PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g94 8/6 hlm. 22-24
  • Fenomena Reinkarnasi Dijelaskan

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Fenomena Reinkarnasi Dijelaskan
  • Sedarlah!—1994
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Pengaruh Hipnosis
  • Pengalaman Menjelang Kematian
  • Tidak Ada Memori
  • Reinkarnasi
    Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
  • Apakah Reinkarnasi Merupakan Kunci bagi Misteri Kehidupan?
    Sedarlah!—1994
  • Apakah Firman Allah Mengajarkan Reinkarnasi?
    Sedarlah!—1994
  • Apakah Anda Memang Pernah Hidup Sebelumnya?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2012
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1994
g94 8/6 hlm. 22-24

Fenomena Reinkarnasi Dijelaskan

SALAH satu keberatan terhadap teori reinkarnasi adalah bahwa mayoritas terbesar manusia yang hidup di bumi sama sekali tidak dapat mengingat bahwa mereka pernah hidup sebelumnya. Lagi pula, mereka bahkan tidak pernah berpikir bahwa mereka mungkin pernah hidup sebelumnya.

Memang benar bahwa kita kadang-kadang memiliki perasaan aneh seperti seakan-akan sudah kenal dengan seseorang yang baru pertama kali kita jumpai. Rumah, kota, atau daerah indah tertentu mungkin tampak tak asing lagi bagi kita, sekalipun kita tahu bahwa inilah kali pertama kita berada di sana. Akan tetapi, hal-hal ini dapat dijelaskan tanpa harus menggunakan teori reinkarnasi.

Misalnya, tempat-tempat tertentu meskipun letaknya sangat berjauhan mungkin mempunyai kemiripan, jadi sewaktu kita mengunjungi tempat baru itu, kita merasa pernah berada di sana sebelumnya, padahal sebenarnya belum pernah. Banyak rumah, kantor, toko, kota, dan daerah indah tertentu di beberapa bagian dunia mempunyai kesamaan satu sama lain dengan yang terdapat di bagian bumi lainnya. Bahwa itu semua kelihatannya sama dengan apa yang pernah kita lihat sebelumnya bukanlah bukti bahwa kita pernah berada di tempat-tempat itu dalam kehidupan kita sebelumnya. Itu hanya menyerupai tempat-tempat yang tak asing lagi bagi kita.

Halnya pun demikian dengan orang. Penampilan beberapa orang agak mirip dengan yang lain, bahkan kelihatannya seperti kembar. Seseorang mungkin memiliki tingkah laku yang mengingatkan kita akan seseorang yang masih hidup ataupun seseorang yang sudah meninggal. Namun kita telah mengenal orang-orang ini dalam kehidupan kita sekarang, bukan pada kehidupan kita yang terdahulu. Kemiripan dalam penampilan atau kepribadian tidak mengartikan bahwa orang-orang ini telah kita kenal dalam kehidupan kita sebelumnya. Tidak diragukan kita semua kadang-kadang keliru mengenali orang yang satu dengan yang lain. Namun kedua orang tersebut hidup pada waktu yang bersamaan dengan masa hidup Anda dan bukan pada kehidupan yang terdahulu. Itu tidak ada hubungannya dengan reinkarnasi.

Pengaruh Hipnosis

Bahkan pengalaman di bawah pengaruh hipnosis dapat dijelaskan tanpa harus menggunakan teori reinkarnasi. Pikiran alam bawah sadar kita merupakan gudang informasi yang jauh lebih rumit daripada yang mungkin kita bayangkan. Informasi mencapai gudang ini melalui buku, majalah, TV, radio, dan melalui pengalaman dan pengamatan lainnya.

Banyak dari informasi ini disimpan di sisi tersembunyi tertentu dalam pikiran alam bawah sadar kita karena kita tidak dapat langsung atau segera menggunakannya. Pikiran alam bawah sadar kita seumpama buku-buku perpustakaan yang tidak banyak dicari dan dengan demikian telah disimpan pada rak terpisah.

Tetapi, di bawah hipnosis, kesadaran akan suatu pokok berubah sehingga memori yang terlupakan dapat muncul ke permukaan. Beberapa orang menafsirkan ini sebagai suatu kehidupan yang terdahulu, namun sebenarnya tidak lain daripada pengalaman kehidupan sekarang yang untuk sementara waktu telah kita lupakan.

Tetapi, ada beberapa kasus yang mungkin lebih sulit untuk dijelaskan dengan cara wajar. Suatu contoh adalah apabila seseorang mulai berbicara dalam ”bahasa” lain di bawah pengaruh hipnosis. Kadang-kadang bahasanya dapat dimengerti, namun sering kali tidak. Mereka yang percaya kepada reinkarnasi mungkin mengatakan bahwa ini adalah bahasa yang digunakannya dalam kehidupan yang sebelumnya.

Namun, telah diketahui umum bahwa berbicara dengan apa yang disebut karunia lidah (bahasa roh) juga terjadi sewaktu orang-orang berada dalam kegembiraan yang meluap-luap secara mistik atau secara religius. Mereka yang mengalami hal ini merasa yakin bahwa hal itu tidak ada hubungannya dengan suatu kehidupan yang terdahulu namun mereka sedang dikuasai oleh kekuatan yang tak kelihatan dalam kehidupan sekarang.

Ada berbagai pendapat sehubungan kekuatan macam apa ini. Dalam suatu deklarasi bersama oleh Fountain Trust dan Church of England Evangelical Council, kekuatan itu dinyatakan sehubungan berbicara dengan karunia lidah, ”Kita juga waspada bahwa fenomena serupa dapat terjadi di bawah pengaruh ilmu gaib/hantu-hantu.” Jadi untuk mengasumsikan bahwa fenomena demikian adalah bukti bahwa kita telah menjalani suatu kehidupan yang terdahulu akan berarti mengambil kesimpulan dini yang keliru.

Pengalaman Menjelang Kematian

Kalau begitu, apa itu pengalaman menjelang kematian yang menurut pengakuan orang-orang pernah mereka alami? Hal ini telah ditafsirkan oleh beberapa orang sebagai bukti bahwa seseorang memiliki jiwa yang tetap hidup setelah tubuh mati. Tetapi pengalaman demikian jauh lebih baik bila dijelaskan dengan beberapa cara yang wajar.

Dalam majalah sains Prancis, Science & Vie, terbitan bulan Maret 1991, tahap-tahap yang berbeda dari pengalaman menjelang kematian disebut ”prototipe halusinasi yang bersifat universal” yang telah lama diketahui. Pengalaman serupa tidak terbatas kepada orang-orang dalam situasi menjelang kematian. Pengalaman-pengalaman ini dapat juga terjadi sehubungan ”kelelahan, demam, serangan epilepsi, penyalahgunaan obat bius”.

Pelopor bedah saraf, Wilder Penfield, yang mengoperasi pasien epilepsi di bawah pembiusan lokal, membuat penemuan yang menarik. Ia mendapati bahwa dengan merangsang berbagai bagian yang berbeda dari otak dengan suatu elektroda, ia dapat menyebabkan pasien memiliki perasaan di luar tubuhnya sendiri, berjalan melalui sebuah terowongan, dan berjumpa sanak saudara yang telah meninggal.

Perincian yang menarik dalam hal ini adalah bahwa anak-anak yang memiliki pengalaman menjelang kematian berjumpa, bukan dengan sanak keluarga yang sudah meninggal, melainkan dengan teman sekolah atau guru​—orang-orang yang masih hidup. Ini menunjukkan bahwa pengalaman demikian memiliki suatu hubungan kebudayaan tertentu. Apa yang dialami tersebut berhubungan dengan kehidupan yang sekarang, bukan dengan sesuatu yang dijumpai setelah kematian.

Dr. Richard Blacher menulis dalam majalah The Journal of the American Medical Association, ”Sekarat, atau menderita suatu situasi fisik yang parah, adalah suatu proses; kematian adalah suatu keadaan.” Sebagai contoh, Blacher berbicara tentang seseorang yang untuk pertama kali terbang dari Amerika Serikat ke Eropa. ”Penerbangan pesawat tidak [sedang] berada di Eropa,” tulisnya. Wisatawan yang berangkat menuju Eropa, namun pesawatnya berbalik dan kembali beberapa menit setelah lepas landas, tidak dapat cerita banyak kepada orang-orang tentang Eropa, demikian pula orang-orang yang siuman dari keadaan koma tidak dapat bercerita kepada siapa pun tentang kematian.

Orang-orang yang telah mendekati kematian, dengan kata lain, belum benar-benar mati. Mereka mengalami sesuatu selagi mereka masih hidup. Dan seseorang masih hidup bahkan beberapa detik sebelum kematiannya. Mereka hampir mati tetapi belum mati.

Bahkan orang yang jantungnya tiba-tiba berhenti sesaat dan yang kemudian tersadar tidak dapat benar-benar mengingat apa pun dari saat-saat mereka tidak sadar sewaktu mereka dapat dikatakan sudah ”meninggal”. Apa yang mereka ingat, kalaupun ada, ialah apa yang terjadi pada saat menjelang interupsi singkat itu, bukan selama interupsi tersebut.

Pengalaman menjelang kematian yang dipublikasikan itu sebagian besar selalu dinyatakan sebagai hal yang positif, meskipun diketahui bahwa pengalaman negatif juga muncul. Psikoanalis Prancis, Catherine Lemaire, menjelaskan hal ini sebagai berikut, ”Orang-orang yang belum mengalami [keadaan hampir mati] cocok dengan pola yang diajukan oleh IANDS [International Association for Near-Death Studies] tidak berminat menceritakan pengalaman mereka.”

Tidak Ada Memori

Kenyataannya adalah bahwa kita tidak memiliki pengalaman hidup selain yang kita jalani sekarang, baik kehidupan sebelum kita lahir maupun setelah kita mati. Oleh karena itu, kita tidak memiliki memori yang absah tentang segala sesuatu selain kehidupan yang benar-benar sedang kita jalani.

Mereka yang percaya kepada reinkarnasi mengatakan bahwa arti sebenarnya dari dilahirkan kembali adalah untuk mendapatkan kesempatan baru guna memperbaiki keadaan kita. Seandainya kita benar-benar pernah hidup sebelumnya namun kita sudah lupa akan hal itu, lenyapnya memori demikian merupakan suatu kerugian besar. Hanya dengan mengingat kesalahan kita, kita dapat mengambil manfaat darinya.

Demikian pula, orang-orang yang menjunjung apa yang disebut terapi reinkarnasi merasa bahwa Anda dapat mengatasi problem-problem sekarang secara lebih baik jika, melalui hipnosis, Anda dapat mengingat kehidupan Anda sebelumnya. Teori ini mengatakan bahwa kita lahir kembali agar dapat memperbaiki kehidupan kita yang dulu, namun kita telah lupa seperti apa kehidupan kita yang dulu itu.

Kehilangan memori dalam kehidupan kita sekarang dianggap suatu kerugian. Pastilah demikian pula dalam hal ini. Menyanggah dengan mengatakan bahwa kelupaan demikian tidak menjadi soal, karena hanya orang-orang baik yang dilahirkan kembali sebagai manusia, bukanlah argumen yang masuk akal pada zaman modern ini manakala kejahatan mendominasi adegan dunia ini, lebih daripada sebelumnya. Jika hanya orang-orang baik saja yang dilahirkan kembali sebagai manusia, dari mana datangnya semua orang jahat ini? Bukankah seharusnya orang jahat semakin sedikit? Kebenarannya adalah: Dalam hal ini tidak seorang pun, apakah ia baik ataupun jahat, pernah bereinkarnasi untuk memulai kehidupan lain sebagai manusia atau makhluk lainnya.

Akan tetapi, Anda mungkin bertanya, ’Bukankah reinkarnasi adalah ajaran Alkitab?’ Mari kita pertimbangkan pertanyaan ini dalam artikel berikut.

[Blurb di hlm. 23]

Pikiran alam bawah sadar kita bagaikan perpustakaan informasi yang telah disimpan namun dapat dikeluarkan lagi belakangan

[Blurb di hlm. 24]

”Kematian adalah suatu keadaan”, bukannya suatu proses.​—Dr. Richard Blacher dalam The Journal of the American Medical Association

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan