PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g92 April hlm. 8-11
  • Tujuan Sejati dari Kehidupan

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Tujuan Sejati dari Kehidupan
  • Sedarlah!—1992
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Maksud-tujuan Allah yang Semula
  • Kehidupan Macam Apa yang Sesungguhnya Bisa Dinikmati
  • Memenuhi Maksud-tujuan Allah
  • Mengambil Manfaat secara Pribadi
  • Perubahan yang Dihasilkannya
  • Ada Tujuan yang Mulia dalam Kehidupan
    Apa Tujuan Hidup Ini? Bagaimana Saudara Dapat Menemukannya?
  • Kehidupan Seperti Apa yang Allah Inginkan bagi Kita?
    Hidup Bahagia Selamanya!—Pelajari Caranya dari Alkitab
  • Alasan Kita Hidup
    Sedarlah!—2008
  • Maksud Allah Agar Beberapa Orang ”Dilahirkan Kembali”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1982 (No. 41)
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1992
g92 April hlm. 8-11

Tujuan Sejati dari Kehidupan

BAYANGKAN Anda sedang mengunjungi bengkel kerja teman Anda. Ia baru saja menyelesaikan sebuah proyek, dan Anda merasa kagum melihat karyanya. Karya itu dibuat begitu indah dan ditata dengan mengagumkan. Tetapi setelah Anda berupaya memutar otak, Anda tidak dapat menentukan untuk apa karya itu dibuat. Bagaimana Anda dapat mengetahuinya? Ya, sederhana saja, Anda bertanya kepada teman Anda itu dan ia dengan senang hati akan memberitahukannya kepada Anda.

Jadi bagaimana kita dapat mengetahui tujuan kehidupan? Nah, mengapa tidak bertanya kepada Allah, ”sumber hidup”? (Mazmur 36:9, BIS) Bagaimana Anda dapat melakukan hal tersebut? Untunglah, Ia telah berbicara kepada kita melalui Alkitab. Ia telah mengatur agar orang-orang beriman menuliskan pikiran-Nya dalam cara yang kita dapat mengerti. Sebenarnya, tujuan kehidupan dapat dinyatakan hanya dalam beberapa kata: Kita diciptakan untuk belajar tentang Allah dan untuk melakukan kehendak-Nya. Alkitab mengatakan, ”Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintahNya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.”—Pengkhotbah 12:13.

Apakah hal itu kelihatannya terlalu sederhana? Sebenarnya, tidak juga. Keberadaan kita di sini untuk belajar tentang Allah dan melakukan kehendak-Nya, mengandung berbagai implikasi yang dalam dan menakjubkan.

Maksud-tujuan Allah yang Semula

Mempelajari maksud Allah yang semula bagi umat manusia akan membantu Anda memiliki pengertian yang lebih baik tentang tujuan kehidupan. Itu juga akan membantu menjelaskan mengapa beberapa hal yang disebutkan dalam artikel terdahulu mendatangkan banyak arti dan tujuan pada kehidupan banyak orang dewasa ini.

Catatan Alkitab tentang penciptaan manusia berbunyi, ”Berfirmanlah Allah: ’Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.’” (Kejadian 1:26) Jadi, manusia diciptakan dengan kesanggupan untuk menjadi seperti Allah, memiliki sifat-sifat utama yang Ia miliki, termasuk hikmat, kuasa, keadilan dan kasih. Maka, apakah mengherankan apabila beberapa orang mendapatkan kepuasan untuk mencari pengetahuan baru atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang memberi tantangan terhadap kemampuan mental atau fisik mereka? Dan apakah aneh apabila membantu orang-orang lain memberikan suatu tujuan yang memuaskan dalam kehidupan banyak orang? Sama sekali tidak. Inilah sebagian dari tujuan kita diciptakan.

Catatan Alkitab selanjutnya mengatakan bahwa manusia diberi tugas untuk mengawasi semua bentuk kehidupan lainnya di bumi—”ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara . . . dan segala binatang melata yang merayap di bumi”. (Kejadian 1:26) Oleh karena itu, tidak heran apabila bahkan dewasa ini banyak orang mendapatkan kepuasan bila binatang-binatang ada di sekeliling mereka dan bermain-main dengan mereka. Beberapa orang merasa tanggung jawab mereka terhadap binatang-binatang sedemikian besar sehingga mereka bekerja keras untuk pelestarian spesies binatang yang terancam punah, atau mereka berkampanye menentang dibiarkannya binatang-binatang mengalami penderitaan yang tidak perlu.

Manusia juga diperintahkan untuk ’menaklukkan bumi’. (Kejadian 1:28) Makna apa yang terkandung di dalamnya? Tentu saja tidak berarti bahwa orang-orang boleh mengeksploitasi bumi secara mementingkan diri dan tidak bertanggung jawab sehingga kekayaannya ludes, atmosfernya tercemar, serta laut dan lahan tanahnya dipenuhi sampah. Sebaliknya, Allah merancang pola untuk menaklukkan bumi sewaktu Ia ”membuat taman di Eden, di sebelah timur; di situlah ditempatkanNya manusia yang dibentukNya itu”. (Kejadian 2:8) Taman Eden ini merupakan contoh yang memperlihatkan seperti apa bumi ini kelak. Itu mencerminkan maksud-tujuan Allah bagi planet kita.

Catatan Alkitab menjelaskan, ”Allah memberkati mereka [pria dan wanita pertama] dan Allah berkata kepada mereka: ’Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu.’” (Kejadian 1:28) Allah ingin umat manusia mempunyai anak-anak dan memenuhi bumi. Ia menyatukan pria dan wanita dan, sesungguhnya, menyelenggarakan pernikahan yang pertama sekali. (Kejadian 2:22-24) Tidak mengherankan bahwa pernikahan dan keluarga menambah arti dan tujuan dalam kehidupan begitu banyak orang!

Kehidupan Macam Apa yang Sesungguhnya Bisa Dinikmati

Seraya kita mempelajari Alkitab, jelaslah bahwa Allah ingin agar keluarga Adam bertambah besar dan agar ia beserta keturunannya memperluas batas-batas taman Eden hingga manusia memenuhi seluruh bumi. Dan bumi yang sudah ditaklukkan ini akan menjadi suatu firdaus. Benar, manusia akan menggunakan kekayaan bumi demi manfaat mereka sendiri. Namun ini harus dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab. Manusia akan menjadi pengurus bumi, bukan perusaknya. Kerusakan bumi yang kita saksikan dewasa ini bertentangan dengan kehendak Allah, dan orang-orang yang ikut serta di dalamnya sedang menentang tujuan kehidupan.—Wahyu 11:18.

Kita belajar hal lain lagi dari catatan awal Alkitab, yaitu bahwa maksud-tujuan Allah bukanlah agar manusia akan mati. Orang-tua kita yang pertama mati hanya karena mereka tidak menaati Allah. (Kejadian 2:16, 17) Sewaktu mereka tidak patuh, mereka tidak lagi memenuhi tujuan kehidupan—mereka tidak lagi melakukan kehendak Allah. Maka bukan mereka saja yang mati tetapi seluruh keturunan mereka juga takluk di bawah kematian karena mewarisi ketidaksempurnaan mereka. (Roma 5:12) Akan tetapi, pada mulanya manusia dimaksudkan untuk hidup kekal, bukan untuk mati. Inilah mungkin alasannya banyak orang merasa frustrasi apabila merenungkan upaya mereka seumur hidup dipersingkat oleh kematian.

Memenuhi Maksud-tujuan Allah

Maksud-tujuan Allah yang semula bagi umat manusia dan bumi ini belum berubah. Ia masih bermaksud untuk memiliki sebuah bumi firdaus yang dihuni keluarga manusia yang sempurna. Namun, Ia masih harus membuat pengaturan-pengaturan untuk mengatasi akibat-akibat buruk karena kegagalan orang-tua kita yang pertama. Melakukan kehendak Allah dewasa ini mencakup bertindak selaras dengan semua pengaturan Allah tersebut. Untunglah, Alkitab menyediakan suatu gambaran penggenapan yang progresif dari maksud-tujuan-Nya.

Kita membaca dari buku pertama Alkitab bahwa Allah berbicara tentang suatu ”benih” yang akan datang untuk meniadakan semua kerusakan yang diakibatkan oleh kegagalan Adam dan Hawa dalam melakukan kehendak-Nya. (Kejadian 3:15, Klinkert) Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen (”Perjanjian Baru”), kita membaca tentang munculnya Kristus Yesus sebagai ”benih” tersebut, tentang kehidupannya yang tak berdosa dan tentang kematiannya di tangan musuh-musuhnya. Kematian Yesus sebenarnya merupakan korban bagi kepentingan kita, membuka jalan bagi kita untuk mendapatkan kembali kehidupan kekal yang dihilangkan Adam dan Hawa. (Ibrani 7:26; 9:28) Ya, Alkitab mengatakan, ”Setiap orang yang menjalankan iman di dalam dia tidak [akan] dibinasakan melainkan mendapat kehidupan kekal.”—Yohanes 3:16, NW.

Dan masih ada lagi. Setelah kematiannya, Yesus dibangkitkan sebagai makhluk roh yang tidak berkematian dan sekarang memerintah sebagai Raja dari Kerajaan surgawi Allah. Segera Kerajaan itu akan bertindak untuk menggantikan pemerintahan duniawi sekarang dengan suatu masyarakat dunia baru yang akan mengambil alih pengelolaan urusan-urusan manusia. Suatu nubuat Alkitab menjanjikan, ”Kekuasaan [”kerajaan itu sendiri”, NW] tidak akan beralih lagi kepada bangsa lain: kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya.”—Daniel 2:44.

Setelah itu, Kerajaan ini akan mengawasi kegiatan yang menakjubkan untuk memulihkan Firdaus di bumi dan membimbing umat manusia menuju kesempurnaan. Alkitab bahkan berbicara mengenai kebangkitan orang-orang mati, supaya mereka pun mendapat kesempatan untuk ikut serta memenuhi maksud-tujuan yang agung dari Allah bagi umat manusia. (Kisah 24:15) Dengan demikian, janji yang indah berikut ini akan digenapi, ”Orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri [”bumi”, NW] dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah. Orang-orang yang benar akan mewarisi negeri [”bumi”, NW] dan tinggal di sana senantiasa.”—Mazmur 37:11, 29.

Mengambil Manfaat secara Pribadi

Untuk mengambil manfaat secara pribadi dari penggenapan maksud-tujuan Allah yang agung bagi bumi, kita terlebih dahulu harus mengenal Allah. Kristus Yesus berkata, ”Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yohanes 17:3) Bagaimana caranya kita dapat mengenal Allah? Kita dapat belajar banyak hal tentang Allah dengan mempelajari dunia di sekeliling kita, karya ciptaan-Nya, termasuk langit yang berbintang. (Mazmur 19:2) Akan tetapi, khususnya, kita terutama belajar tentang Allah—maupun tentang putra-Nya, Kristus Yesus—melalui Alkitab. Kita mempelajari nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, dan kita mengetahui secara terinci apa yang Allah telah lakukan bagi umat manusia. Pengetahuan sedemikian membuat kita mengasihi Dia dan membuat kita sangat dekat dengan-Nya dan dengan Putra-Nya.

Mengenal Allah menjadikan kita ingin melakukan kehendak-Nya. Mungkin kita telah berdoa sesuai ajaran Yesus, ”Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga.” (Matius 6:10) Tujuan kehidupan yang sejati—satu-satunya yang mendatangkan kepuasan sejati—adalah menempuh kehidupan kita selaras dengan kehendak Allah tersebut.

Namun, apa yang terlibat dalam melakukan kehendak Allah? Bagi Adam dan Hawa, hal itu mencakup mengawasi segala jenis binatang dan menaklukkan bumi serta memenuhinya dengan keturunan yang sempurna. Jika kita ingin melakukan kehendak Allah dewasa ini, kita harus belajar tentang dan mempraktikkan iman akan korban tebusan Yesus. Dan kita harus mengikuti teladan Yesus dengan menceritakan kepada orang-orang lain ’kabar baik tentang kerajaan Allah’.—Matius 24:14.

Melakukan kehendak Allah juga mencakup mengembangkan suatu kepribadian yang saleh. Maka kita mengenali perkara-perkara yang Allah benci—seperti berdusta, mencuri, gosip yang merugikan, kemarahan yang tidak terkendali—dan kita menolak itu semua. Kita juga mempelajari sifat-sifat yang Allah sukai—seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kebaikan hati dan kebaikan—dan kita memupuknya dengan bantuan roh suci Allah. (Galatia 5:19-24) Jika kita berminat mendapatkan kehidupan kekal, kita perlu menjadi pribadi-pribadi yang Allah inginkan untuk hidup selama-lamanya. Sesungguhnya, belajar tentang Allah dan melakukan kehendak-Nya memberikan tujuan dan arti dalam kehidupan kita, yang tidak dapat diberikan oleh sumber lain mana pun!

Perubahan yang Dihasilkannya

Kehidupan jutaan orang di seluruh dunia membuktikan bahwa mendapatkan tujuan hidup sejati benar-benar mendatangkan perubahan besar dalam hidup seseorang. Pertimbangkan contoh tentang Wayne, yang putus asa karena kematian istrinya. Pendeta setempat tidak sanggup menghiburnya, maka Wayne menjadi sibuk dalam pekerjaan sukarela. Ia bertindak selaku komandan Veteran Legiun Amerika dan aktif dalam kelompok-kelompok politik. Kemudian, ia menikah lagi, namun perkawinannya penuh ketegangan. Ia dan istrinya tidak mempunyai tujuan dalam kehidupan mereka.

Akan tetapi, suatu hari, Wayne mengambil Alkitab dan mulai membaca. Dalam tiga bulan, ia selesai membacanya, dan ia berkata, ”Sekarang saya mengetahui bahwa ada tujuan keberadaan kita di sini dan suatu harapan berupa kehidupan setelah kematian.” Ia memberi tahu istrinya, ”Kita harus menemukan orang-orang yang berpaut kepada Alkitab sebagai teman-teman bergaul.” Segera mereka bertemu Saksi-Saksi Yehuwa, dan diskusi bersama Saksi-Saksi menguatkan keinginan mereka untuk melakukan kehendak Allah. Wayne maupun istrinya membaktikan kehidupan mereka kepada Allah, dan mendatangkan manfaat besar pada kehidupan keluarga mereka.

Susan, anak utusan injil Presbiterian, ingin melakukan sesuatu dalam kehidupannya yang benar-benar akan bermanfaat bagi dunia. Sebuah tulisan tentang bahaya tenaga nuklir meyakinkan ia bahwa inilah yang paling penting. Maka ia berhenti kuliah agar dapat menggunakan seluruh waktunya untuk mengajar orang-orang tentang masalah tersebut. Sewaktu berusia 21 tahun, ia menjadi koordinator sebuah demonstrasi anti nuklir besar-besaran. Kemudian, ia dikunjungi oleh Saksi-Saksi Yehuwa serta diberi tahu apa yang Alkitab katakan, dan pada waktunya, menemukan tujuan hidup yang sejati. Tidak diragukan ia masih mengkhawatirkan perusakan bumi oleh manusia, namun ia menyadari bahwa Allah akan mengatasi problem-problem ini melalui Kerajaan-Nya. Maka, ia membantu orang-orang untuk menaruh iman kepada Kerajaan itu.

Marielle menetapkan tujuan dalam kehidupannya yaitu untuk menikmati perkara-perkara yang ditawarkan dunia. Ia mengejar karier. Ia menikmati semua ’yang ada’ di Los Angeles, California, A.S., termasuk pesta-pesta dan narkotik. Namun sewaktu ia mulai belajar Alkitab, mulai mengenal dan melayani Allah, ia melihat betapa hampanya semua perkara tersebut. Ia mengatakan bahwa kehidupannya sekarang jauh lebih kaya karena selaras dengan maksud-tujuan Allah.

Jumlah orang-orang yang kehidupannya diperkaya dengan mempelajari tujuan kehidupan yang sejati sedang bertambah dalam jumlah ratusan setiap hari. Hidup selaras dengan tujuan kehidupan yang sejati dengan melakukan kehendak Bapa surgawi kita yang pengasih benar-benar mendatangkan perubahan. Itu adalah sesuatu yang dapat memperbaiki seluruh kehidupan Anda. Kami mengundang Anda untuk mempelajari hal ini secara pribadi. Kehidupan Anda akan lebih berarti jika Anda melakukan itu.

[Gambar di hlm. 9]

Sang Pemberi kehidupan mempunyai maksud-tujuan dalam menciptakan manusia

[Gambar di hlm. 10]

Allah tidak membatalkan maksud-tujuan-Nya untuk memiliki suatu bumi firdaus yang dipenuhi keluarga manusia yang sempurna

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan