PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g94 8/12 hlm. 29-32
  • Menjadikan Murid-Murid yang Sejati Dewasa Ini

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Menjadikan Murid-Murid yang Sejati Dewasa Ini
  • Sedarlah!—1994
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Semacam Sekolah Khusus
  • Misionaris dari Jenis yang Berbeda
  • Apa yang Telah Menjadi Buah-buahnya?
  • Utusan Injil Mendorong Ekspansi Seluas Dunia
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
  • Utusan Injil Dikirim ”ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi”
    Bagaimana Sumbangan Saudara Digunakan
  • Misionaris​—Apa Seharusnya Kerja Mereka?
    Sedarlah!—1994
  • Para Misionaris Susunan Kristen Kembali ke Tempat Segalanya Bermula
    Sedarlah!—1994
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1994
g94 8/12 hlm. 29-32

Misionaris Agen Terang atau Agen Kegelapan?​—Bagian 6

Menjadikan Murid-Murid yang Sejati Dewasa Ini

YESUS KRISTUS memerintahkan, ”Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka.” (Matius 28:19) Everyman’s Encyclopedia mengatakan bahwa tugas ini ”telah dilaksanakan oleh orang-orang Kristen dari segala zaman”, namun buku itu menambahkan, ”kadang-kadang tidak disertai semangat yang tinggi”. Buku The Missionary Myth bertanya, ”Apakah era misionaris telah berakhir?”

Pada bulan Januari tahun ini, majalah Newsweek melaporkan, ”Paus Yohanes Paulus II sedang membawa paham Katolik Roma kepada khalayak ramai.” Majalah tersebut menjelaskan, ”Ia mengirim 350 penginjil awam ke diskotek, supermarket, dan stasiun kereta api bawah tanah di Roma untuk mencari orang yang mau bertobat. Program percobaan tersebut dimulai pada hari Rabu Abu (16 Feb.). Jika itu berhasil, paus akan mengirim para penginjil ke seluas dunia​—suatu gerakan yang mungkin berupa kunjungan para misionaris Katolik ke rumah-rumah dari Buenos Aires hingga Tokyo.”

Sebaliknya, Saksi-Saksi Yehuwa telah lama memahami kewajiban mereka untuk melakukan pekerjaan penginjilan. (2 Timotius 4:5) Tentu saja, tidak semua mengabar sebagai misionaris di negeri-negeri asing. Tetapi mereka dapat​—dan memang​—mengabar di mana pun mereka berada. Dalam hal ini, mereka semua adalah misionaris.

Semacam Sekolah Khusus

Pada awal tahun 1940-an, Lembaga Menara Pengawal mendirikan sebuah sekolah untuk melatih rohaniwan-rohaniwan yang berpengalaman guna melayani sebagai utusan injil di negeri-negeri asing yang sangat membutuhkan bantuan. Selama bertahun-tahun, kurikulumnya telah dimodifikasi, namun sekolah tersebut tidak pernah menyimpang dari tujuan utamanya yaitu menekankan pengajaran Alkitab dan menyelesaikan pekerjaan yang sangat penting berupa penginjilan.

Nama yang dipilih untuk sekolah baru tersebut adalah Gilead, yang dalam bahasa Ibrani berarti ”Timbunan Kesaksian”. Dengan membantu menumpukkan suatu timbunan kesaksian bagi kehormatan Yehuwa, Gilead telah memainkan peranan yang sangat penting dalam melaksanakan pekerjaan pengabaran dalam skala global yang Yesus nubuatkan akan terjadi di zaman kita.​—Matius 24:14.

Sewaktu berbicara kepada kelas pertama Sekolah Gilead pada tahun 1943, Nathan H. Knorr, presiden Lembaga Menara Pengawal pada waktu itu, mengatakan, ”Saudara sekalian sedang dipersiapkan lebih lanjut untuk pekerjaan yang serupa dengan pekerjaan rasul Paulus, Markus, Timotius, dan orang-orang lain yang bepergian ke segala penjuru Kekaisaran Romawi untuk mengabarkan berita Kerajaan. . . . Pekerjaan saudara yang utama adalah memberitakan injil Kerajaan ini dari rumah ke rumah sebagaimana dilakukan Yesus dan rasul-rasul.”

Ketika kelas pertama menyelesaikan pelatihannya, para lulusannya dikirim ke sembilan negara Amerika Latin. Hingga sekarang, lebih dari 6.500 siswa dari lebih dari 110 negeri telah dilatih di Sekolah Gilead dan telah dikirim sebagai utusan injil ke lebih dari 200 negeri dan kepulauan.

Misionaris dari Jenis yang Berbeda

Artikel terdahulu dalam rangkaian ini menceritakan tentang kegiatan misionaris Susunan Kristen di masa lalu. Banyak, seperti orang-orang yang dikirim ke Greenland, menerjemahkan Alkitab atau bagian-bagiannya ke dalam bahasa daerah. Namun, para misionaris masa awal demikian sering kali mencari keuntungan sebaliknya daripada mengajarkan Alkitab kepada orang-orang.

Para misionaris Susunan Kristen yang ke Jepang misalnya, terlibat dalam ”lembaga pendidikan dan sekolah”, demikian dilaporkan Kodansha Encyclopedia of Japan. Dikatakan pula, ”Sejumlah misionaris telah mempopulerkan diri mereka melalui pengetahuan mereka.” Mereka menjadi ahli bahasa atau profesor, mengajar mata pelajaran seperti kesusastraan, bahasa, sejarah, filsafat, agama-agama Asia Timur, dan folklor Jepang. ”Lembaga yang berhubungan dengan kesejahteraan sosial dan amal juga merupakan bagian yang penting dalam pekerjaan misionaris,” ensiklopedia tersebut menambahkan.

Pengabaran injil tidak menjadi prioritas utama para misionaris pada umumnya. Mereka terlalu sering menitikberatkan pada kepuasan kebutuhan fisik sebaliknya daripada kebutuhan rohani. Pengejaran kepentingan pribadi menjadi fokus mereka. Maka, seorang misionaris dari Gereja Inggris yang dikirim ke Jepang pada tahun 1889 sekarang sangat dikenal sebagai ”bapak pendaki gunung Jepang”.

Para utusan injil yang dilatih di Gilead dalam banyak hal berbeda dengan misionaris Susunan Kristen. Buku Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan, pasal 23, menyatakan, ”Para utusan injil lulusan Sekolah Gilead mengajarkan Alkitab kepada orang-orang. Sebaliknya daripada mendirikan gereja dan mengharapkan orang-orang datang kepada mereka, mereka berkunjung dari rumah ke rumah . . . , bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.”

Apa yang Telah Menjadi Buah-buahnya?

Setelah berabad-abad lamanya menjadikan murid-murid Kristen di Eropa, seberapa berhasilkah para misionaris Susunan Kristen? Buku A Global View of Christian Missions menjawab, ”Kira-kira 160 juta orang di Eropa tidak menganut agama apa pun. Di antara orang-orang yang masih menyatakan diri setia kepada kekristenan, sedikit saja yang menjalankan agama mereka secara serius. . . . Jelaslah, Eropa sama sekali tidak tepat disebut sebagai benua Kristen.”

Bagaimana dengan situasi di Asia? Kodansha Encyclopedia of Japan menjawab, ”Menurut pendapat umum kekristenan masih dianggap sebagai kredo ’asing’, . . . tidak cocok untuk orang-orang Jepang biasa. . . . Gerakan kekristenan masih berada pada batas luar masyarakat Jepang.” Memang, di Jepang kurang dari 4 persen dari seluruh penduduknya beragama Kristen, di India kurang dari 3 persen, di Pakistan kurang dari 2 persen, dan di Cina kurang dari 0,5 persen.

Setelah berabad-abad lamanya kegiatan misionaris Susunan Kristen di Afrika, bagaimana situasi di sana? Dalam sebuah laporan pada pertemuan para uskup Afrika yang diadakan pada musim semi ini di Roma, majalah Jerman Focus melaporkan, ”Agama-agama Afrika tidak lagi dikutuk sebagai penyembahan berhala yang kafir. Dokumen resmi, yang masih belum diterbitkan, menempatkan ’agama-agama Afrika tradisional’ pada taraf yang pantas dan menjadi partner agama yang sangat penting. Anggota-anggota mereka layak mendapat penghargaan. Sinode tersebut mengakui bahwa agama-agama tersebut yang sebelumnya dikutuk karena pada dasarnya merupakan berhala telah ’sering menentukan gaya hidup orang-orang Katolik yang bahkan sangat percaya’.”a

Setelah berabad-abad lamanya menjadikan murid-murid Kristen di Amerika, seberapa berhasilkah misionaris Susunan Kristen? Buku Mission to the World menjawab, ”’Amerika Latin’ masih pantas mendapat sebutan ’benua yang terabaikan’ meskipun adanya kemajuan besar dalam kegiatan misionaris pada dasawarsa belakangan ini.” Berkenaan Amerika Serikat, Newsweek mencatat bahwa survei baru-baru ini ”memperlihatkan bahwa meskipun agama meliputi pemandangan Amerika, hanya sedikit orang yang menganggapnya dengan serius. . . . Sebagian orang yang mengatakan kepada pemungut suara bahwa mereka menghabiskan setiap hari Minggu di gereja tidak mengatakan hal yang sebenarnya. . . . Hampir sepertiga dari orang Amerika berusia 18 tahun ke atas sama sekali berpandangan duniawi . . . Hanya 19 persen . . . secara tetap tentu mempraktekkan agama mereka”.

Kesimpulannya, dalam upaya-upaya mereka untuk menghilangkan masalah-masalah kemiskinan, kesehatan yang memburuk, dan kurangnya pendidikan, sebagai suatu kelompok, misionaris Susunan Kristen telah mendukung rencana manusia yang paling-paling hanya mendatangkan kelepasan sepihak dan bersifat sementara. Sebaliknya, misionaris Kristen sejati, membimbing orang-orang kepada Kerajaan Allah yang telah didirikan, yang akan mendatangkan kelepasan secara total dan kekal. Kerajaan itu tidak hanya akan menghilangkan berbagai problem; ia akan menuntaskan problem-problem itu. Ya, Kerajaan Allah akan membawa umat manusia kepada kesehatan yang sempurna, keamanan ekonomi yang sesungguhnya, kesempatan pekerjaan yang produktif yang tidak habis-habisnya bagi semua orang, dan kehidupan tanpa akhir!​—Mazmur 37:9-11, 29; Yesaya 33:24; 35:5, 6; 65:21-23; Wahyu 21:3, 4.

Misionaris Susunan Kristen mungkin menunjuk kepada orang-orang yang mengaku Kristen yang sekali-sekali menghadiri kebaktian-kebaktian agama sebagai bukti bahwa mereka telah menjadikan ’semua bangsa murid dan membaptis mereka’. Namun fakta memperlihatkan bahwa para misionaris ini telah gagal mengajarkan orang-orang yang dibaptis ini ’untuk melakukan segala sesuatu yang telah Yesus perintahkan’.​—Matius 28:19, 20.

Akan tetapi, kegiatan pengajaran dari orang-orang Kristen sejati akan terus berlanjut hingga dunia baru Allah. Kegiatan itu akan meluas sampai mencakup jutaan orang yang dibangkitkan yang akan membutuhkan instruksi dalam jalan-jalan Yehuwa. Kemudian, tanpa gangguan dari Setan, orang-orang Kristen akan memiliki hak-hak istimewa yang menyenangkan untuk terus menjadikan murid—persis seperti yang mereka lakukan selama puluhan tahun.

[Catatan Kaki]

a Lihat artikel ”Gereja Katolik di Afrika”, pada halaman 14.

[Kotak di hlm. 32]

Bagaimana Mereka Telah Membantu

Berikut ini adalah komentar dari orang-orang yang telah mendapat manfaat dari bantuan para utusan injil lulusan Gilead.

”Saya kagum pada keuletan mereka, bertahan dengan begitu banyak hal yang berbeda dari tanah kelahiran mereka: iklim, bahasa, kebiasaan, makanan, dan agama. Namun mereka tetap dalam penugasan mereka, beberapa bahkan sampai meninggal. Kebiasaan belajar mereka yang baik dan kegairahan mereka dalam pelayanan membantu saya memupuk hal yang sama.”—J. A., India.

”Saya terkesan dengan kebiasaan para utusan injil yang selalu datang tepat waktu untuk mengadakan pengajaran dengan saya. Ia memperlihatkan pengendalian diri yang luar biasa dalam menghadapi prasangka dan ketidakpedulian saya.”—P. T., Thailand.

”Saya dan istri saya menghargai kemurnian yang diperlihatkan oleh para utusan injil Saksi. Kegiatan mereka mempengaruhi kami untuk menjadikan dinas sepenuh waktu sebagai cita-cita kami, dan sekarang kami memiliki sukacita karena kami sendiri menjadi misionaris.”—A. C., Mozambik.

”Selama ini kehidupan saya berpusat pada diri sendiri. Pertemuan dengan para utusan injil memberikan dorongan yang saya perlukan untuk mengubahnya. Dalam diri mereka saya tidak melihat kebahagiaan yang semu melainkan kebahagiaan sejati.”—J. K., Jepang.

”Para misionaris Susunan Kristen menjalani kehidupan yang menyenangkan. Para pelayan membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian, memelihara kebun, dan mengemudikan kendaraan. Saya terkejut melihat para utusan injil Gilead dengan cekatan melakukan pekerjaan rumah mereka sendiri, sambil juga membantu orang-orang setempat belajar tentang Kerajaan Allah.”—S. D., Thailand.

”Saudari-saudari utusan injil dengan menggunakan sepeda mengunjungi orang-orang bahkan ketika temperatur membubung hingga 46 derajat Celcius. Keramahan dan sikap mereka yang tidak membedakan, juga ketekunan mereka, membantu saya mengakui kebenaran.”—V. H., India.

”Para utusan injil tidak merasa diri unggul. Mereka dengan rendah hati menyesuaikan diri dengan penduduk setempat dan dengan kondisi kehidupan yang miskin. Mereka datang untuk melayani, maka mereka tidak pernah mengeluh namun selalu tampak bersukacita dan puas.”—C. P., Thailand.

”Mereka tidak mengencerkan kebenaran Alkitab. Namun, mereka tidak membuat penduduk setempat merasa bahwa semua aspek kebudayaan tradisional mereka adalah salah atau bahwa mereka harus mengadopsi gaya Barat. Tidak pernah mereka membuat orang-orang lain merasa lebih rendah atau tidak sanggup.”—A. D., Papua Nugini.

”Tidak seperti para misionaris Susunan Kristen, ia bersedia duduk di lantai dengan kaki bersilang, gaya Korea, seraya kami melakukan pengajaran Alkitab. Ia bersedia mencoba makanan Korea. Kasih sayang yang saya rasakan terhadapnya membantu saya untuk maju.”—S. K., Korea.

”Saya berusia sepuluh tahun dan pergi bersekolah pada siang hari. Seorang utusan injil mengundang saya menemaninya pada sore hari dalam dinas pengabaran. Ia mengajarkan banyak prinsip Alkitab kepada saya dan menanamkan dalam diri saya penghargaan yang sesungguhnya terhadap organisasi Yehuwa.”—R. G., Kolombia.

”Mereka mengajar saya agar berpegang pada penugasan, melakukan apa yang perlu untuk dilakukan tanpa mengeluh. Saya berterima kasih kepada Yehuwa dan Yesus Kristus dari lubuk hati saya karena mengirim kepada kami para utusan injil tersebut.”—K. S., Jepang.

[Gambar di hlm. 31]

Para utusan injil yang dilatih di Gilead dari 16 negeri menceritakan pengalaman dalam suatu kebaktian baru-baru ini

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan