PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g94 8/7 hlm. 27-29
  • Kunjungan Tahunan si Raksasa Berpunggung Kulit

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kunjungan Tahunan si Raksasa Berpunggung Kulit
  • Sedarlah!—1994
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Dari Dalam Laut Mereka Muncul!
  • Mengubur Telur-Telur
  • Upaya Pelestarian
  • Sistem Navigasi Penyu
    Sedarlah!—2011
  • Keajaiban Telur Burung Unta
    Sedarlah!—2002
  • Sirip-Sirip Paus Bungkuk
    Sedarlah!—2013
  • Pesona Pasir
    Sedarlah!—2003
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1994
g94 8/7 hlm. 27-29

Kunjungan Tahunan si Raksasa Berpunggung Kulit

OLEH KORESPONDEN SEDARLAH! DI MALAYSIA

MALAM hampir larut. Bulan purnama di atas kepala memancarkan cahaya keemasan di atas laut yang damai dan tenang. Berduyun-duyun orang memenuhi Pantai Rantau Abang, ada yang berdiri, yang lain berjongkok atau duduk di atas pasir yang sejuk dan lembut. Apa yang sedang mereka lakukan di sini pada saat ini? Mereka dengan sabar menanti kunjungan sebuah tempurung yang sangat besar dilengkapi dengan empat sirip​—si penyu raksasa yang berkulit keras, atau berpunggung kulit.

Kalau bukan karena pengunjung amfibi yang misterius ini, pantai ini tidak akan terkenal secara internasional. Rantau Abang terletak di pantai timur Semenanjung Malaysia, tepat di utara Dungun dan kira-kira 400 kilometer di atas Singapura. Pantai ini adalah satu dari beberapa tempat di dunia yang dikunjungi si punggung kulit untuk misi yang mulia setiap tahun.

Di sinilah tempatnya musim bertelur yang berlangsung kira-kira dari bulan Mei sampai September. Sungguh mudah mengamati proses bertelur selama bulan Juni, Juli, dan Agustus. Biasanya penyu mulai keluar dari air menjelang larut malam. Apakah para pengunjung dari Malaysia, Singapura, dan negara Barat ini akan menunggu dengan sia-sia?

Dari Dalam Laut Mereka Muncul!

Tiba-tiba, sesuatu berbentuk segitiga bermunculan di atas permukaan laut, membentuk siluet-siluet di laut yang berkilauan tidak jauh dari pantai. Orang banyak itu mulai kegirangan! Seraya kian mendekat ke pantai, suatu objek berbentuk kubah mulai muncul dari air. Itu adalah seekor penyu yang berenang mendekat ke pantai! Beberapa pemandu yang ada di situ memberi peringatan kepada semua orang agar memperhatikannya setenang mungkin, sedikit berisik saja membuat penyu itu takut.

Mula-mula muncul kepala, lalu leher, diikuti oleh bagian depan dari tempurung tersebut dan sirip depan, hingga akhirnya seluruh badan penyu terlihat di pantai. Air pasang yang lembut mengempas ekor dan sirip belakangnya. Benar-benar seekor penyu raksasa, dari hidung sampai ke ujung ekor panjangnya kira-kira dua meter atau lebih! Di Pantai ia terbaring tak bergerak.

Dengan kasar, penyu tersebut mengangkat badannya dengan menggunakan sirip depan dan mendorong tubuhnya ke depan, membentur tanah dengan suara berdebum. Kemudian berhenti sejenak, seolah-olah untuk mengumpulkan napas dan kekuatan untuk kembali mengangkat dan mendorong badannya. Begitulah caranya penyu bergerak di darat. Orang banyak yang berada di kedua sisi dari penyu tersebut tetap menjaga jarak. Para pemandu sangat tegas dalam hal ini. Masing-masing pemandu bergerak maju, orang banyak itu juga mendesak ke depan​—tetapi dengan sangat hati-hati.

Seraya si punggung kulit merangkak ke tepi pantai, secara naluri ia tahu arah tujuannya. Pengetahuan naluri penyu tersebut memungkinkan dia menemukan tempat yang cocok agar telur-telurnya dapat menetas. Di situlah penyu itu mulai menggali lubang. Sirip belakang berfungsi sebagai sekop, untuk menggali pasir.

Setelah kira-kira beberapa lama, satu dari pemandu itu, yang juga seorang pengumpul telur yang mempunyai izin, maju ke depan dan mengulurkan tangannya ke dalam lubang, yang begitu dalam sehingga sikunya tidak tampak lagi. Seraya ia menarik kembali tangannya dari lubang itu, setiap orang diliputi rasa heran dan gembira. Ia mengambil sebuah telur!

Telur si punggung kulit berwarna putih pudar. Ukurannya berbeda-beda mulai dari sebesar bola ping pong sampai sebesar bola tenis. Telur-telur yang terakhir dalam sarang biasanya hanya sebesar kelereng. Tidak seperti telur unggas, kulit telurnya kenyal sehingga mudah penyok kalau ditekan. Anehnya, putih telur (albumen) tetap cair bahkan bila dimasak. Kata orang, rasanya, sedikit kesat dan agak amis. Seekor penyu sekali bertelur rata-rata 85 telur. Tetapi suatu rekor bertelur sebanyak 140 telur dilaporkan pada tahun 1967.

Sekarang orang banyak itu dapat lebih leluasa bergerak. Beberapa orang dengan takut-takut menyentuh dan memegang penyu tersebut. Yang lain-lain menaikinya atau bersandar padanya untuk dipotret menjadi album foto keluarga mereka. Jika memandang penyu itu dari dekat tampaklah suatu lendir kental yang bening menetes dari matanya, bertaburan butir-butir pasir. Katanya, ini disebabkan perubahan dari air ke udara. Kadang-kadang, penyu itu membuka mulutnya untuk bernapas sambil mengeluarkan bunyi yang melenguh.

Mengubur Telur-Telur

Setelah beberapa waktu, makhluk tersebut mulai menggerakkan sirip belakangnya untuk mendorong pasir kembali ke dalam lubang. Segera setelah lubang tertutup, si punggung kulit memutar-mutar sirip belakangnya seperti gerakan menyapu. Pasir beterbangan ke segala arah! Dengan cepat orang banyak itu mundur melindungi muka dan tubuh mereka. Sirip-sirip yang mengayun itu terus menyapu selama beberapa saat. Betapa luar biasa stamina dan tenaga yang digunakan! Sewaktu sirip-sirip itu berhenti mengayun, orang banyak itu tidak dapat melihat bekas lubang yang digali si punggung kulit. Sungguh luar biasa hikmat naluri! Namun, betapa jauh lebih besar hikmat dari sang Pencipta penyu ini!

Sebelum si punggung kulit kembali ke laut, seorang pengumpul telur yang mempunyai izin memasang label pada salah satu sirip depannya. Ini dilakukan agar kunjungan ke darat berikutnya dan pergerakannya di lautan bebas dapat dipantau. Setiap musim, penyu bersarang sekitar enam sampai sembilan kali, dengan selang waktu bersarang sekitar 9 sampai 14 hari.

Tiba-tiba si punggung kulit beranjak dan melemparkan dirinya ke depan. Kemudian berputar dan kembali merangkak ke laut, kali ini relatif lebih cepat dibanding waktu ia datang. Sewaktu penyu tersebut menyentuh air, kepalanya langsung masuk ke dalam air, lalu tempurungnya. Akhirnya, ia menghilang dari pandangan. Sewaktu kepalanya muncul, penyu tersebut sudah berada cukup jauh. Dengan cepat penyu itu berenang ke lautan bebas, sinar rembulan memantulkan ujung hidungnya. Betapa gesit dan cepatnya penyu itu di dalam air! Jauh sekali berbeda kalau penyu itu bergerak di darat.

Upaya Pelestarian

Seraya jumlah spesies hewan lain bertambah, penyu berpunggung kulit ini terancam punah karena lingkungan yang tercemar dan keserakahan manusia. Pada pertengahan tahun 70-an, ratusan penyu yang masih muda ditemukan terdampar di negara bagian yang berdekatan dari Pahang​—dalam keadaan mati! Dan telur-telur penyu dikumpulkan dengan semena-mena untuk memuaskan selera yang eksotik.

Untung bagi penyu-penyu ini, kepedulian yang dalam di Malaysia karena kian berkurang jumlah penyu menyebabkan diterimanya Undang-Undang Penyu pada tahun 1951. Koleksi telur-telur pribadi tidak diizinkan. Akan tetapi, orang-orang yang tamak melanggar hukum ini, karena keuntungan adalah godaan yang sangat besar. Meskipun demikian, upaya pelestarian tidak sia-sia.

Di pantai Rantau Abang, sungguh gembira melihat jajaran plakat kecil yang ditancapkan di pasir. Masing-masing plakat menjadi tanda tempat dikuburnya tumpukan kecil telur-telur penyu. Plakat-plakat itu menunjukkan jumlah telur, tanggal penyu bertelur, dan nomor kode yang memberi tahu sarang asal dari telur-telur tersebut. Kira-kira 45 hari setelah bertelur, sebuah jaring kawat ditaruh di sekeliling plakat-plakat tersebut untuk mencegah anak-anak penyu yang baru menetas pergi dari sarangnya. Masa inkubasi berkisar 52 hingga 61 hari. Seraya anak-anak penyu itu menetas, biasanya pada waktu petang setelah matahari terbenam, jumlah dari masing-masing lubang dicatat. Lalu penyu-penyu itu ditaruh dalam wadah-wadah kemudian dilepaskan di tepi laut.

Program pelestarian dengan sukses telah memelihara ribuan anak-anak penyu dan mengembalikan mereka ke perairan asal mereka. Namun jumlah yang rendah dari anak-anak penyu yang selamat, juga jumlah yang kian menurun dari si punggung kulit yang datang ke Rantau Abang, terus menjadi sumber kepedulian.

[Gambar di hlm. 28]

Satu koma delapan meter dari kepala sampai ke ekor, si punggung kulit bertelur lusinan telur. Sekitar delapan minggu kemudian, telur-telur tersebut menetas.

[Keterangan]

Penyu berpunggung kulit. Lydekker

C. Allen Morgan/Peter Arnold

David Harvey/SUPERSTOCK

[Keterangan Gambar di hlm. 28]

C. Allen Morgan/Peter Arnold

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan