PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g93 8/10 hlm. 17-21
  • Bagaimana Kita Dapat Melindungi Anak-Anak Kita?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bagaimana Kita Dapat Melindungi Anak-Anak Kita?
  • Sedarlah!—1993
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Didiklah Anak Anda!
  • Saksamalah dalam Pelatihan Anda
  • Berhati-hati seperti Ular
  • Cara Melindungi Anak-Anak Anda
    Sedarlah!—2007
  • Pencegahan di Rumah
    Sedarlah!—1993
  • Bagaimana Orang Tua Bisa Mengajar Anak tentang Seks?
    Pertanyaan Alkitab Dijawab
  • Mendidik Anak Sejak Lahir
    Membina Keluarga Bahagia
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1993
g93 8/10 hlm. 17-21

Bagaimana Kita Dapat Melindungi Anak-Anak Kita?

”Jangan bilang siapa-siapa. Ini rahasia kita.”

”Tak seorang pun akan mempercayai kata-katamu.”

”Jika kamu buka mulut, orang-tuamu akan membencimu. Mereka tahu ini semua salahmu.”

”Apakah kamu tidak ingin lagi menjadi teman istimewa saya?”

”Kamu tidak ingin saya masuk penjara, bukan?”

”Kalau kamu buka mulut, saya akan bunuh orang-tuamu.”

SETELAH menggunakan anak-anak untuk memuaskan nafsu rendah mereka yang tidak wajar, setelah merampas rasa aman dan perasaan lugu mereka, para pelaku pedophilia masih menginginkan sesuatu hal lagi dari korban-korban mereka​—BUNGKAM. Untuk memastikan bahwa sang korban akan tutup mulut, mereka memanfaatkan aib, kerahasiaan, bahkan ancaman langsung. Dengan demikian, mereka merampas senjata ampuh anak-anak terhadap penganiayaan​—keinginan untuk mengadu, untuk bercerita, dan untuk minta perlindungan orang dewasa.

Tragisnya, orang-orang dewasa sering kali tanpa sadar bekerja sama dengan para penganiaya anak. Bagaimana? Dengan menolak untuk waspada terhadap bahaya ini, dengan memupuk sikap membungkam terhadap hal ini, dengan mempercayai mitos-mitos klise. Ketidaktahuan, informasi yang keliru, dan sikap tutup mulut, memberikan perlindungan yang aman bagi si penganiaya, bukan bagi sang korban.

Misalnya, Konferensi Uskup Katolik Kanada baru-baru ini menyimpulkan bahwa karena ”gerakan tutup mulut”, penganiayaan anak secara keji tetap ada di kalangan pemimpin agama Katolik selama puluhan tahun. Majalah Time, ketika melaporkan meluasnya wabah inses, juga menyatakan ”gerakan tutup mulut” sebagai faktor yang ”hanya turut melestarikan tragedi ini” dalam lingkungan keluarga.

Akan tetapi, Time memperhatikan bahwa gerakan ini akhirnya runtuh juga. Mengapa? Singkatnya, karena pendidikan. Sebagaimana dinyatakan majalah Asiaweek, ”Semua pakar setuju bahwa pertahanan terbaik terhadap penganiayaan anak adalah kesadaran masyarakat.” Untuk melindungi anak-anak, orang-tua harus memahami kenyataan dari ancaman tersebut. Jangan mau dibodoh-bodohi oleh kesalahpahaman yang melindungi si penganiaya anak, bukannya melindungi sang anak.​—Lihat kotak di bawah.

Didiklah Anak Anda!

Raja Salomo yang bijaksana memberi tahu putranya bahwa pengetahuan, hikmat, dan kesanggupan berpikir dapat melindungi dia ”dari jalan yang jahat, dari orang yang mengucapkan tipu muslihat”. (Amsal 2:​10-12) Bukankah hal itu yang memang dibutuhkan anak-anak? Pamflet FBI berjudul Child Molesters: A Behavioral Analysis mengatakan hal ini di bawah judul ”Korban yang Ideal”, ”Bagi sebagian besar anak, seks adalah perkara tabu yang tentangnya mereka mendapat keterangan yang tidak begitu akurat, khususnya dari orang-tua mereka.” Jangan biarkan anak-anak Anda menjadi ”korban yang ideal”. Didiklah mereka tentang seks.a Misalnya, tidak seorang anak pun hendaknya memasuki pubertas tanpa menyadari bahwa tubuhnya akan berubah pada masa-masa ini. Ketidaktahuan akan membuat mereka bingung, malu​—dan rapuh.

Seorang wanita yang kita sebut saja Janet dianiaya secara seksual semasa kanak-kanak, dan bertahun-tahun kemudian, kedua anaknya pun dianiaya secara seksual. Ia mengenang, ”Kami dibesarkan tanpa pernah membahas tentang seks. Jadi saya menjadi dewasa dengan rasa malu akan hal itu. Sangat memalukan. Dan ketika saya mempunyai anak-anak, halnya pun sama. Saya dapat berbicara tentang seks kepada anak orang lain tetapi tidak kepada anak saya sendiri. Saya rasa itu tidak sehat karena anak-anak mudah diperdaya jika Anda tidak membahas dengan mereka mengenai hal-hal ini.”

Pencegahan penganiayaan dapat diajarkan sejak dini. Sewaktu Anda mengajar anak-anak untuk menyebut nama-nama anggota tubuh seperti vagina, payudara, dubur, penis, beri tahu mereka bahwa anggota-anggota tubuh ini baik dan istimewa​—tetapi bersifat pribadi. ”Orang lain tidak boleh menyentuhnya​—bahkan Ibu atau Ayah—​dan bahkan dokter kecuali bila Ibu atau Ayah ada di situ atau telah menyetujuinya.”b Idealnya, pernyataan semacam itu hendaknya datang dari kedua orang-tua atau setiap orang dewasa yang mengasuh anak tersebut.

Sherryll Kraizer, dalam The Safe Child Book, mencatat bahwa meskipun anak-anak seharusnya merasa bebas untuk mengacuhkan, menjerit, atau lari dari si penganiaya, banyak anak yang dianiaya belakangan menjelaskan bahwa mereka tidak ingin kelihatan kurang ajar. Oleh karena itu, anak-anak perlu tahu bahwa beberapa orang dewasa melakukan hal-hal buruk dan bahwa sang anak bahkan tidak boleh menaati siapa pun yang menyuruhnya melakukan suatu hal yang salah. Pada saat seperti itu, seorang anak punya hak mutlak untuk mengatakan tidak, sama seperti yang dilakukan Daniel dan teman-temannya kepada orang-orang dewasa Babilon yang menyuruh mereka memakan makanan yang najis.​—Daniel 1:4, 8; 3:16-18.

Alat pengajaran yang secara luas dianjurkan adalah permainan ”Bagaimana kalau . . . ?”. Misalnya, Anda dapat bertanya, ”Bagaimana kalau bapak guru menyuruhmu memukul anak lain? Apa yang akan kamu lakukan?” Atau, ”Bagaimana kalau (Ibu, Ayah, pendeta, polisi) menyuruhmu melompat dari gedung yang tinggi?” Jawaban sang anak mungkin tidak tepat atau salah, tetapi jangan mengoreksinya dengan kasar. Permainan ini tidak perlu disertai taktik yang mengejutkan atau menyeramkan; malahan, para pakar menganjurkan bahwa itu hendaknya dimainkan dengan cara yang lembut, pengasih, bahkan jenaka.

Kemudian, ajar anak-anak untuk menampik pernyataan kasih sayang yang tidak pantas atau yang membuat mereka merasa risi. Misalnya, tanyakan, ”Bagaimana kalau teman Ibu dan Ayah ingin menciummu dengan cara yang membuat kamu merasa aneh?”c Sering kali, paling baik menganjurkan sang anak melakonkan apa yang akan ia perbuat, dengan membuatnya sebagai permainan ”Seandainya saya jadi . . .”.

Dengan cara yang sama, anak-anak dapat belajar untuk menolak berbagai taktik lain dari si penganiaya. Misalnya, Anda dapat bertanya, ”Bagaimana kalau seseorang berkata, ’Kamu tahu, kamu adalah kesayangan saya. Maukah kamu menjadi teman saya?’” Jika sang anak sudah bisa menolak muslihat semacam itu, bahas muslihat lainnya. Anda dapat bertanya, ”Jika seseorang mengatakan, ’Kamu tidak ingin menyakiti perasaan saya, bukan?’ Apa yang akan kamu katakan?” Perlihatkan kepada sang anak cara menolak melalui kata-kata dan gerak-gerik tubuh yang jelas dan tegas. Ingat, penganiaya sering menguji bagaimana reaksi anak-anak terhadap pendekatan yang halus. Jadi seorang anak harus diajar untuk menolak dengan tegas dan berkata, ”Nanti kamu akan saya adukan.”

Saksamalah dalam Pelatihan Anda

Jangan batasi pelatihan semacam itu dengan membicarakannya satu kali saja. Anak-anak membutuhkan banyak pengulangan. Gunakan pertimbangan Anda sendiri dalam menentukan seberapa jelas seharusnya pelatihan itu. Namun, hendaklah saksama.

Misalnya, pastikan untuk mencegah agar si penganiaya tidak merancang upaya apa pun berupa persetujuan rahasia. Anak-anak hendaknya mengetahui bahwa orang dewasa tidak boleh menyuruh mereka merahasiakan sesuatu dari Ayah ataupun Ibu mereka. Yakinkan mereka bahwa mereka patut untuk selalu mengadu​—sekalipun mereka telah berjanji untuk tidak melakukannya. (Bandingkan Bilangan 30:12, 16.) Beberapa penganiaya mengancam sang anak jika mereka tahu bahwa sang anak pernah melanggar peraturan keluarga. ”Kalau kamu mengadukan saya, saya pun akan mengadukan kamu” demikianlah ancamannya. Jadi sang anak seharusnya mengetahui bahwa ia tidak akan pernah dimarahi karena mengadu​—bahkan di bawah keadaan-keadaan demikian. Beri perasaan aman kepada sang anak bila mengadu.

Pelatihan Anda hendaknya juga mencakup cara menangkal ancaman. Beberapa penganiaya telah membunuh binatang-binatang kecil di depan sang anak dan mengancam untuk melakukan hal yang sama kepada orang-tua sang anak. Yang lain-lain telah memperingatkan korban mereka bahwa mereka akan menganiaya adik-adik mereka. Jadi ajar anak-anak bahwa mereka hendaknya selalu mengadukan si penganiaya, tidak soal seberapa mengerikan ancamannya.

Dalam hal ini, Alkitab dapat menjadi alat pengajaran yang bermanfaat. Karena Alkitab menandaskan dengan sangat jelas keperkasaan yang mahakuasa dari Yehuwa, hal itu dapat membuat ancaman si penganiaya tidak lagi sedemikian mengerikan. Anak-anak perlu mengetahui bahwa tidak soal ancaman apa pun yang dilancarkan, Yehuwa sanggup membantu umat-Nya. (Daniel 3:8-30) Bahkan bila orang jahat menyakiti mereka yang disayangi Yehuwa, Ia selalu dapat memperbaiki kerusakan yang timbul dan memulihkan segala sesuatunya. (Ayub, pasal 1, 2; 42:10-17; Yesaya 65:17) Yakinkan mereka bahwa Yehuwa melihat segala sesuatu, termasuk orang-orang yang melakukan hal-hal yang buruk dan orang-orang baik yang berupaya keras melawan mereka.​—Bandingkan Ibrani 4:13.

Berhati-hati seperti Ular

Tidak banyak pelaku pedophilia yang menggunakan kekuatan fisik untuk menyerang seorang anak secara seksual. Mereka umumnya memilih berteman dahulu dengan sang anak. Oleh karena itu, nasihat Yesus untuk ”cerdik [”berhati-hati”, NW] seperti ular” sangat cocok. (Matius 10:16) Pengawasan ketat oleh orang-tua yang pengasih adalah salah satu perlindungan yang terbaik terhadap penganiayaan. Beberapa pelaku serangan seksual mencari anak yang sendirian di tempat umum dan memancing percakapan untuk menimbulkan rasa ingin tahu sang anak. (”Apakah kamu suka sepeda motor?” ”Mari kita lihat anak-anak anjing di truk saya.”) Memang, Anda tidak dapat berada di sisi anak Anda sepanjang waktu. Dan pakar perawatan anak menyadari bahwa anak-anak membutuhkan kebebasan tertentu untuk bergerak. Namun orang-tua yang bijaksana waspada untuk tidak terlampau dini dalam memberikan terlalu banyak kebebasan kepada anak-anak.

Pastikan Anda mengenal baik orang dewasa atau remaja yang lebih tua yang akrab dengan anak-anak Anda, dengan menggunakan kewaspadaan ekstra saat memutuskan siapa yang hendaknya mengurus anak-anak bila Anda sedang tidak ada. Waspadalah terhadap pengasuh anak (baby-sitter) yang membuat anak Anda merasa aneh atau gugup. Demikian pula, berhati-hatilah terhadap anak-anak belasan tahun yang kelihatannya menaruh minat yang terlalu besar terhadap anak-anak kecil dan tidak mempunyai teman sebaya. Periksalah dengan saksama fasilitas penitipan anak dan sekolah. Jelajahilah seluruh bangunan dan tanyailah para staf, dengan saksama mengamati bagaimana keterlibatan mereka dengan anak-anak. Tanyakan apakah mereka tidak keberatan jika Anda sewaktu-waktu singgah tanpa pemberitahuan sebelumnya untuk memeriksa anak-anak Anda; jika ini tidak diperbolehkan, carilah tempat lain.​—Lihat Awake! 8 Desember 1987, halaman 3-11.

Akan tetapi, kenyataan yang menyedihkan adalah bahwa bahkan orang-tua yang terbaik sekalipun tidak dapat mengendalikan segala sesuatu yang terjadi atas anak-anak mereka.​—Pengkhotbah 9:11.

Jika Ayah dan Ibu bekerja sama, ada satu hal yang dapat mereka kendalikan: lingkungan rumah. Dan karena rumah adalah tempat terjadinya kebanyakan penganiayaan anak, itu akan menjadi perhatian utama dari artikel berikut ini.

a Lihat Sedarlah! terbitan Februari 1992, halaman 3-11, dan Awake! terbitan 8 Juli 1992, halaman 30.

b Tentu saja, orang-tua harus memandikan dan mengenakan pakaian untuk anak-anak yang masih kecil, dan pada saat-saat demikian, mereka membasuh anggota tubuh yang bersifat pribadi. Namun ajarkan anak-anak untuk mandi sendiri sedini mungkin; beberapa pakar perawatan anak menganjurkan agar anak-anak belajar mencuci anggota tubuh yang bersifat pribadi pada usia tiga tahun jika mungkin.

c Beberapa pakar memberi peringatan bahwa jika Anda memaksa anak-anak mencium atau memeluk setiap orang yang meminta pernyataan kasih sayang seperti itu, Anda dapat melemahkan pelatihan ini. Oleh karena itu, beberapa orang-tua mengajar anak-anak mereka untuk menolak dengan sopan sewaktu diminta melakukan sesuatu yang bukan-bukan.

Ia Berteriak Minta Tolong

”SERUAN kepada Yehuwa Menggagalkan Serangan Seksual atas Seorang Remaja,” demikian bunyi kepala berita di surat kabar AS The Arizona Republic tanggal 5 Mei 1993. Si tertuduh pelaku serangan seksual telah menculik anak lelaki berusia 13 tahun dengan menodongkan pistol, menyeret anak tersebut ke apartemen si penyerang. Sewaktu remaja ini berteriak, ”Yehuwa, tolong saya!” si penyerang merasa gentar dan membiarkan anak itu pergi. Polisi kemudian menangkap pelaku itu.

Meskipun menyerukan nama Yehuwa sangat patut dalam keadaan-keadaan demikian, tidak berarti bahwa hamba-hamba Allah akan bebas dari serangan di ”hari-hari terakhir” yang kritis ini. (2 Tim. 3:1-5, 13) Oleh karena itu, para orang-tua Kristen harus melatih anak-anak mereka untuk bersikap waspada terhadap semua orang yang tidak dikenal, tidak soal wewenang apa yang kelihatan dimiliki orang tersebut.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan