PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g 1/91 hlm. 26-28
  • Korintus—Kota Dua Laut

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Korintus—Kota Dua Laut
  • Sedarlah!—1991
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Sumber Dayanya
  • Kebalikan dan Pemulihan
  • Kesan-Kesan Kami
  • Hujan Turun Juga!
  • Korintus
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Kota Korintus​—”Penguasa Dua Pelabuhan”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2009
  • ”Teruslah Berbicara dan Jangan Diam”
    ”Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
  • Korintus—Sebuah Kota Perdagangan yang Sibuk
    Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru (Edisi Pelajaran)
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1991
g 1/91 hlm. 26-28

Korintus—Kota Dua Laut

”ORANG-ORANG zaman dahulu percaya bahwa dewa benar-benar ada. Kadang-kadang saya juga berpikir begitu.” Demikian komentar pramuwisata kami seraya ia menuntun kami di antara reruntuhan kuil-kuil yang dahulu dibaktikan kepada Apollo, Aprodite, Hermes, Herkules, dan Poseidon. Tercium bau hujan di udara, dan kami mendengar gemuruh badai mulai bertiup. ”Zeus”, kata pramuwisata wanita ini sambil tersenyum.

Hulu-hulu petir memang sudah tampak di atas Gunung Parnasus pada pagi hari, dan dengan cepat menyebar di sepanjang Teluk Korintus sehingga terasa kurang menyenangkan bagi kami. Tetapi pramuwisata kami tetap saja gembira sambil terus merangkai cerita mengenai zaman kuno, keagungan Yunani, dan munculnya Kekristenan. Dengan terampil ia menggabungkan kenyataan, angan-angan, sejarah, dan mitologi untuk mendirikan bangunan-bangunan yang bisa dilihat oleh mata pikiran kami lalu memenuhinya dengan insan-insan dari zaman lain.

Kami tidak khawatir akan hujan. Jarang hujan di daerah Peloponisos. Justru semenanjung selatan ini salah satu daerah yang paling kering di Yunani! Hanya Atena yang lebih kering. Sebaliknya, setiap kali hujan turun, pasti deras. Air hujan mengalir dengan liarnya mengikis tanah yang lebih tinggi dan membuat wilayah di sebelah bawah dataran tinggi Korintus menjadi kaya dengan tanah endapan.

Aneh! Dari semua hal yang terkenal di Korintus, kami hampir tidak mengira bahwa salah satunya adalah hasil pertanian. Ya, baik yang ditanam di Levant, di Kalifornia, atau di tempat lain, di mana pun buah anggur yang dikeringkan yang disebut kismis senang dikunyah, nama ”Corinth” [kata dalam bahasa Inggris untuk Korintus] tetap dibawa dalam bentuk yang sudah merosot yakni ”currant” [kata bahasa Inggris untuk kismis].

Sumber Dayanya

Tanahnya mungkin salah satu sebab diberikannya julukan ”Korintus yang kaya” oleh Homer. Akan tetapi, Korintus memperoleh sebagian besar dari kekayaannya sebagai kota pelabuhan yang melayani Laut Ionia dan Laut Aegea. Horace menyebutnya ”bimarisve Corinthi”, atau ”Korintus dengan dua laut”. Bagaimana satu kota bisa menjadi pelabuhan bagi dua laut? Mudah, karena kota itu terletak pada ujung selatan tanah genting (Yunani, isth·mosʹ) yang menghubungkan Peloponisos dengan daratan Yunani.

Korintus menarik manfaat dari lalu lintas pelabuhan timur-barat dan bea yang dipungut untuk mengangkut barang dan kapal-kapal kecil menyeberang tanah genting sepanjang jalan kapal yang oleh orang-orang Yunani disebut diʹol·kos. Korintus juga mengenakan pajak atas barang yang diangkut lewat darat ke arah utara dan selatan. Tidaklah mengherankan bahwa Philip II, ayah Iskandar Agung, menganggap Korintus sangat penting untuk kerajaannya yang sedang berkembang.

Kebalikan dan Pemulihan

Akan tetapi, itu adalah keadaan berabad-abad yang lalu. Dewasa ini, sebuah terusan menghubungkan Teluk Korintus dan Teluk Saronik, dan di jalan-jalan raya truk-truk besar bergerak cepat melewati pedesaan Korintus yang sepi. Para pelaut, pengemudi truk, dan orang-orang desa tidak peduli bahwa Korintus pernah menjadi magnit Laut Tengah. Hanya para ahli arkeologi dan turis-turis yang datang dengan sekop, film, dan perasaan ingin tahu.

Pada tahun 146 S.M. konsul Roma bernama Mummius menghancurkan Korintus sehingga hampir tak berpenduduk. Akan tetapi, setelah satu abad terbengkalai, kota itu dibangun kembali oleh Julius Caesar sebagai kosmopolitan [kota internasional] jajahan Roma yang dipengaruhi oleh tata cara dan pandangan Yunani.

Pada waktu rasul Kristiani Paulus tiba kira-kira seratus tahun kemudian, Korintus kembali menjadi kota yang hidup dan makmur. Penduduknya sukses mendirikan bangunan, menghasilkan kerajinan tangan, dan berdagang pada siang hari. Pada waktu malam? Mereka berpesta pora dan mabuk-mabukan di kuil-kuil berhala dan tempat-tempat minum serta berkeliaran di jalan-jalan yang gelap mencari kesenangan sensual. Menarik bahwa sekalipun Korintus terkenal oleh zaman yang bejat dan semua orang mengetahui apa artinya ”wanita Korintus”, namun persundalan agama tidak dipraktikkan di Yunani. Cerita yang sering terdengar bahwa kota Korintus menyimpan seribu wanita yang dibaktikan kepada Aprodite didasarkan atas pendapat yang meragukan dari ahli geografi Strabo di abad pertama S.M. Itu pun, ia menunjuk kepada masa pra-Roma yang lampau.

Kesan-Kesan Kami

Seraya kami berjalan sepanjang Jalan Lechaeum, jalan raya kuno yang menghubungkan pelabuhan sebelah barat dengan pusat kota, pramuwisata kami menunjuk kepada reruntuhan bangunan-bangunan pemerintah, kuil-kuil, toko-toko, pasar daging, dan WC umum, semuanya tidak teratur tempatnya.a Walaupun terlihat kurangnya rancangan kota ini, kami mulai merasakan keadaan jalan ramai yang Paulus harus hadapi—gerombolan orang yang hilir mudik dan orang-orang yang suka membual, pemilik toko, budak, dan pedagang.

Seraya kami mendekati ujung jalan, kami mendengar gemercik Air Mancur Pirene, sumber air di bawah tanah yang mengalirkan air sejuk ke toko-toko penjual barang-barang yang mudah membusuk, air pencuci bagi para pengrajin, dan akhirnya air penyiram WC. Apakah toko pembuat tenda milik suami istri Kristiani Akwila dan Priskila juga ada di sini, tidak seorang pun yang mengetahuinya. (Kisah 18:1-3) Namun hanya beberapa meter saja, pada tangga menuju ke Forum, para ahli arkeologi menemukan bagian atas pintu sebuah sinagoge. Jadi mungkin ini sebuah daerah Yahudi, dan kami senang membayangkan bahwa rumah dari Titius Justus bisa jadi terletak di daerah ini!—Kisah 18:7.

Forum—tempat yang sangat menakjubkan! Bangunan itu terdiri dari dua teras persegi panjang, memanjang dari timur-barat. Di tengah-tengah teras yang lebih tinggi, yang diapit oleh toko-toko pada kedua sisinya, ada panggung yang agak tinggi yang disebut bema, digunakan untuk berpidato pada acara-acara resmi. Pramuwisata kami mengingatkan bahwa pada waktu dokter Lukas menulis mengenai saatnya Paulus diadili di hadapan prokonsul Gallio, kata Yunani untuk ”kursi pengadilan” adalah bema. (Kisah 18:12) Jadi peristiwa Kisah 18:12-17 mungkin terjadi di tempat ini juga! Kami berdiri di tempat yang mungkin adalah tempat Paulus berdiri dahulu, siap membuat pembelaannya seraya dikelilingi oleh penuduh-penuduh berkebangsaan Yahudi. Tetapi tidak! Gallio tidak mau mendengar perkaranya. Ia membebaskan Paulus dan sebaliknya, membiarkan gerombolan yang penuh amarah itu memukul Sostenes.

Di belakang ruang pengadilan terbuka ini, di ujung utara teras yang lebih rendah, terdapat ’mata air suci’ dan tempat keramat untuk meramal. Ada perbedaan pendapat mengenai bagaimana ramalan disampaikan. Namun, jelas, jika si pemohon membayar banyak, para imam melakukan ”perkara ajaib” dan mengubah air jernih menjadi air anggur. Maka dianggap bahwa si pemohon akan mendapat penerangan adikodrati (supernatural). Para ahli arkeologi mengatakan bahwa tempat keramat ini digunakan cukup lama, baik pada zaman pra-Kristen kuno di Korintus dan pada periode setelah kota dibangun kembali di zaman Paulus. Mengintai ke dalam lorong rahasia, kami melihat peralatan untuk melakukan tipuan air anggur itu dan keluar dari situ kami diyakinkan bahwa imam-imam palsu bukan hal baru.

Sekalipun Poseidon dianggap sebagai dewa pelindung bagi Korintus, namun bangunan besar yang paling mengesankan adalah kuil Apollo bergaya Dorik. Dari ke-38 tiangnya, 7 masih berdiri. Tiang-tiang itu tingginya 7,2 meter dan garis tengah pada alasnya 1,7 meter, masing-masing terbuat dari satu batu gamping utuh bergalur yang pada mulanya dilapisi dengan plester putih yang keras. Menjulang di atas kota pada daerah pusat yang lebih tinggi—reruntuhan gelap dan mengkhawatirkan di antara reruntuhan lain—namun kuil tua ini masih membangkitkan perasaan yang sangat dalam. Seseorang yang melihatnya mungkin teringat pada apa yang ditulis Goethe—bahwa arsitektur adalah ”musik yang beku”.

Hujan Turun Juga!

”Ayo. Masih banyak yang harus dilihat!” Tik. ”Kita belum melihat kuil-kuil dengan dapur dan ruang makan yang mewah.” Tik. ”Kita belum melihat jalan raya dengan permukaan batu yang disusun oleh Erastus.” Tik-Tik. ”Dan kalian tidak boleh tidak melihat tempat minum-minum Aprodite atau Aesculapeum.” Ya, titik-titik besar air hujan adalah pertanda badai.

Dengan seketika, bayangan orang dan bangunan dalam imajinasi kami lenyap. Kami cepat-cepat kembali ke jalan semula seraya pramuwisata kami terus menceritakan hal-hal yang belum sempat kami lihat. Titik-titik hujan kini jatuh deras sehingga permukaan jalan berwarna-warni, basah berkilauan dan membersihkan debu dari batu-batu marmer bangunan yang dahulu sangat megah. Pada waktu langit tiba-tiba mencurahkan isinya, kami semua lari. Kami masih dapat mendengar suara pramuwisata kami di depan memanggil, ”Ayo cepat!” Di tengah-tengah hujan lebat yang mengaburkan pandangan, bahkan reruntuhan bangunan-bangunan di sepanjang Jalan Lechaeum Korintus lenyap dari pandangan mata. Tidak satu pun yang tertinggal, baik pemandangan mata maupun khayalan. Basah kuyup, kami berlari ke bus kami dan berharap sang pengemudi tidak sedang istirahat minum kopi.—Disumbangkan.

[Catatan Kaki]

a Pasar Daging (Yunani, maʹkel·lon), Sebuah toko yang menjual daging dan ikan tetapi menjual banyak barang-barang lain juga.—1 Korintus 10:25.

[Peta di hlm. 26]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Korintus

YUNANI

LAUT IONIA

LAUT AEGEA

[Gambar di hlm. 27]

Atas: Toko yang direkonstruksi di Forum

Tengah: ”Bema”

Bawah: Kuil kuno Apollo

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan