”Sudahlah. Hal itu tidak begitu penting.” Saya bersyukur kepada Allah! Pengacara mengatur pembebasan saya dari penjara pada hari berikutnya, namun proses pengadilan terus berlangsung selama tiga tahun sampai akhirnya saya dibebaskan dari dinas militer dengan predikat seorang rohaniwan.

Pada tanggal 1 Mei 1955, istri saya dan saya memulai karir kami sebagai pemberita sepenuh waktu, atau perintis. Kami merintis selama dua tahun dengan sidang di Ypsilanti, Michigan. Kemudian kami diundang untuk melayani sebagai rohaniwan perintis istimewa, mulai tanggal 1 Mei 1957, di Burlington, Vermont, membaktikan lebih banyak waktu lagi untuk mengabar. Selama dua tahun di sana, kami ikut serta mendirikan kembali sidang itu. Balai Kerajaan kami yang pertama terletak di tengah-tengah kota! Pada hari Minggu khotbah umumnya adalah ”Komunisme atau Kekristenan—Yang Manakah?” Karena beberapa ancaman dilontarkan untuk menghalangi perhimpunan kami, saya menghadap polisi guna menanyakan apakah kami dapat mengandalkan perlindungan mereka jika diperlukan. Mereka memberikan jaminan bahwa mereka akan menangani situasi tersebut. Kira-kira 20 menit sebelum perhimpunan mulai, satu mobil yang penuh diparkir di depan Balai Kerajaan. Dalam waktu beberapa menit polisi datang dan berbicara kepada mereka, dan mereka pergi. Kami menikmati perhimpunan yang tenang dengan banyak hadirin.

Akhirnya Menjadi Misionaris!

Kami diundang oleh Lembaga Menara Pengawal untuk menjadi bagian dari staf kantor pusatnya di New York City, mulai tanggal 1 Mei 1959. Pada waktu kami mempersiapkan hal-hal untuk berangkat, surat lain tiba yang mengundang kami mengikuti Sekolah Gilead untuk dilatih menjadi misionaris, mulai September 1959. Dua berkat besar dalam satu tahun! Akhirnya, kami dapat mencapai cita-cita kami untuk menjadi misionaris. Dinas suci kami terus diperluas!

Pada bulan Februari 1960, setelah kira-kira enam bulan pelajaran dan pelatihan, kami lulus dari kelas Gilead yang ke-34. Kami ditugaskan ke Bogotá, Kolombia, dan tiba pada tanggal 1 Maret 1960.

Tantangan kami yang pertama ialah belajar bahasa Spanyol. Kata-kata yang saya pakai secara keliru sering menjadi bahan tertawaan orang. Saya teringat, pada waktu saya bertugas di Bagian Penginapan selama kebaktian distrik kami yang pertama, saya meminta kepada saudara-saudara untuk meminjamkan beberapa kasur (colchones), tetapi saya menggunakan kata cochinos (babi). Dengan sopan mereka bertanya kepada saya, ”Saudara membutuhkannya untuk apa?” Saya berkata, ”Untuk tempat tidur saudara-saudara.” Setelah semuanya tertawa, kami mendapatkan kasur-kasur itu.

Sambil menikmati ciptaan Allah dalam keindahan alam dari pegunungan Andes yang megah dengan puncak tertutup salju, hutan-hutan, dan dataran rendah, kami memperoleh banyak pengalaman yang tak terlupakan. Salah satunya ialah pada waktu kami mengunjungi perintis-perintis istimewa di Villavicencio, di tepi llano (dataran rendah). Di kota San Martin, kami bertemu dengan rombongan Saksi-Saksi dari Granada. Ini adalah untuk pertama kalinya orang-orang di San Martin mendengar berita Kerajaan. Ketika istri saya sedang berbicara dengan seorang wanita di rumahnya, seorang anak laki-laki datang menghampiri istri saya dan menanyakan apa yang sedang ia kerjakan. Setelah diberi tahu, anak itu pergi tetapi kemudian kembali lagi dan mengatakan bahwa seorang pelanggan di toko obat di seberang jalan ingin berbicara dengan istri saya. Orang itu mendengarkan berita itu dengan gembira dan ingin memiliki semua bacaan Alkitab yang ada pada istri saya. Pada waktu langganan majalah Menara Pengawal dan Sedarlah! ditawarkan, ia berkata, ”Rumah saya sangat jauh sehingga tidak ada pelayanan pos di sana. Saya harus mengambil surat-surat saya di sini di San Martin, dan saya hanya datang ke mari sekali setahun untuk barang-barang yang diperlukan.” Untunglah, pada tahun itu ia datang ketika kami sedang berkunjung.

Kami sangat menikmati pekerjaan membagikan kebenaran Firman Allah kepada orang-orang Kolumbia selama 16 tahun, melakukan perjalanan dengan segala macam sarana transport: piragua (sampan dari batang pohon), pesawat udara, bis, mobil, kuda, dan burro (keledai kecil). Ke manapun kami pergi, kami bertemu dengan orang-orang yang ramah yang senang membicarakan kebenaran Alkitab dan belajar mengenal dan mengerti kasih Yehuwa dan Putra-Nya yang Ia kasihi.

Sekali Lagi Dinas Suci di Amerika Serikat

Pada tahun 1976, karena kewajiban pribadi, kami harus kembali ke Amerika Serikat, tempat kami dapat melanjutkan dinas suci kami sebagai perintis. Kemudian, pada tahun 1980, saya diberi tugas mengunjungi sejumlah sidang dalam suatu wilayah sebagai pengawas keliling. Maka, saya ditugaskan untuk melayani daerah yang berbahasa Spanyol. Kami sangat bersukacita bekerja sama dengan saudara dan saudari rohani kami yang hangat dan pengasih dalam wilayah-wilayah di berbagai bagian dari Amerika Serikat.

Waktu saya masih kecil, ibu saya mengatakan kepada saya, ”Jangan sekali-kali melupakan kasih Allah!” Saya bersyukur kepada Yehuwa karena Ia telah membantu saya, melalui organisasi-Nya di bumi, untuk mengerti kasih-Nya dan apa artinya itu bagi umat manusia, dan juga karena Ia telah membantu saya berubah, melalui Firman dan roh-Nya, dari seorang anak yang nakal menjadi orang yang dapat Ia terima untuk dinas suci-Nya. Ia telah melimpahkan berkat-berkat-Nya, sehingga saya dapat mencapai cita-cita yang saya tetapkan selama itu. Untuk hak-hak istimewa kami yang limpah dalam dinas suci Allah dan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan, istri saya dan saya mengucap syukur kepada Yehuwa, Putra-Nya dan organisasi-Nya yang setia.—Diceritakan oleh Robert D. Reed.

[Gambar di hlm. 30]

Robert dan Earline Reed

[Gambar di hlm. 31]

Hari mencuci di Kolombia untuk istri saya, Earline

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan