PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g93 8/9 hlm. 12-14
  • Bukti Manfaat Air Susu Ibu

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bukti Manfaat Air Susu Ibu
  • Sedarlah!—1993
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Nutrisi Terbaik
  • Menyusui Menyelamatkan Kehidupan
  • Manfaat bagi Ibu
  • Keputusan untuk Menyusui
  • Dasar-Dasar Pemberian ASI
    Sedarlah!—1994
  • Dilema Ibu yang Mengidap Aids
    Sedarlah!—2000
  • Air Susu Ibu
    Apakah Ini Dirancang?
  • Apa yang Hendaknya Diketahui Oleh Wanita Tentang Kanker Payudara
    Sedarlah!—1994
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1993
g93 8/9 hlm. 12-14

Bukti Manfaat Air Susu Ibu

Oleh koresponden Sedarlah! di Nigeria

BAYANGKAN makanan bayi yang lezat, mudah dicerna, dan memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi bayi yang sedang dalam pertumbuhan. Bayangkan makanan yang merupakan ”obat mujarab” yang dapat mencegah dan mengobati penyakit. Bayangkan makanan yang gratis dan mudah diperoleh keluarga-keluarga di mana saja di bumi ini.

Apakah hal itu mustahil menurut Anda? Nah, produk semacam itu memang ada, meskipun belum dikembangkan oleh para ilmuwan di bidang industri. Itu adalah air susu ibu.

Sepanjang sejarah umat manusia, makanan yang menakjubkan ini dianggap sangat penting bagi perawatan anak. Misalnya, Alkitab menceritakan kepada kita bahwa ketika putri Firaun menemukan bayi Musa, ia menyuruh kakak perempuan Musa mencarikan ”seorang inang penyusu” untuk merawat Musa. (Keluaran 2:5-9) Belakangan, dalam masyarakat Yunani dan Romawi, inang penyusu lazim dipekerjakan untuk menyusui bayi dari orang-tua yang kaya. Akan tetapi, dalam beberapa dekade belakangan ini, praktek menyusui telah merosot secara drastis, sebagian disebabkan oleh iklan yang membuat banyak orang berpikir bahwa ASI lebih rendah mutunya dibanding formula makanan bayi hasil teknologi modern. Dewasa ini, kecenderungan yang ada justru sebaliknya karena semakin banyak ibu menyadari bahwa ”air susu ibu adalah yang terbaik”.

Nutrisi Terbaik

Apakah para ilmuwan berhasil menyempurnakan metode permanen yang dirancang sang Pencipta untuk memberi makan bayi? Sama sekali tidak. UNICEF (Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa) menyatakan, ”Air susu ibu saja merupakan makanan dan minuman terbaik bagi bayi selama empat hingga enam bulan pertama kehidupannya.” Air susu ibu mengandung seluruh protein, zat perangsang pertumbuhan, lemak, karbohidrat, enzim, vitamin, dan unsur kimiawi yang sangat penting bagi pertumbuhan yang sehat dari seorang bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya.

Air susu ibu bukan hanya makanan terbaik bagi bayi-bayi yang baru lahir tetapi juga satu-satunya makanan yang mereka butuhkan. Badan Kesehatan Sedunia menegaskan kembali pada bulan Mei 1992 bahwa ”selama empat hingga enam bulan pertama kehidupannya, tidak dibutuhkan makanan atau cairan lain, bahkan air pun tidak, selain air susu ibu untuk memenuhi persyaratan nutrisi bayi normal”. Air susu ibu mengandung cukup air untuk memuaskan rasa haus bayi bahkan dalam iklim yang panas dan kering. Memberi tambahan air atau minuman yang manis melalui botol bukan saja tidak perlu tetapi dapat mengakibatkan bayi sama sekali berhenti menyusu, karena bayi biasanya lebih menyukai kenyamanan relatif dari minum melalui botol. Tentu saja, setelah berusia beberapa bulan pertama dalam kehidupan, makanan dan minuman lain perlu ditambahkan sedikit demi sedikit kepada menu sang bayi.

Tidak ada pengganti yang menyediakan keseimbangan zat yang sedemikian ideal untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat dari bayi. Buku Reproductive Health​—Global Issues menyatakan, ”Upaya-upaya untuk menggantikan air susu ibu belum berhasil. Buku-buku sejarah tentang pokok pemberian makanan bayi sarat berisi bukti bahwa bayi-bayi yang tidak disusui jauh lebih tinggi risikonya terkena infeksi dan malnutrisi dibanding bayi-bayi yang disusui.”

Menyusui Menyelamatkan Kehidupan

Menurut WHO (Badan Kesehatan Sedunia), kematian satu juta bayi di seluruh dunia dapat dicegah setiap tahun jika semua ibu menyusui bayi mereka selama empat hingga enam bulan pertama kehidupan tanpa diberi makanan tambahan apa pun. Laporan UNICEF State of the World’s Children 1992 menyatakan, ”Seorang bayi yang diberi susu botol dalam suatu masyarakat miskin kira-kira 15 kali lebih besar kemungkinan meninggal karena penyakit diare, dan 4 kali lebih besar kemungkinan meninggal karena radang paru-paru dibanding bayi yang hanya diberi air susu ibu.”

Mengapa demikian? Satu alasan adalah bahwa susu bubuk, selain gizinya lebih rendah dibanding air susu ibu, sering kali dibuat menjadi susu yang sangat encer dengan menggunakan air yang tidak bersih dan kemudian disajikan dalam botol susu yang tidak steril. Dengan demikian, susu botol dapat dengan mudah tercemar oleh bakteri dan virus yang menyebabkan penyakit diare dan infeksi pada pernapasan, pembunuh anak-anak terbesar di negara-negara berkembang. Sebaliknya, susu yang langsung keluar dari payudara tidak mudah tercemar, tidak perlu dicampur, tidak basi, dan tidak dapat diencerkan secara berlebihan.

Alasan kedua mengapa menyusui menyelamatkan kehidupan adalah bahwa air susu ibu mengandung antibodi yang melindungi bayi terhadap penyakit. Bahkan apabila penyakit diare atau infeksi lainnya memang terjadi pada bayi yang disusui, biasanya itu tidak begitu parah dan lebih mudah diobati. Para peneliti juga menunjukkan bahwa bayi yang disusui tidak mudah terkena penyakit gigi, kanker, diabetes, dan alergi. Dan karena bayi harus mengisap dengan kuat, menyusu dapat mendorong dalam diri bayi perkembangan yang benar dari tulang dan otot wajah.

Manfaat bagi Ibu

Menyusui tidak hanya bermanfaat bagi bayi; itu juga bermanfaat bagi sang ibu. Satu hal, isapan bayi sewaktu menyusu merangsang keluarnya hormon oksitoksin, yang bukan hanya membantu keluar dan mengalirnya susu tetapi juga menyebabkan penciutan rahim. Bila rahim menciut segera setelah melahirkan, kecil kemungkinan terjadi pendarahan yang berkepanjangan. Menyusui juga menunda terjadi kembalinya ovulasi dan haid. Ini cenderung menunda kehamilan berikutnya. Selang waktu yang lebih panjang antara kehamilan membuat ibu dan bayi menjadi lebih sehat.

Manfaat besar lain bagi wanita adalah bahwa menyusui menurunkan risiko terkena kanker indung telur dan kanker payudara. Beberapa pakar mengatakan bahwa risiko terkena kanker payudara bagi wanita yang menyusui bayinya adalah setengah dari risiko yang dihadapi bila ia tidak menyusui.

Yang hendaknya tidak diabaikan dalam sederetan manfaat menyusui adalah terjadinya ikatan ibu-anak. Karena ini bukan hanya sekadar memberi makan tetapi juga kontak melalui mulut, hubungan kulit ke kulit, dan kehangatan jasmani, menyusui dapat membantu membentuk ikatan yang penting antara ibu dan anak serta dapat menyumbang kepada perkembangan emosi dan sosial sang anak.

Keputusan untuk Menyusui

Hampir semua ibu secara fisik mampu menyediakan susu yang cukup bagi bayi mereka jika syarat-syarat tertentu dipenuhi. Menyusui harus dimulai sesegera mungkin sesudah melahirkan, dalam jam pertama setelah sang bayi lahir. (Air susu pertama, zat pekat berwarna kekuning-kuningan, yang disebut kolostrum, sangat baik untuk bayi dan membantu melindungi mereka terhadap infeksi.) Sesudah itu, bayi hendaknya disusui kapan saja mereka merasa lapar, termasuk pada malam hari, dan tidak menurut jadwal yang sudah ditetapkan. Posisi bayi yang tepat pada payudara juga penting. Seorang penasihat yang berpengalaman dan simpatik dapat menyediakan bantuan dalam hal ini.

Tentu saja, apakah seorang ibu memutuskan untuk menyusui bayinya atau tidak, bergantung lebih daripada sekadar kemampuan fisiknya untuk melakukan hal itu. The State of the World’s Children 1992 melaporkan, ”Para ibu membutuhkan dukungan dari rumah sakit jika mereka ingin memberikan permulaan yang terbaik bagi bayi mereka; namun jika mereka akan terus menyusui, mereka juga membutuhkan dukungan dari para majikan, organisasi buruh, masyarakat​—dan dari kaum pria.”

[Kotak di hlm. 13]

Menyusui di Dunia yang Sedang Berkembang

1. Air susu ibu saja merupakan makanan dan minuman terbaik bagi bayi selama empat hingga enam bulan pertama kehidupannya.

2. Bayi hendaknya mulai disusui sesegera mungkin setelah dilahirkan. Sebenarnya setiap ibu dapat menyusui bayinya.

3. Isapan yang sering diperlukan untuk memproduksi cukup air susu bagi kebutuhan bayi.

4. Pemberian susu botol dapat mengarah kepada penyakit serius dan kematian.

5. Menyusui hendaknya terus dilanjutkan hingga anak berusia dua tahun dan jika mungkin lebih lama.

Sumber: Facts for Life, terbitan hasil kerja sama UNICEF, WHO, dan UNESCO.

[Kotak di hlm. 14]

Menyusui dan AIDS

Pada akhir bulan April 1992, WHO dan UNICEF bekerja sama mendatangkan sekelompok pakar dari berbagai negeri guna membahas hubungan antara AIDS dan menyusui. Pentingnya diadakan pertemuan tersebut dijelaskan oleh Dr. Michael Merson, direktur Program Global WHO untuk AIDS. Ia berkata, ”Menyusui adalah unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup bayi. Risiko kematian bayi karena AIDS akibat menyusu harus dibandingkan dengan risiko kematian akibat sebab-sebab lain apabila tidak disusui.”

Menurut WHO, kira-kira sepertiga dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terjangkit HIV, juga terjangkit virus tersebut. Meskipun banyak penularan dari ibu ke bayi terjadi selama masa kehamilan dan kelahiran, terdapat bukti bahwa penularan juga dapat terjadi pada waktu menyusui. Akan tetapi, WHO menyatakan, ”mayoritas terbesar dari bayi-bayi yang disusui oleh ibu yang terjangkit HIV tidak terjangkit karena menyusu”.

Panel para pakar tersebut menyimpulkan, ”Di tempat yang penyakit menular serta malnutrisi menjadi penyebab utama kematian bayi dan yang tingkat mortalitasnya tinggi, menyusui seharusnya menjadi anjuran yang umum bagi wanita hamil, termasuk mereka yang terjangkit HIV. Ini karena risiko bayi mereka terjangkit HIV akibat air susu ibu kemungkinan lebih rendah daripada risiko kematian akibat sebab-sebab lain jika bayi tidak disusui.

”Di lain pihak, di tempat-tempat yang penyebab utama kematian pada masa pertumbuhan bukan berupa penyakit menular, dan yang tingkat mortalitasnya rendah, . . . anjuran yang umum bagi wanita hamil yang diketahui terjangkit HIV adalah menggunakan alternatif pemberian makanan yang aman bagi bayi mereka sebaliknya daripada menyusui sendiri.”

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan