PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g 7/91 hlm. 11-14
  • Kuasa Kebenaran untuk Merehabilitasi

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kuasa Kebenaran untuk Merehabilitasi
  • Sedarlah!—1991
  • Bahan Terkait
  • Singa yang Mengaum Menjadi Anak Domba yang Lembut
    Sedarlah!—1999
  • Alkitab Mengubah Kehidupan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2012
  • Dahulu Saya Seorang Pencuri Profesional
    Sedarlah!—1991
  • Dari Kehidupan Kriminal ke Kehidupan Penuh Harapan
    Sedarlah!—1999
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1991
g 7/91 hlm. 11-14

Kuasa Kebenaran untuk Merehabilitasi

”Seorang pencuri, yang baru-baru ini dibebaskan, terlibat 500 pencurian dalam tujuh bulan. Seorang pemerkosa, yang dibebaskan empat tahun lebih awal dari masa hukuman minimum 10 tahunnya, menganiaya seorang wanita secara seksual dan membunuhnya. Seorang pembunuh yang dibebaskan dengan masa percobaan mendobrak dua rumah dan membunuh tiga korban.”—Reader’s Digest, November 1990.

”Hampir 63 persen tahanan yang dibebaskan dari penjara wilayah ditahan karena tindak kejahatan serius sebelum masa tiga tahun, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah penelitian yang diadakan baru-baru ini oleh Departemen Kehakiman.”—The New York Times, 3 April 1989.

”Penjara yang seyogianya tempat para penjahat direhabilitasi kelihatannya tidak tepat. Penjara adalah kombinasi antara ’gudang’ dan ’sekolah kejahatan’.”—Toronto Sunday Star, 20 Maret 1988.

Penjaga rumah tahanan di Pulau Rikers, sebuah penjara di New York City, berkata, ”Seorang pemuda datang kemari, berumur sembilan belas tahun, ia adalah buronan yang dicari-cari karena perampokan. Bila ia keluar dari sini, ia tidak akan menjadi buronan yang dicari-cari. Lain kali, ia menjadi orang yang menarik picu senapan.”—Majalah New York, 23 April 1990.

”Gerbang penjara menjadi lebih mirip pintu yang berputar, hampir dua pertiga residivis ditahan kembali tak lebih dari tiga tahun setelah mereka dibebaskan.”—Majalah Time, 29 Mei 1989.

TAK satu pun pernyataan di atas baru bagi kita. Itu cuma lagu lama, Penjara tidak dapat merehabilitasi orang. Kebenaran dapat. Inilah contohnya, Ron Pryor.

Ron mengawali setiap hari dengan membaca sebuah ayat Alkitab bersama keluarganya. Perkawinannya tenteram dan penuh kasih. Rumahnya rapi dan bersih. Kedua putranya adalah pelajar yang baik—tidak terlibat narkotik, tidak minum alkohol, tidak punya masalah. Saat ini mereka telah mandiri dan ikut serta dalam kegiatan Kristen. Ron dan istrinya, Arlynn, sibuk di lingkungan mereka dengan melakukan pekerjaan sukarela sebagai orang Kristen. Kehidupan yang berguna dengan melayani orang lain.

Akan tetapi, pada tahun 1970, Ron Pryor berada di penjara menunggu diadili untuk kasus pembunuhan. Ia terbukti bersalah, dijatuhi hukuman, dan mulai menjalani masa hukuman di penjara pusat. Ini merupakan titik puncak dari sebuah karier kriminal yang panjang yang berulang kali membuatnya masuk-keluar penjara. Namun biarlah Ron mengisahkan sendiri.

”’Hukuman penjara’ pertama yang saya ingat adalah sebuah pelana yang digantungkan pada tali jemuran. Ketika saya berumur tiga atau empat tahun, tampaknya saya memiliki bakat suka keluyuran seolah diprogramkan ke dalam diri saya. Saya pergi jalan-jalan, tersesat, ditangkap polisi dan dipulangkan ke rumah. Akhirnya ibu berkata jikalau saya tidak jera, ia akan menghubungi panti asuhan dan meminta mereka datang mengambil dan mengurung saya. Saya duduk menangis di halaman, menunggu mereka datang. Namun ternyata mereka tidak datang. Sebagai gantinya, ibu menggantung saya di atas pelana di tali jemuran.

”Seraya saya bertumbuh dewasa, saya selalu terlibat masalah, dan kekerasan merupakan cara saya membereskan setiap persoalan. Saya merasa bingung, frustrasi, tidak dipedulikan. Saya tidak memiliki kepekaan terhadap yang baik dan yang jahat. Saya membiarkan perasaan, bukan suara batin, menjadi pembimbing saya. Di sekolah, saya selalu naik kelas karena guru-guru senang kalau saya tidak berada di kelas mereka lagi. Saya berhenti sekolah di kelas tujuh dan kabur dari rumah. Saya terjerat dalam pergaulan buruk, dan tepat seperti peringatan Alkitab, ini menjerumuskan saya ke dalam kesulitan yang lebih besar.—1 Korintus 15:33.

”Sekolah untuk anak nakal kemudian menggantikan hukum gantung di tali jemuran. Sekolah itu tidak memperbaiki saya. Saya kabur dan tertangkap lagi. Ketika saya lari dari sebuah sekolah di Virginia, saya mencuri sebuah truk pikup dan ditahan. Sewaktu dihadapkan kepada hakim bernama Jenkins untuk kasus pencurian mobil, saya akhirnya mengetahui bahwa truk yang saya curi ternyata milik Hakim Jenkins! Saya baru berusia 16 tahun, tetapi saya dinyatakan bobrok dan diadili sebagaimana orang dewasa. Saya meringkuk di penjara selama dua tahun.

”Setelah keluar dari penjara dan berumur 20-an, saya mendapat sebuah sepeda motor. Saya terpesona karena merasa diri berkuasa, namun itu belum cukup. Saya bergabung dengan geng bernama Pagan—geng bersepeda-motor yang selalu membuat keonaran, yang selalu bernafsu menyulut perkelahian. Saya benar-benar kerasan.

”Belakangan, saya bekerja sebagai supir truk dan mengangkut barang ke luar Florida. Saya tidak aktif lagi di geng Pagan, namun begitu masuk Virginia pada saat khusus itu, tahun 1969, saya berjumpa sobat-sobat lama dari geng Pagan. Kami mulai berpesta-pora—minum anggur, mabuk-mabukan dengan obat bius. Rasa gelisah timbul, semakin menghebat, dan di bawah pengaruh minuman keras dan narkotik, saya menembak dan membunuh seorang pria. Inilah akibat lebih jauh dari pergaulan yang buruk! Kemudian, dua orang detektif mengajukan serangkaian pertanyaan, dan saya mengaku telah membunuh. Ini terjadi pada tahun 1970.

”Saya berada di penjara menunggu disidangkan dan tetap menjadi biang kerok yang suka memberontak. Misalnya, suatu pagi seorang pengawas penjara datang membawa kopi. Mereka biasanya memberi kopi tambahan. Pada pagi hari itu, saya meletakkan cangkir lain di bawah teko, tetapi ia berkata, ’Tidak ada tambahan!’ Bagi saya ini berarti ia bermaksud memberikannya kepada orang lain. Maka saya berkata, ’Jadi, pagi ini kamu kekurangan kopi, he?’ Ia berkata, ’Ya.’ ’Nah, ambil kembali kopiku.’ Saya siram wajahnya dengan kopi. Saya kemudian diasingkan di sel khusus.”

”Kemudian saya hanya berjalan berputar-putar di sel seluas 2,5 kali 3 meter tanpa jendela. Untuk pertama kali dalam hidup ini, saya mulai berpikir dengan sungguh-sungguh. Berbagai pertanyaan bermunculan. ’Mengapa kehidupan saya selalu kacau balau? Mengapa saya selalu masuk-keluar penjara? Mengapa saya ada di dalam lubang ini? Mengapa saya hidup? Mengapa? Mengapa? Mengapa? Kata ’mengapa’ selalu terbersit, namun tak ada jawaban. Kemudian saya berkata pada diri sendiri, ’Saya memang sudah keterlaluan. Tak ada tempat untuk mengadu. Kecuali—kecuali jika ada Allah—Allah yang memperhatikan saya, tahu akan kehadiran saya, mengerti saya—yang tidak pernah saya sembah! Allah, jika Engkau ada, jika Engkau mempedulikan saya, jika ada yang dapat saya lakukan—katakan sesuatu, apa saja!’

”Di sana ada sebuah Alkitab. Saya berpikir, ’Ini suatu permulaan.’ Saya mulai membaca. Saya tidak ingat apa yang saya baca. Saya hanya ingat bahwa saya membaca, namun tidak mengerti apa-apa. Belum sampai satu minggu, saya dipulangkan ke sel biasa. Sebuah sel terbuka lebar, kedua ranjangnya kosong. Mereka memasukkan saya ke sana, dan dua hari kemudian mereka menempatkan tahanan lain bersama saya. Saya yang sedang membaca Alkitab pada waktu itu, berupaya memahami. Ia melihat saya membaca dan bertanya, ’Apakah Anda ingin memahami isi Alkitab?’ ’Ya!’ ’Saya akan upayakan mendapat sebuah buku yang dapat membantu.’ Ia menghubungi seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa—ia pernah belajar dengan mereka—dan segera memberikan sebuah buku berjudul Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal. Itu terjadi pada bulan Juli 1970.

”Saya mulai membaca, dan saya membaca seluruh buku. Saya tidak mengerti sepenuhnya, tetapi ini masuk akal. Setelah Saksi-Saksi Yehuwa datang dan belajar bersama saya, semua pertanyaan yang timbul di sel khusus mulai mendapat jawaban. Untuk pertama kali dalam kehidupan saya, saya memahami apa yang benar dan apa yang salah. Semakin banyak makanan rohani yang saya makan, semakin dekat saya menjadi ’orang dewasa yang mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat’. (Ibrani 5:14) Hati nurani saya mulai tergugah, mulai hidup!

”Kebenaran Alkitab yang tiba-tiba saya peroleh ini menyebabkan pergolakan hebat dalam cara berpikir saya. Saya telah membaca buku itu selama 24 jam. Dalam satu malam saya berubah dari sifat ekstrem yang satu ke ekstrem yang lain. Saya bertekad untuk membuat rekan-rekan sesama tahanan saya melihat kebenaran yang telah saya pelajari. Saya sangka semua orang akan bersukacita seperti saya. Namun, ternyata tidak demikian. Dulu, saya menjadi problem bagi tahanan lain; sekarang saya bahkan menjadi sumber gangguan yang lebih besar—yang tak seorang pun berpikir akan mungkin terjadi! Namun, seraya Saksi-Saksi terus datang ke penjara dan belajar bersama saya, saya menjadi lebih bijaksana dalam memberi kesaksian.

”Saya membuat banyak perubahan, dan dua bulan kemudian saya ditunjuk menjadi pengawas. Mereka bahkan memperbolehkan saya pergi ke luar, hal yang janggal jika mengingat masa lalu saya serta alasan mengapa saya berada di penjara. Prinsip-prinsip yang telah saya pelajari dari Alkitab telah mendatangkan pengaruh. Air kebenaran dari Firman Allah telah melakukan pekerjaan pembersihan, sebagaimana halnya pada zaman para rasul. Kemampuan merehabilitasi dicantumkan dalam 1 Korintus 6:9-11, sebagai berikut,

”’Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah, dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan.’

”Pada akhirnya, saya disidangkan. Saya dijatuhi hukuman 20 tahun penjara atas kasus pembunuhan. Pada tahun 1971, saya dikirim ke penjara yang mempunyai penjagaan sangat ketat. Di sanalah pelajaran Alkitab dengan Saksi-Saksi dilanjutkan. Tingkah laku saya berubah drastis. Segera di penjara baru ini, mereka menjadikan saya pengawas dan mulai memberikan cuti kepada saya. Pada suatu hari cuti, saya bertanya kepada Saksi yang rumahnya saya tumpangi, ’Apa yang menghalangi saya untuk dibaptis?’ Ia menanyakannya kepada sidang setempat dan jawabannya, ’Tidak ada.’ Pada tahun 1973, waktu senja hari, saya dibaptis di sebuah kolam tempat sapi-sapi minum di peternakan terdekat. Saya berdoa seraya saya masuk ke dalam air, sebagaimana Yesus lakukan ketika ia dibenamkan oleh Yohanes Pembaptis di Sungai Yordan.

”Setelah itu, kemajuan rohani saya maju pesat. Saya mengikuti Sekolah Pelayanan Teokratis yang diselenggarakan di sidang setempat—tentu saja, kehadiran saya bersifat in absentia (tidak hadir secara pribadi). Saya menerima penugasan sekolah dan merekam khotbah saya pada pita kaset, dan kaset khotbah tersebut diperdengarkan di sidang. Pengawas sekolah mengirimkan kembali nasihat untuk membantu memperbaiki khotbah saya. Kami menyelenggarakan perhimpunan-perhimpunan mingguan di penjara tempat para narapidana lainnya diundang hadir.

”Sementara itu, saya terus menambahkan banyak ayat ke dalam pengetahuan Alkitab saya. Ayat-ayat itu seperti batu loncatan yang menuntun saya ke luar dari kubangan moral yang telah menjadi tempat saya berkecimpung sepanjang hidup saya, sampai saya menghargai perubahan yang rasul Paulus bahas di Kolose 3:9, 10, ’Kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.’

”Pada tahun 1978, permohonan pembebasan bersyarat yang ketiga kalinya dibuat. Dua kali permohonan saya ditolak karena seriusnya tingkat kejahatan saya. Kali ini, pengadilan menerima 300 surat dari Saksi-Saksi dan orang-orang lain yang menyaksikan perubahan yang telah saya buat.

”Karena kesempatan untuk dibebaskan semakin membaik, saya memikirkan kemungkinan untuk menikah. Arlynn, seorang janda dengan dua anak, adalah seorang Saksi yang menyurati saya ketika saya berada di penjara. Ia mengunjungi saya bersama kedua putranya. Saya jatuh cinta kepadanya, dan begitu pun sebaliknya. Saya dibebaskan tanggal 1 Februari 1978. Kami menikah tanggal 25 Februari 1978. Sekarang, 13 tahun kemudian, kami masih menikmati perkawinan yang bahagia. Salah seorang putra kami telah menikah dan aktif sebagai seorang Saksi Yehuwa. Putra yang lain bekerja sepenuh waktu di kantor pusat Saksi-Saksi Yehuwa di Brooklyn, New York.

”Doa-doa saya telah dijawab. Saya berterima kasih kepada saudara-saudari yang telah begitu murah tangan kepada saya. Saya memperoleh seluruh kebahagiaan saya dari Allah yang bahagia, Yehuwa.—1 Timotius 1:11.

”Akan tetapi, saya sungguh menyesal atas dosa-dosa saya di masa lampau. Saya merasa jijik apabila mengenang tingkah laku saya yang bejat dahulu. Saya telah berdoa berkali-kali kepada Yehuwa untuk mengampuni saya, dan saya rasa bahwa Ia telah mengampuni saya. Saya juga berharap bahwa orang-orang kepada siapa saya telah berbuat kesalahan di masa lampau, dapat mengampuni saya dengan setulus hati. Saya khususnya sangat berharap agar Yehuwa akan menghidupkan kembali pria yang telah saya bunuh dan bahwa ia memiliki kesempatan untuk hidup kekal di Firdaus Allah di bumi. Hal ini akan membuat sukacita saya lengkap!”

Apa yang tidak berhasil dicapai oleh jeruji penjara dan sel penjara khusus, telah dicapai oleh kebenaran Alkitab. Hal itu memungkinkan Ron Pryor membuang kepribadian lama yang bersifat kriminal dan mengenakan kepribadian Kristen yang baru. Mengapa? Karena ”firman Allah hidup dan kuat”, termasuk kekuatan untuk merehabilitasi.—Ibrani 4:12.

[Blurb di hlm. 12]

Truk yang saya curi ternyata milik Hakim Jenkins!

[Blurb di hlm. 13]

Mereka menghukum saya 20 tahun penjara atas kasus pembunuhan

[Blurb di hlm. 13]

Ada Alkitab di sel penjara khusus. Saya mulai membacanya

[Gambar di hlm. 14]

Ron Pryor dan istrinya, Arlynn, sekarang

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan