PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g92 Juni hlm. 22-23
  • Doa—Diulang-ulang atau Spontan?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Doa—Diulang-ulang atau Spontan?
  • Sedarlah!—1992
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Seperti Apa Doa Itu
  • Apa yang Yesus Kristus Katakan?
  • Bagaimana Doa dari Lubuk Hati Membantu
  • Caranya Berdoa Sehingga Didengar Oleh Allah
    Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal
  • Mendekatlah kepada Allah dengan Berdoa
    Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan?
  • ”Nyatakanlah Permintaanmu kepada Allah”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2006
  • Bagaimana Saudara Dapat Mendekat kepada Allah
    Pengetahuan yang Membimbing kepada Kehidupan Abadi
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1992
g92 Juni hlm. 22-23

Pandangan Alkitab

Doa—Diulang-ulang atau Spontan?

SEBUAH jumbo jet sedang terbang di atas ketinggian 41.000 kaki (12.500 meter). Di bawah terhampar Samudera Pasifik yang dingin. Tiba-tiba, sebuah mesin berhenti berfungsi. Lalu, ketiga mesin lainnya kehilangan tenaga. Pesawat tersebut menukik 10 kilometer dalam dua menit! Tetapi pada ketinggian 9.000 kaki (2.700 meter) tenaga pesawat tersebut pulih dan berhasil mencapai San Fransisco dengan selamat. Dengan menghela nafas seorang penumpang berkata, ”Tak pernah saya berdoa dengan begitu bersungguh-sungguh sepanjang hidup saya.”

Pada saat-saat menghadapi bencana, bahaya, atau kesedihan yang mendalam, banyak orang, bahkan yang tidak religius, berpaling kepada Yang Mahakuasa memohon bantuan. Sebaliknya, yang religius secara tetap tentu mengulangi doa-doa yang resmi di gereja-gereja dan kuil-kuil atau di rumah. Dengan bantuan rosario, banyak yang mengucapkan Doa Bapa Kami dan Salam Maria. Yang lain-lain menggunakan buku-buku doa. Jutaan orang Asia memutar roda-roda dengan doa-doa di dalamnya sebagai sarana untuk mengulangi doa-doa secara cepat.

Pernahkah Anda berpikir, ’Bagaimana seharusnya kita berdoa? Haruskah doa diulang-ulang atau bersifat spontan?’

Seperti Apa Doa Itu

Misalkan ayah Anda yang sangat Anda kasihi, tinggal di negeri lain, menganjurkan Anda untuk meneleponnya kapan pun Anda mau—tanpa bayaran. Tidakkah Anda akan sering meneleponnya? Apakah Anda tidak akan senang mempertahankan, bahkan memperkuat, hubungan Anda yang berharga? Tidakkah Anda akan membicarakan kekhawatiran-kekhawatiran Anda dan menyatakan rasa terima kasih Anda yang dalam atas bantuan serta anjuran apa pun yang telah diberikannya kepada Anda sepanjang hidup Anda? Hubungan pribadi sedemikian merupakan harta yang sangat berharga bagi Anda, bukan?

Sewaktu menelepon, Anda mungkin akan menyebutkan suatu masalah berulang-ulang, tetapi Anda tentu tidak akan mengutarakan diri dengan membaca dari sebuah buku atau secara formal terus mengulangi kata-kata Anda, bukan? Demikian pula doa-doa umat kristiani. Sebenarnya, Yesus Kristus mengatakan doa-doa tidak boleh demikian.

Apa yang Yesus Kristus Katakan?

”Dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.”a (Matius 6:7) Versi-versi lain menyatakannya begini, ”Dalam doamu, janganlah mengoceh terus seperti orang yang tidak ber-Tuhan.” (The New English Bible) ”Sewaktu berdoa, janganlah menumpukkan kata-kata kosong sebagaimana halnya orang-orang Kafir.”—Revised Standard Version.

Beberapa orang mengacaukan bertele-tele dengan kesalehan, kefasihan dengan pengabdian, pengulangan dan pemanjangan dengan jawaban yang pasti. Namun, Allah tidak mengukur nilai suatu doa dari panjangnya. Jelas, Yesus tidak ingin murid-muridnya menggunakan metode yang kaku atau menghafalkan doa-doa. Oleh karena itu, seberapakah nilai rosario, buku-buku doa, atau roda-roda doa?

Setelah mengatakan hal-hal di atas, Yesus kemudian memberikan kepada murid-muridnya suatu contoh doa—Doa Bapa Kami yang terkenal. (Matius 6:9-13) Tetapi apakah ia memaksudkan agar murid-muridnya terus mengulangi kata-kata tersebut? Tidak. Malahan, ketika mengutipnya lebih dari satu tahun kemudian, Yesus bahkan tidak menggunakan kata-kata yang persis sama. (Lukas 11:2-4) Apakah ada catatan bahwa umat kristiani yang mula-mula melakukan hal tersebut atau bahwa mereka mengulangi doa-doa resmi lainnya? Sekali lagi, tidak.

Apakah ini berarti kita tidak dapat menyebutkan pokok atau permintaan yang sama berulang kali? Sama sekali tidak, karena Yesus juga berkata, ”Teruslah minta, maka akan diberikan kepadamu; teruslah mencari, maka kamu akan mendapat.” (Matius 7:7, NW) Sering kali perlu bagi kita untuk menyampaikan permohonan yang sama lebih dari satu kali. Dengan demikian Yehuwa melihat betapa bersungguh-sungguhnya kita dalam permohonan kita dan betapa dalamnya perasaan kita tentang hal tersebut.

Misalnya, pada abad kelima S.M., hidup seorang yang saleh bernama Nehemia sebagai bagian dari kelompok orang-orang Yudea yang dibuang di Babel. Ia adalah juru minuman raja Persia. Ketika ia diberi tahu bahwa saudara-saudaranya, orang-orang yang tinggal di Yudea, berada dalam kesukaran besar, ia berdoa ”siang dan malam” demi kelepasan mereka. (Nehemia 1:6) Doa-doanya didengarkan. Yehuwa menggerakkan hati penguasa Persia yang simpatik untuk menganugerahkan wewenang kepada Nehemia untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem guna membereskan masalahnya. Ini dilakukannya, demi kebahagiaan bangsanya dan pemeliharaan iman mereka.—Nehemia 1:3–2:8.

Bagaimana Doa dari Lubuk Hati Membantu

Walaupun Ia adalah Penguasa Tertinggi di alam semesta, Yehuwa mengundang ”anak-anak-Nya” menghampiri Dia dengan sepenuh hati. ”Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu,” kata murid Yesus, Yakobus. (Yakobus 4:8) Tetapi bagaimana caranya? Ya, pertama kita harus berdoa atas nama Yesus. (Yohanes 14:6, 14) Selanjutnya, sebagaimana dinyatakan Paulus, ”Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”—Ibrani 11:6.

Mereka yang memiliki masalah, bahkan mereka yang telah melakukan perbuatan salah yang serius, dapat meminta dan menerima bantuan serta pengampunan. Yesus mengilustrasikan hal ini dengan ceritanya tentang seorang pemimpin agama yang, ketika berdoa, berterima kasih kepada Allah karena ia lebih suci daripada orang-orang lain; tetapi seorang pemungut cukai (tidak disukai dan dipandang sebagai orang yang melakukan perbuatan salah yang serius pada masa itu) dengan sederhana berkata, ”Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” Tentunya, doa dari lubuk hati dan sederhana itu tidak diambil dari sebuah buku. Dan Yesus mengutuk pemimpin agama yang munafik itu tetapi berkata tentang pria satunya, ”Barangsiapa yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”—Lukas 18:10-14.

Kecenderungan dunia yang buruk ini menyebabkan banyak orang khawatir dan menderita karena depresi. Umat kristiani bahkan bisa merasa resah tentang kedudukan mereka di hadapan Yehuwa. Tetapi, dengan tetap tentu, sering dan spontan menghadap Yehuwa untuk memohon bantuan, manfaat yang tidak terbayangkan dapat diperoleh. Paulus menulis, ”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”—Filipi 4:6, 7.

Permohonan berarti permintaan yang sungguh-sungguh, memohon bantuan Allah, mencurahkan isi hati kita kepada-Nya seperti seorang anak kepada orang-tuanya yang sangat pengasih dan penuh pengertian. Doa-doa sedemikian tidak keluar dari buku, juga tidak di ulang-ulangi seperti burung beo. Ia keluar dari hati yang membutuhkan bantuan dan memiliki iman yang sejati kepada Yehuwa, ”yang mendengarkan doa”.—Mazmur 65:3.

[Catatan Kaki]

a Kata yang diterjemahkan ”mengucapkan kata-kata yang sama berulang-ulang” (bat·ta·lo·geʹo) digunakan hanya satu kali dalam Alkitab dan berarti ”’mengoceh’ dalam arti berusaha mencapai sukses dalam doa dengan menumpukkan pengulangan-pengulangan”.—Theological Dictionary of the New Testament.

[Keterangan Gambar di hlm. 22]

Lukisan dari Albrecht Dürer/Dover Publications, Inc.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan