PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g 10/91 hlm. 16-18
  • Bantuan Terbaik Kini Tersedia!

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bantuan Terbaik Kini Tersedia!
  • Sedarlah!—1991
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Bantuan—Pandangan yang Benar tentang Kehidupan
  • Pedoman Kristen
  • Apa Kata Alkitab tentang Eutanasia?
    Pertanyaan Alkitab Dijawab
  • Menghibur Penderita Penyakit Stadium Terminal
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2008
  • Perawatan Apa bagi si Sakit yang Sedang Sekarat?
    Sedarlah!—1991
  • Kalau Anggota Keluarga Sakit Keras
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Umum)—2017
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1991
g 10/91 hlm. 16-18

Bantuan Terbaik Kini Tersedia!

BAGI seorang kristiani pilihan dan bentuk perawatan bagi orang sakit yang berada di ambang kematian mungkin menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam. Misalnya,

Apakah tidak bertentangan dengan Alkitab kalau tidak melakukan hal apa pun yang mungkin untuk mempertahankan kehidupan? Dan apabila secara moral dapat diterima untuk membiarkan seseorang mati secara wajar, tanpa campur tangan yang gagah berani untuk memperpanjang kehidupan, bagaimana dengan eutanasia—tindakan positif dan disengaja untuk mengakhiri penderitaan pasien dengan benar-benar memperpendek atau mengakhiri kehidupannya?

Di zaman sekarang, pertanyaan-pertanyaan ini penting. Akan tetapi, kita bukannya tanpa pertolongan dalam menjawabnya.

Seorang penulis yang terilham dengan tepat mengatakan, ”Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.” (Mazmur 46:2) Halnya juga demikian bagi kita dalam menghadapi persoalan ini. Allah Yehuwa adalah sumber bantuan yang paling bijaksana dan paling berpengalaman. Ia telah mengamati kehidupan ribuan juta orang. Ia mengetahui—lebih daripada dokter, ahli etika, atau pengacara mana pun—apa yang terbaik. Maka marilah kita melihat bantuan yang Ia sediakan bagi kita.—Mazmur 25:4, 5; Ibrani 4:16.

Bantuan—Pandangan yang Benar tentang Kehidupan

Kita hendaknya menyadari bahwa filsafat untuk mati-matian mempertahankan kehidupan tidak terbatas hanya kepada teknologi medis. Itu merupakan hasil yang wajar dari filsafat duniawi modern. Mengapa demikian? Nah, apabila kehidupan yang sekarang merupakan segala-galanya, maka mungkin rasanya kehidupan pribadi kita hendaknya dipertahankan dalam segala keadaan dan secara mati-matian. Akan tetapi, filsafat duniawi ini dalam beberapa kasus menimbulkan hal-hal yang menyeramkan secara teknis—orang-orang yang tidak sadarkan diri dipertahankan tetap ”hidup” dengan bantuan mesin selama bertahun-tahun.

Di sisi lain, terdapat banyak orang yang percaya akan jiwa manusia yang tidak berkematian. Menurut filsafat mereka, hidup ini hanyalah sebuah persinggahan pada jalan menuju sesuatu yang lebih baik. Plato, salah seorang pencetus filsafat ini menyatakan,

”Kematian adalah keadaan hampa dan ketidaksadaran mutlak, kalau tidak, seperti yang orang-orang katakan, terjadi perubahan dan perpindahan jiwa dari dunia ini ke dunia lain. . . . Nah apabila kematian sifatnya demikian, saya katakan bahwa mati adalah keuntungan.”

Seseorang yang memiliki kepercayaan demikian mungkin menganggap kematian sebagai sahabat, untuk disambut dan mungkin bahkan untuk dipercepat. Namun, Alkitab mengajarkan bahwa kehidupan adalah suci bagi Yehuwa. ”Padamu ada sumber hayat,” demikian tulis sang pemazmur. (Mazmur 36:10) Maka, patutkah seorang kristiani sejati setuju untuk melakukan tindak eutanasia?

Beberapa orang merasa bahwa ada referensi Alkitab kepada masalah tersebut ketika Raja Saul, yang luka parah, memohon kepada pembawa senjatanya untuk membunuh dia. Mereka memandang hal ini sebagai salah satu jenis eutanasia, tindakan yang disengaja untuk mempercepat kematian bagi orang-orang yang sedang sekarat. Seorang Amalek selanjutnya mengaku telah memenuhi permintaan Saul untuk mengakhiri kehidupannya. Namun apakah orang Amalek tersebut dianggap telah berbuat baik karena mengakhiri penderitaan Saul? Jauh dari itu. Daud, yang diurapi Yehuwa, memerintahkan untuk menghukum mati orang Amalek ini atas utang darahnya. (1 Samuel 31:3, 4; 2 Samuel 1:2-16) Maka, peristiwa Alkitab ini tidak membenarkan seorang kristiani untuk ambil bagian dalam eutanasia.a

Akan tetapi, apakah ini berarti bahwa seorang kristiani harus melakukan apa pun yang dimungkinkan oleh teknologi untuk memperpanjang kehidupan orang yang sekarat? Haruskah seseorang memperpanjang proses kematian sedapat-dapatnya? Alkitab mengajarkan bahwa kematian, bukanlah sahabat manusia, melainkan musuh. (1 Korintus 15:26) Lebih jauh, orang mati tidak menderita, tidak pula bahagia, tetapi dalam keadaan seperti tidur. (Ayub 3:11, 13; Pengkhotbah 9:5, 10; Yohanes 11:11-14; Kisah 7:60) Harapan kehidupan di masa depan bagi orang-orang mati bergantung sepenuhnya kepada kuasa Allah untuk membangkitkan mereka melalui Kristus Yesus. (Yohanes 6:39, 40) Maka kita mendapati bahwa Allah telah menyediakan bagi kita pengetahuan yang membantu ini, Kematian bukanlah sesuatu untuk dinanti-nantikan, tetapi tidak diwajibkan pula untuk mengambil langkah mati-matian untuk memperpanjang proses kematian.

Pedoman Kristen

Pedoman apa yang dapat diterapkan oleh seorang kristiani apabila orang yang dikasihi berada di ambang kematian?

Pertama-tama, kita harus mengakui bahwa setiap keadaan yang menyangkut seorang sakit yang di ambang kematian berbeda-beda, sayang sekali sangat berlainan dan tidak ada peraturan yang berlaku secara umum. Lebih jauh, seorang kristiani hendaknya berhati-hati dalam mempertimbangkan hukum negara dalam kasus-kasus demikian. (Matius 22:21) Hendaknya dicamkan pula, bahwa tidak ada kristiani yang pengasih yang akan mendukung sikap mengabaikan pengobatan.

Hanya apabila terdapat penyakit yang benar-benar akan membawa kematian (dalam keadaan yang jelas telah dinyatakan tidak memberi harapan) maka patut dipertimbangkan untuk meminta agar teknologi penunjang kehidupan dihentikan. Dalam kasus demikian, tidak ada alasan Alkitab untuk memaksakan teknologi medis yang hanya akan memperpanjang proses kematian yang memang sudah berlangsung jauh.

Hal ini kadang-kadang merupakan situasi yang amat pelik dan mungkin melibatkan keputusan-keputusan yang menyakitkan. Misalnya, bagaimana seseorang mengetahui bahwa keadaan sang pasien betul-betul tidak memberi harapan? Meskipun tidak ada orang yang bisa betul-betul yakin, dibutuhkan akal sehat dan nasihat yang disertai sikap berhati-hati untuk menangani hal ini. Sebuah makalah medis yang memberi saran bagi para dokter mengomentari,

”Apabila terdapat ketidaksetujuan mengenai diagnosis atau prognosis atau keduanya, langkah untuk memperpanjang kehidupan hendaknya dilanjutkan sampai persetujuan yang masuk akal dicapai. Akan tetapi, memaksakan suatu kepastian di luar batas yang masuk akal dapat menghambat para dokter dalam menghadapi pilihan-pilihan pengobatan untuk kasus-kasus yang tampaknya tidak memberi harapan. Laporan yang jarang sehubungan dengan adanya pasien dengan kondisi serupa yang selamat bukanlah suatu alasan kuat untuk melanjutkan perawatan yang agresif. Kemungkinan berdasarkan angka statistik yang dapat diabaikan demikian tidak lebih menentukan daripada hal-hal yang secara masuk akal dapat diharapkan terjadi yang akan membimbing keputusan-keputusan perawatan.”

Dalam keadaan sulit demikian, seorang kristiani, sebagai pasien atau sanak keluarganya, berhak mengharapkan bantuan dari dokter. Makalah medis yang sama menyimpulkan, ”Dalam kasus mana pun, tidaklah adil bila hanya menyediakan sekumpulan fakta dan pilihan medis dan membiarkan pasien terombang-ambing tanpa bimbingan lebih jauh mengenai pilihan-pilihan bentuk tindakan atau tanpa tindakan.”

Para penatua Kristen setempat, sebagai rohaniwan-rohaniwan yang matang juga merupakan bantuan yang berharga. Tentu saja, pasien dan keluarganya sendiri yang harus membuat keputusan yang seimbang dalam situasi yang sangat peka ini.

Akhirnya, renungkan pokok-pokok ini. Umat kristiani sangat ingin hidup terus agar dapat menikmati pelayanan kepada Allah. Akan tetapi, mereka menyadari bahwa dalam sistem sekarang, kita semua sedang sekarat; dalam pengertian ini, kita semua berada di ambang kematian. Hanya melalui darah korban tebusan Kristus Yesus, kita mempunyai harapan untuk membalik keadaan itu.—Efesus 1:7.

Apabila kematian memang menimpa orang yang dikasihi, meskipun ini memang merupakan hal yang berat, kita tidak dibiarkan mengalami siksaan batin dan kepedihan ”seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan”. (1 Tesalonika 4:13) Sebaliknya, kita dapat merasa lega bahwa kita telah berupaya sedapat mungkin demi orang sakit yang kita kasihi dan bahwa bantuan medis apa pun yang kita usahakan merupakan pertolongan sementara yang terbaik. Akan tetapi, kita memperoleh janji yang membahagiakan dari Pribadi yang akan membebaskan kita dari semua problem demikian manakala ’musuh terakhir, yaitu maut, dibinasakan’.—1 Korintus 15:26.

Ya, pada akhirnya bantuan terbaik bagi orang-orang yang sedang sekarat akan datang dari Allah yang memberi kehidupan kepada manusia pertama dan yang menjanjikan kebangkitan bagi mereka yang menaruh iman kepada Dia dan kepada Putra-Nya, Kristus Yesus.—Yohanes 3:16; 5:28, 29.

[Catatan Kaki]

a Untuk keterangan tambahan tentang membunuh dengan alasan belas kasihan, lihat Awake! 8 Maret 1978, halaman 4-7, dan Awake! 8 Mei 1974, halaman 27-8.

[Gambar di hlm. 17]

Apakah kematian Saul mendukung euthanasia?

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan