PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g90_No35 hlm. 28-32
  • Reruntuhan Maya—Penjaga-Penjaga yang Terlupakan dari Masa Silam

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Reruntuhan Maya—Penjaga-Penjaga yang Terlupakan dari Masa Silam
  • Sedarlah!—1990 (No. 35)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Zaman Klasik
  • Tugu-Tugu Masyarakat Maya
  • Tikal yang Klasik
  • Berakhirnya Masa Klasik
  • Maya Dulu dan Sekarang
    Sedarlah!—2001
  • Kemerdekaan Sejati bagi Orang Maya
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2008
  • Kalender Maya yang Mengagumkan
    Sedarlah!—2005
  • Surat Pembaca
    Sedarlah!—2002
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1990 (No. 35)
g90_No35 hlm. 28-32

Reruntuhan Maya—Penjaga-Penjaga yang Terlupakan dari Masa Silam

Oleh koresponden Sedarlah! di Guatemala

DARI dataran yang agak panas dan gersang di Yucátan, Meksiko sampai ke hutan-hutan tropis yang rimbun dan selalu hijau di Guatemala dan Belize, terus ke lembah-lembah yang panas di El Salvador dan Honduras di Amerika Tengah, tampak kumpulan reruntuhan bangunan Maya yang sebagian telah direstorasi. Bagaikan penjaga-penjaga yang terlupakan, mereka menjadi monumen dari masa silam yang diwarnai oleh kuil-kuil yang menjulang tinggi dan istana-istana yang megah yang dirancang dan didekorasi oleh tangan-tangan terampil. Bangunan-bangunan yang pernah menjadi salah satu keajaiban dunia mereka namun yang kini hanya tinggal teka-teki arkeologi yang menakjubkan, mengingatkan kita akan suatu keindahan yang sudah punah untuk selamanya.

Apa yang membuat peradaban Maya, dari 2.000 tahun yang lalu, begitu luar biasa? Meskipun pada waktu itu tidak ada kendaraan beroda, perkakas dari logam, binatang pengangkut beban, dan bangunan lengkung setengah lingkaran dengan batu penopang, dan dengan adanya problem hutan yang terus mengganggu, orang Maya berhasil mengembangkan peradaban Indian pra-Columbusa yang paling besar yang pernah ditemukan di benua Amerika Utara. ”Merekalah yang menyempurnakan sistem penulisan—satu-satunya sistem penulisan yang saksama yang pernah dikembangkan di negeri-negeri Amerika—dan membuat kemajuan yang penting dalam bidang matematika dan astronomi,” kata majalah Smithsonian. ”Orang-orang ini telah memikirkan konsep angka nol yang berguna dan mereka mempunyai kalender yang memungkinkan mereka membuat catatan yang cukup saksama dari siklus planet dan benda-benda angkasa.”

Zaman Klasik

Orang-orang Maya terus berupaya menghitung dan mencatat waktu, dan prestasi mereka yang terbesar adalah dalam bidang ini. Selama zaman Klasik mereka, dari tahun 250 M. sampai 900 M., mereka berhasil menghitung tahun tropis dan dengan tepat meramalkan gerhana matahari dan bulan, juga peredaran Venus mengelilingi matahari.

Para sarjana dan penulis Maya membuat catatan di atas kertas yang terbuat dari kulit pohon ara liar yang ditumbuk dan dilapisi kapur. Tulisan mereka, gabungan dari huruf-huruf fonetik yang melambangkan unit-unit suara dan ideografi (tulisan gambar) untuk mengungkapkan kata-kata, adalah salah satu dari lima sistem penulisan dasar yang diciptakan oleh manusia. The New Encyclopædia Britannica menyatakan bahwa penemuan orang Maya berupa sistem angka berdasarkan kedudukan dan angka nol dapat dianggap ”salah satu prestasi yang paling cemerlang dari pikiran manusia”. Sejarah hanya mencatat dua peradaban lain yang mengembangkan konsep angka nol dalam matematika, yaitu Hindu dan Arab.

Sekalipun hal-hal ini merupakan prestasi yang menakjubkan, arkeolog Michael D. Coe, dalam bukunya The Maya, memberikan pandangan, ”Namun kita tidak boleh terlalu membesar-besarkan hal tersebut. Ilmu pengetahuan dalam arti modern waktu itu belum ada. Sebaliknya kita menemukan, sebagaimana halnya pada peradaban-peradaban di Mesopotamia, gabungan dari data astronomi yang cukup saksama dengan apa yang hanya dapat disebut numerologi [ilmu yang mempelajari makna gaib dari angka-angka], yang dikembangkan oleh imam-imam untuk tujuan keagamaan.”

Dengan puncak jumlah penduduk kira-kira 3.000.000 orang, bangsa Maya, di kurang lebih 40 kota yang masing-masing berpenduduk lebih dari 20.000 orang, membangun piramide-piramide dan kuil-kuil yang megah. Sekalipun tidak memiliki kendaraan beroda, mereka mengangkut banyak sekali batu-batu untuk bangunan-bangunan tersebut dan membentuk blok-blok batu dengan batu yang lebih keras, tali pintal untuk mengampelas, kaca dari lahar gunung berapi, dan bahan-bahan alami lain. Tidak seperti lengkung setengah lingkaran dengan batu tengah dari seni arsitektur Romawi, bangunan-bangunan mereka yang indah menggunakan lengkung setengah lingkaran dengan batu penopang—yang dibentuk dengan menumpuk batu-batu ke arah tengah, lapis demi lapis, di kedua sisi sebuah lubang pintu, lalu menghubungkannya dengan sebuah batu pada puncaknya. Dinding-dinding bangunan banyak dihiasi ukiran dan hieroglyph (tulisan-tulisan kuno). Lagi pula, zaman Klasik terkenal dengan pembuatan barang-barang pecah-belah yang berwarna-warni dan tugu-tugu, lempengan-lempengan batu tegak lurus, yang di atasnya kejadian-kejadian penting dicatat.

Tugu-Tugu Masyarakat Maya

Sejak zaman dahulu kala, manusia berupaya mencatat nama dan prestasi mereka untuk keturunan yang akan datang di atas bahan yang tidak mudah rusak, seperti tanah liat dan batu, seperti contohnya Tawarikh Nabonidus yang terkenal dari zaman Babel purba dan Batu Roseta zaman Mesir kuno. Bangsa Maya juga berbuat demikian. Sedikitnya seribu tiang batu, atau tugu, dengan berbagai bentuk dan ukuran, dengan tinggi dua setengah sampai tiga meter, telah ditemukan. Tugu-tugu ini ternyata adalah monumen-monumen untuk menghormati para penguasa bangsa Maya—yang berisi catatan tentang sejarah dan masa pemerintahan mereka. Ke-86 tugu yang ditemukan di Tikal, Guatemala, berbentuk seperti batu nisan raksasa. Hanya 21 dari antaranya yang diukir, umumnya melukiskan sosok tubuh dengan pakaian penuh hiasan menghadap ke kiri dalam bentuk relief timbul, memegang tongkat kekuasaan dan sedang menginjak para tawanan.

Salah satu misteri yang menghantui para ahli kebudayaan Maya adalah interpretasi dari tulisan-tulisan kuno Maya yang dikenal sebagai glyph. Seberapa banyak yang telah berhasil ditafsirkan? ”Saya kira kita sekarang dapat membaca 75 persen dari glyph-glyph pada monumen-monumen itu,” kata sarjana kebudayaan Maya Davis Stuart. ”Dan dari sini tampak bahwa bangsa Maya rupanya sangat suka mencatat silsilah para penguasa mereka, kapan mereka mulai berkuasa, jumlah tawanan perang yang mereka peroleh, dan kapan mereka melakukan upacara pencurahan darah dan korban-korban.”

Tiga penemuan penting, yang didapat secara beruntun dengan cepat, telah membantu menginterpretasi tulisan-tulisan tersebut. Pertama, pada tahun 1958, ahli prasasti Heinrich Berlin membuktikan bahwa monumen-monumen tersebut memuat ”Glyph-Glyph Lambang” yang menunjukkan kota-kota Maya tempat monumen-monumen itu ditemukan atau dinasti-dinasti Maya yang memerintah kota-kota tersebut.

Penemuan kedua adalah pada tahun 1959 ketika ahli kebudayaan Maya Tatiana Proskouriakoff menemukan hubungan untuk 35 monolit yang bertanggal di Piedras Negras—yang dengan sengaja didirikan menurut tujuh pengelompokan—dan kenyataan bahwa tidak satu pun dari periode waktu untuk ketujuh pengelompokan itu panjangnya lebih dari rata-rata umur manusia. Setiap kelompok berisi catatan kejadian-kejadian yang menyangkut kehidupan sesungguhnya dalam suatu masa pemerintahan yang penuh. Akhirnya, dibuktikan bahwa hieroglyph-hieroglyph itu merupakan sistem penulisan dengan huruf-huruf fonetik dan struktur tata bahasa.

Mungkin di wilayah Maya manapun tidak terdapat tugu-tugu yang begitu artistik seperti reruntuhan Copán yang indah di Honduras Barat. Dalam perimeter pusat masyarakat Maya yang elok ini terdapat banyak monolit-monolit berukir yang sangat indah dari batu-batu gunung berapi yang kehijau-hijauan yang disebut trachyte—lembut pada waktu digali namun lambat laun mengeras bila kena unsur-unsur alam. Tugu-tugu ini lebih indah daripada tugu-tugu batu kapur di Tikal karena ukirannya menunjukkan kebebasan berekspresi yang lebih besar dari si pemahat, sebagaimana dibuktikan oleh efek tiga dimensi yang dihasilkan.

Bagi beberapa orang, glyph-glyph yang paling indah ialah yang terdapat di tempat yang unik Quiriguá—salah satu pusat masyarakat Maya yang kecil dan tenang kira-kira 50 kilometer di sebelah utara Copán di negeri pisang Guatemala, yang dulu adalah wilayah hutan tropis. Kompleks kuilnya kurang menarik, namun tidak demikian dengan ke-12 tugu batu pasirnya. Tugu ”E”, yang beratnya 65 ton merupakan monumen Maya yang terbesar; tingginya 11 meter, lebarnya 1,5 meter, dan tebalnya 1,3 meter.

Tikal yang Klasik

Jauh di pedalaman hutan belantara Petén di Guatemala Utara terletak Tikal, pusat terbesar dari kebudayaan Maya Klasik yang pernah ditemukan sampai saat ini. Bagian tengah dari kota yang luasnya 130 kilometer persegi ini hanya 16 kilometer persegi. Di dalamnya terdapat lebih dari 3.000 bangunan dari berbagai jenis, dari rumah-rumah yang sederhana sampai kuil-kuil yang tinggi berbentuk seperti zigurat. Yang tertinggi, Kuil IV, yaitu Kuil Ular Berkepala Dua, menjulang tinggi sampai 65 meter. Tempat penting di Tikal adalah Plaza Besar yang luasnya satu hektar, dengan Kuil I, yaitu Kuil Macan Tutul (Jaguar) Raksasa, di sebelah timur dan Kuil II, yaitu Kuil Topeng-Topeng, di sebelah barat.

Untuk apa semua kuil-kuil ini? Walaupun belum ada kepastian dalam hal ini, arkeolog Maya Edwin M. Shookb mengatakan kepada Sedarlah!, ”Ini adalah kuil-kuil agama dan didirikan untuk maksud tersebut. Yang kedua, ini biasanya digunakan untuk menghormati seseorang dengan menaruh tulang-belulangnya di tempat yang dipuja seperti itu. Misalnya, Biara Westminster [di London] tidak didirikan untuk tempat pemakaman. Namun orang-orang Inggris menghormati tokoh-tokoh mereka dengan mengubur mereka di Biara Westminster. Itulah tepatnya yang kita lihat di seluruh sistem masyarakat Maya. Memang ada beberapa perkecualian.” Adalah Shook yang menemukan jalan-jalan lintasan utama Tikal dan menamainya menurut nama para penjelajah yang terdahulu—Mendez, Maudslay, Maler, dan Tozzer.

Di dua sisi yang lain dari Plaza Besar terdapat Akropolis Utara dan Tengah, yang diduga adalah istana-istana dan gedung-gedung administrasi. Tidak jauh dari Akropolis Selatan terdapat Tripple Ball Court, yang pernah menggemakan suara gedebak-gedebuk bola karet yang dilemparkan oleh pemain-pemain yang mengenakan pakaian pelindung. Karena Tikal terletak di atas fondasi batu kapur yang berpori, yang melaluinya air hujan yang berharga dengan mudah disaring, maka orang-orang Maya perlu membuat beberapa waduk, yang di antaranya semula adalah tambang-tambang batu kapur. Bak-bak tempat air ini dilapisi tanah liat khusus untuk mencegah perembesan. Akropolis Selatan, Plaza-Plaza Timur dan Barat, Plaza Tujuh Kuil, Pasar Tengah, empat jalan lintasan utama yang dilewati arak-arakan agama, dan kompleks Dunia yang Hilang—yang baru-baru ini direstorasi oleh para arkeolog Guatemala—merupakan penunjuk-penunjuk (landmarks) yang merupakan peninggalan Tikal.

Berakhirnya Masa Klasik

Apa yang menyebabkan masa Klasik berakhir? Ada banyak sekali teori, namun tidak seorang pun benar-benar mengetahuinya. Apa yang diketahui adalah bahwa pembangunan tugu-tugu yang bertanggal, istana-istana, dan bangunan-bangunan umum tiba-tiba berhenti. Tugu terakhir yang diketemukan di Tikal bertanggal 869 M. Penduduk meninggalkan pusat-pusat kota Maya yang besar dan mulai tinggal di kampung-kampung pertanian kecil yang tersebar. Hutan belantara yang tadinya tertahan, kini bertambah luas. Pohon-pohon muda mulai berakar di sudut-sudut dan celah bangunan-bangunan utama dan tumbuh menjadi besar. Akar-akarnya, yang lingkar kelilingnya kini setebal beberapa meter, meretakkan sudut-sudut, memecah blok-blok batu-batu kapur, merapuhkan tembok-tembok, dan menghancurkan lengkungan-lengkungan kubah yang berbatu penopang. Dalam keadaan terlantar dan terlupakan, Tikal dan tempat-tempat sekitarnya tersembunyi dari dunia luar, tertutup rapat oleh hutan belantara di sekelilingnya.

Apakah catatan tertulis dari orang-orang Maya dapat memberikan sedikit keterangan? Mungkin saja andai kata tidak ada orang-orang Spanyol yang menyerbu pada abad ke-16. ”Diego de Landa, uskup pertama dari Yucatán, dalam suatu ledakan awal dari semangat Katolik, memperbesar misteri tersebut dengan berusaha menghapus semua bekas peninggalan kebudayaan Maya,” demikian kata Smithsonian. ”Ia membakar banyak naskah kuno, buku-buku asli dari kertas kulit pohon (hanya empat dari naskah kuno Maya yang diketahui masih ada dewasa ini) yang mungkin dapat menjelaskan banyak hal dan menghapus banyak kebingungan yang timbul belakangan.”

Jadi, kumpulan reruntuhan dunia Maya di Amerika Tengah yang sebagian sudah direstorasi kini masih merupakan teka-teki arkeologi bagi dunia kita. Dengan membisu, reruntuhan ini terus berdiri, bagaikan penjaga-penjaga yang terlupakan dari masa silam.

[Catatan Kaki]

a Sebelum Christopher Columbus (1451-1506).

b Direktur lapangan untuk sebagian besar proyek 14 tahun restorasi Tikal dari Universitas Pennsylvania yang dimulai pada tahun 1956.

[Gambar di hlm. 29]

El Castillo, yang terbesar dari tujuh bangunan Maya di Chichén Itzá, Yucatán, Meksiko

[Gambar di hlm. 30]

Kuil piramide (abad ketujuh S.M.), Plaza Besar, Tikal, Guatemala

[Gambar di hlm. 31]

Permainan bola zaman kuno diadakan di halaman ini di Copán, Honduras

[Keterangan]

Instituto Hondureño de Antropologia e Historia

A Chac Mool, foreground, possibly used to receive human hearts; Temple of the Warriors, Chichén Itzá, Yucatán, Mexico

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan