PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g92 22/3 hlm. 13-15
  • Apakah Normal untuk Tetap Perawan?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Apakah Normal untuk Tetap Perawan?
  • Sedarlah!—1992
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Tekanan Teman Sebaya
  • Keperawanan—Pandangan Allah
  • ’Berdosa terhadap Tubuh Sendiri’
  • Mengapa Harus Tetap Perawan?
    Sedarlah!—1992
  • Mengapa Menjaga Keperawanan?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
  • Bagaimana Aku Bisa Menjelaskan Pendirianku tentang Seks?
    Pertanyaan Anak Muda
  • Apakah Sumpah Keperawanan Itu Perlu?
    Pertanyaan Anak Muda
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1992
g92 22/3 hlm. 13-15

Pertanyaan Kaum Muda . . .

Apakah Normal untuk Tetap Perawan?

’Jane, apa keluhan Anda hari ini?’ tanya dokter yang ramah ini.

’Dokter,’ katanya dengan ragu-ragu, ’begitu banyak gadis di sekolah membicarakan penggunaan pil anti hamil dan melakukan hubungan seksual. Apakah ada yang salah dalam diri saya karena saya tidak melakukan hubungan seksual?’—What Shall We Tell the Kids?, Oleh Dr. Bennett Olshaker.

KEPERAWANAN. Di masa lampau ini suatu lambang kehormatan. Sekarang, banyak remaja memandangnya sebagai suatu hal yang hina dan memalukan, keadaan tidak wajar, suatu penyakit yang harus ”disembuhkan” secepat mungkin.

Tidak mengherankan, sejumlah besar remaja telah menyerahkan keperawanan mereka. Sebagai contoh, sebuah penelitian terhadap remaja Jerman tahun 1983, menyingkapkan bahwa hanya 9 persen dari gadis-gadis berusia 15 tahun dan 4 persen dari pemuda-pemuda berusia 15 tahun yang telah melakukan hubungan seksual. Pada tahun 1989 jumlahnya telah meningkat menjadi 25 persen dan 20 persen! Kecenderungan yang sama tampak di seluruh dunia.

Namun, apa yang telah menyebabkan keperawanan mendapat reputasi yang buruk di kalangan remaja? Remaja-remaja dalam setiap generasi harus menghadapi gejolak perasaan selama masa puber. Namun remaja-remaja sekarang tumbuh dalam suatu dunia yang memberikan mereka sedikit bimbingan moral atau sama sekali tidak. Di suatu negeri di Eropa, sekelompok penatua Kristen melaporkan, ”Walaupun dilapisi dengan kedok-kedok keagamaan, negeri ini pada dasarnya kurang kepekaan moral. Perbuatan seks yang amoral ditoleransi sebagai suatu ’kelemahan manusia’. Anak-anak dibesarkan dalam keluarga yang orang-tuanya tidak menikah. Propaganda yang menonjolkan seks lebih buruk di sini daripada di negara lain mana pun di dunia Barat.”

Remaja-remaja di negara-negara yang sedang berkembang juga tidak luput dari tekanan-tekanan kebudayaan dan ekonomi yang menganjurkan hubungan seksual dengan siapa saja. ’Jika seorang pemuda tidak melakukan hubungan seksual,’ remaja-remaja di sebuah negeri di Afrika diperingatkan, ’maka tubuhnya akan menjadi lemah.’ Yang juga umum adalah kepercayaan bahwa ’seorang gadis tidak mengerti tentang kehidupan sebelum ia melakukan hubungan seksual dengan seorang pemuda’.

Lebih jauh lagi, karena meluasnya pengangguran dan kemiskinan, seorang gadis boleh jadi takut untuk menolak permintaan calon majikan untuk mengadakan hubungan seksual dengannya. Guru-guru bisa jadi juga meminta hubungan seksual sebagai imbalan untuk angka lulus di sekolah. Ya, tidak aneh bila gadis-gadis miskin menawarkan seks sebagai nilai tukar untuk kebutuhan-kebutuhan pokok—bahkan untuk sebatang sabun! ”Melakukan hubungan seksual dianggap hampir seperti minum atau makan,” ungkap para pengamat di satu negara berkembang.

Tekanan Teman Sebaya

Namun, yang khususnya berpengaruh ialah tekanan dari teman sebaya. Seorang remaja yang masih perawan biasanya menjadi sasaran ejekan dan gangguan yang tidak kenal belas kasihan. Dan jika Anda salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa, Anda terutama akan mengalami hal ini. Teman-teman sebaya Anda boleh jadi mengatakan kepada Anda bahwa Anda bukanlah seorang laki-laki atau wanita sejati kecuali Anda sudah melakukan hubungan seksual. Mereka boleh jadi berkeras bahwa ada baiknya untuk mendapatkan ”pengalaman” sebelum menikah. Atau mereka mungkin mencoba menjejali telinga Anda dengan cerita-cerita tentang petualangan-petualangan seks gelap.

”Sally akan terus-menerus bercerita tentang bagaimana hebatnya hubungan seksual dengan pacarnya,” kata seorang wanita muda. ”Ia juga membuat saya berpikir bahwa saya kehilangan suatu kesenangan hidup yang luar biasa.” Gagal dalam menyadari bahwa ”ada begitu banyak bualan, hal-hal yang dibesar-besarkan dan dusta tentang pengalaman seks di kalangan remaja”, banyak remaja diombang-ambingkan oleh cerita-cerita semacam itu. (Coping With Teenage Depression, oleh Kathleen McCoy) Seorang wanita muda bernama Maria yang menyerahkan keperawanannya dalam hubungan seksual yang amoral mengingat kembali, ”Saya merasa tertekan dan saya begitu ingin diterima. Walaupun saya tahu bahwa ini salah, saya ingin menjadi sama seperti orang-orang lain—mempunyai seorang pacar.”

Jutaan remaja juga telah menelan propaganda dunia dan menjadi percaya bahwa keperawanan tidak normal dan bahwa seks pranikah tidak lebih daripada sekadar kesenangan yang tidak berbahaya. Dengan demikian, keperawanan sudah hampir menjadi suatu spesies yang terancam kepunahannya di kalangan remaja.

Keperawanan—Pandangan Allah

Meskipun demikian, ada sisi lain pada seks pranikah yang mungkin tidak dibicarakan oleh teman-teman sebaya Anda. Maria mengingat kembali, ”Setelah melakukan hubungan seksual, saya merasa kacau dan malu. Saya membenci diri saya sendiri dan saya membenci pacar saya.” Pengalaman yang sama seperti itu lebih umum daripada yang diakui oleh kebanyakan remaja. Lupakanlah cerita-cerita khayalan dan pernyataan yang dibesar-besarkan yang mungkin Anda dengar dari teman-teman sebaya Anda. Dalam kenyataannya, seks pranikah lebih sering suatu pengalaman yang menyakitkan emosi dan merendahkan—dengan konsekuensi yang menghancurkan!

Ini seharusnya tidak mengejutkan Anda. Karena walaupun dunia mungkin saja memandang seks pranikah sebagai suatu hal yang sehat dan wajar, ini tidak membuatnya benar di mata Allah. Kristus Yesus memperingatkan kita bahwa ”apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah”. (Lukas 16:15) Allah mempunyai standar-Nya tersendiri tentang perilaku yang dapat diterima. ”Inilah kehendak Allah,” kata Alkitab, ”pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan . . . Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.”—1 Tesalonika 4:3-7.

Sejauh menyangkut diri Allah, maka, keperawanan bagi seorang pria atau wanita muda bukan hanya wajar tetapi bersih dan suci! Di zaman Israel purba, seorang anak perempuan yang masih perawan menikmati kedudukan yang terhormat. Mereka dilindungi oleh hukum Taurat dari eksploitasi seksual. (Ulangan 22:19, 28, 29) Dan keperawanan terus dihormati di kalangan umat kristiani sejati. Sidang Kristen sendiri haruslah menjadi ”perawan suci” karena kemurnian moralnya.—2 Korintus 11:2; Wahyu 21:9.

Alkitab tidak pernah mendesak remaja untuk memandang keperawanan mereka sebagai suatu kutuk. Sebaliknya, rasul Paulus mengatakan bahwa, ”bila seseorang menetapkan dalam hatinya . . . untuk mempertahankan keperawanannya sendiri [dengan tetap melajang], hal itu baik. Karena itu dia yang memberikan keperawanannya dalam perkawinan itu baik, namun dia yang tidak memberikannya dalam perkawinan akan lebih baik lagi”.a Paulus tidak mengutuk hubungan seksual yang terhormat dalam perkawinan. Sebaliknya, ia sedang memperlihatkan bahwa seorang Kristen yang memilih untuk mempertahankan keperawanannya dengan tetap lajang akan dapat ”terus melayani Tuhan tanpa gangguan”.—1 Korintus 7:25, 33-38, NW.

Maka, bagi seorang remaja Kristen, keperawanan bukan suatu lambang kehinaan tetapi suatu kesaksian bahwa seseorang memiliki integritas kepada Allah. Memang, tidaklah mudah untuk tetap suci; pengendalian diri yang besar diperlukan. Namun Alkitab meyakinkan kita bahwa ”perintah-perintah Allah tidak berat”. (1 Yohanes 5:3) Pemazmur menjamin, ”Titah [Yehuwa] itu tepat, menyukakan hati; perintah [Yehuwa] itu murni, membuat mata bercahaya.” (Mazmur 19:9) Mengikuti jalan-jalan Allah selalu mendatangkan kesehatan dan manfaat.

’Berdosa terhadap Tubuh Sendiri’

Dengan suatu kontras, Alkitab berkata di 1 Korintus 6:18, ”Orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.” Meskipun menjadi cerita rakyat yang populer, tidak ada bukti bahwa menjauhkan diri dari seks merugikan secara fisik. Justru dengan melakukannya itulah yang mengakibatkan kerugian fisik. Seorang dokter terkemuka mengatakan, ”Penularan penyakit melalui hubungan seksual akan terus meningkat kecuali strategi pengontrolan yang efektif dapat diterapkan, dan kenaikan yang telah terjadi belakangan ini, sebagian, karena naiknya tingkat aktivitas seksual di antara kaum muda.”—Current Controversies in Marriage and Family.

Hubungan bebas di kalangan remaja juga meningkatkan epidemi kehamilan remaja. Di Amerika Serikat, setengah dari kehamilan remaja ini dihentikan oleh keguguran atau pengguguran. Kemudian, kehancuran emosi dapat ditimbulkan akibat seks yang amoral. ”Setelah ia mendapatkan apa yang ia inginkan,” Diana yang masih muda mengingat kembali, ”Ia mencampakkan saya.” Kata-kata Paulus rupanya benar. Seks pranikah adalah suatu ’dosa terhadap diri sendiri’.

Gendak juga ’membahayakan dan melanggar hak’ seseorang. (1 Tesalonika 4:6) Sedikitnya, ini menghilangkan hak orang lain untuk memasuki perkawinan yang bersih secara moral. Seorang calon pasangan hidup juga kehilangan haknya untuk mendapatkan seorang pasangan yang masih perawan.

Demikianlah buku Why Wait Till Marriage? membuat komentar yang bijaksana ini, ”Dengan pengalaman seks Anda yang pertama, Anda bukan lagi perawan . . . Anda hanya dapat memilih satu kali.” Buatlah pilihan yang tepat! Jangan dipengaruhi oleh propaganda dunia sehingga berpikir bahwa ada sesuatu yang salah dengan Anda jika Anda berpaut kepada standar Alkitab. Keperawanan bukanlah hal yang aneh atau tidak normal. Perbuatan seks yang amoral-lah yang merendahkan, mempermalukan, dan berbahaya. Dengan mempertahankan keperawanan Anda, Anda melindungi kesehatan, kesejahteraan emosi Anda, dan yang paling penting dari semuanya adalah hubungan Anda dengan Allah.

Bagaimana baiknya seorang remaja dapat melakukan hal ini, akan menjadi pokok pembahasan dalam artikel-artikel mendatang.

[Catatan Kaki]

a Kata Yunani ”perawan” di dalam Alkitab digunakan baik untuk laki-laki maupun wanita.

[Gambar di hlm. 14]

Ada banyak bualan dan dusta dalam cerita tentang pengalaman seksual yang dibesar-besarkan

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan