PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g 12/91 hlm. 20-21
  • Natal Kebenaran atau Dongeng?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Natal Kebenaran atau Dongeng?
  • Sedarlah!—1991
  • Bahan Terkait
  • Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa Tidak Merayakan Natal?
    Pertanyaan Umum Mengenai Saksi-Saksi Yehuwa
  • Apakah Memberi Hadiah Natal Masuk Akal?
    Sedarlah!—1992
  • Natal​—Mengapa Begitu Populer di Jepang?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Natal​—Apakah Benar-Benar Bersifat Kristen?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1994
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1991
g 12/91 hlm. 20-21

Natal Kebenaran atau Dongeng?

”APABILA Anda bertanya kepada umat Katolik yang setia mengapa Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember, sedikitnya sembilan dari sepuluh, sebagian terkejut dan sebagian lagi tertawa, akan menjawab, ’Oh, itu adalah hari kelahiran Yesus!’ Akan tetapi, jika Anda bertanya kepada salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa apa alasannya mereka tidak merayakan Natal, ia akan menjawab dengan mantap, ’Karena itu tidak disebutkan dalam Injil.’”

Beginilah caranya surat kabar Il Mattino di Napoli, Italia, menulis kata pengantar untuk sebuah artikel tentang Natal. Namun, pandangan mana yang benar? ”Yang harus Anda lakukan,” kata surat kabar tersebut menambahkan, ”membaca sepintas lalu kitab Matius dan Lukas (dua penginjil yang memaparkan kelahiran Yesus) untuk mendapati bahwa jawaban kedualah yang benar.”

Artikel demikian bukan lagi sesuatu yang aneh. Saluran-saluran berita berulang kali menyingkapkan bahwa kepercayaan-kepercayaan yang diterima umum tentang Natal merupakan dongeng. Misalnya, pada bulan Desember 1990, The Press, dari Christchurch, Selandia Baru, menampilkan artikel ”Enam Dongeng Natal”. Artikel itu berisi:

”DONGENG 1. Sinterklas, yang tinggal di Kutub Utara, menempuh perjalanan keliling dunia naik kereta es pada Malam Natal untuk mengantarkan hadiah kepada anak-anak kecil yang baik. Memang, tak seorang pun ingin merusak kegembiraan, tetapi hal di atas tidak benar, bukan? Bagaimana mungkin Sinterklas dapat mengunjungi begitu banyak rumah dalam waktu hanya satu malam, dan dapat menghabiskan begitu banyak kue dan anggur pencuci mulut yang disediakan untuknya? Dan dari mana ia masuk apabila tidak ada cerobong asap di suatu rumah? Tidak, cerita khayalan ini tidak benar. . . .

”DONGENG 2. 25 Desember adalah hari kelahiran Kristus. Sama sekali bukan. Injil Lukas mengatakan bahwa tatkala Yesus lahir di Betlehem, gembala-gembala tinggal di luar dan mengawasi kawanan ternak mereka di malam hari. Di wilayah Palestina, rata-rata suhu udara pada bulan Desember adalah 7°C [45° F.] di siang hari dan jauh lebih dingin pada malam hari. Pada bulan itu, sering turun hujan yang dingin, kadang-kadang salju di dataran tinggi. Gembala-gembala akan berada di tempat domba mereka berada di waktu itu—di kandang yang tertutup. . . .

”DONGENG 3. Natal yang pertama dilangsungkan di Betlehem, ketika Kristus lahir. Kenyataannya, Natal tampaknya berasal dari Roma, dengan catatan paling awal mengenai perayaan tersebut pada tahun 336. Tradisi itu menyebar ke seluruh wilayah Timur dan Barat sampai itu diserap oleh Gereja Yerusalem pada pertengahan abad ke-5 Masehi.

”Sedikit banyak, asal-usul Natal benar-benar merasuk secara bertahap dan itu hanyalah masalah pergantian nama suatu pesta perayaan: pesta pora dan perayaan keagamaan kafir yang serupa telah berlangsung pada akhir Desember selama berabad-abad sebelum Kristus lahir sebagai bagian dari perayaan winter solstice (musim dingin pada waktu matahari berada pada titik terjauh dari khatulistiwa) di belahan bumi utara. . .

”Menyambut kelahiran Kristus dengan pesta pora yang berdasarkan kekafiran ini terbukti tidak ditentang oleh para pemimpin gereja, yang tampaknya tidak begitu tertarik pada kebenaran atau kemurnian teologi dibanding dengan kesempatan untuk memperbesar kawanan mereka dan tentu saja kekuasaan pribadi mereka. . . .

”Tidak mengherankan, orang-orang Puritan di Skotlandia dan New England (A.S.) berupaya menghapuskan Natal selama abad ke-17, mengutuknya sebagai kelanjutan dari ’kesia-siaan dan memperbesar pemuasan kesenangan yang bersifat kafir’.

”Maka seruan tahunan untuk ’mengembalikan Kristus kepada Natal’ tampaknya sungguh sia-sia: yang benar adalah, ia tidak pernah bersedia menjadi bagian daripadanya.

”DONGENG 4. Tradisi untuk saling memberi hadiah di hari Natal mengikuti praktik pemberian hadiah yang Yesus terima yaitu emas, kemenyan, dan mur. Kenyataannya, orang-orang telah saling bertukar hadiah pada tanggal 25 dan 26 Desember selama berabad-abad sebelum Kristus lahir sebagai bagian dari perayaan solstice. Orang-orang Roma purba saling bertukar hadiah sebagai bagian dari perayaan ibadat kepada matahari, Saturnalia.

”Bagaimanapun juga, orang-orang Majus tidak saling memberi hadiah satu sama lain, melainkan memberi hadiah kepada Yesus, seperti kebiasaan pada waktu itu ketika mengunjungi orang-orang penting. Lagi pula, injil Matius memperlihatkan bahwa minat mereka kepada Yesus adalah karena ia calon raja orang-orang Yahudi.

”DONGENG 5. ’Tiga pria bijaksana’ dan seluruh gembala menyembah Yesus ketika ia berbaring di palungan. Siapa pun yang melukiskan kisah kelahiran Yesus yang manis ini dengan menggambarkan para gembala dan tiga pria bijaksana bersama-sama bersujud, tampaknya tidak membaca Alkitab mereka baik-baik.

”Injil Matius dengan jelas menyatakan bahwa ketika ’pria-pria bijaksana’ itu akhirnya menemukan Yesus, pada waktu itu ia berada di sebuah rumah—kemungkinan besar peristiwa itu terjadi dua tahun penuh setelah ia dilahirkan.

”Tambahan pula, ketika Matius menggambarkan kunjungan orang-orang Majus, ia menyebut Yesus sebagai seorang anak, bukan seorang bayi. Pada tahap ini, ia tidak lagi berada di dalam kain lampin dan para gembala telah lama kembali kepada kawanan ternaknya.

”Pertimbangkan juga ketika Herodes memerintahkan untuk membunuh sang Mesias, ia menggunakan patokan penanggalan yang diberikan oleh orang-orang Majus dan memerintahkan untuk membunuh semua anak laki-laki yang berusia dua tahun ke bawah.

”Apakah ia akan memberikan [suatu] perintah yang mengerikan—dan juga tidak lazim—demikian andai kata ia tahu bahwa buruannya baru berumur beberapa minggu saja? . . .

”Nyatanya, tidak satu pun ayat Alkitab memberi tahu berapa jumlah orang Majus saat itu. Kata Yunani dalam injil adalah magoi, yang merupakan akar dari kata ’magic’ (sihir). . . .

”DONGENG 6. Natal merupakan waktu untuk damai di bumi dan persahabatan bagi semua orang. Benar-benar gagasan yang mulia, namun itu bukan kata-kata Alkitab. . . .

”Terjemahan harfiah dari injil Lukas dari bahasa Yunani asli memperlihatkan bahwa sejumlah malaikat yang menampakkan diri di hadapan para gembala sesungguhnya berkata, ’dan damai di bumi di kalangan orang-orang yang berkemauan baik’.

”Dan inilah bedanya. Merayakan satu hari sekali setahun dengan minum sampai mabuk, makan berlebihan dan menekankan komersialisme, tidaklah menjadikan seseorang menjadi kristiani; damai, menurut Alkitab, tidak datang kepada orang yang merayakan tanggal kelahiran palsu dari Yesus, namun datang kepada orang-orang yang mengikuti ajarannya—sepanjang tahun.”

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan