PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g95 8/1 hlm. 5-6
  • Kehabisan Tenaga​—Siapa Mangsa Empuknya dan Mengapa?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kehabisan Tenaga​—Siapa Mangsa Empuknya dan Mengapa?
  • Sedarlah!—1995
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Orang yang Kemungkinan Menjadi Korban Kehabisan Tenaga
  • Mengapa Orang-Orang Kehabisan Tenaga
  • Kehabisan Tenaga−Bagaimana Anda Dapat Mengatasinya?
    Sedarlah!—1995
  • Kehabisan Tenaga​—Andakah Korban Berikutnya?
    Sedarlah!—1995
  • Cara Mengatasi Kelelahan
    Sedarlah!—2014
  • Bagaimana Supaya Aku Tidak Kelelahan?
    Pertanyaan Anak Muda
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1995
g95 8/1 hlm. 5-6

Kehabisan Tenaga​—Siapa Mangsa Empuknya dan Mengapa?

BAYANGKAN diri Anda sebagai pegawai kantor yang sudah berkeluarga​—atau mungkin memang Andalah orangnya. Pekerjaan menumpuk di atas meja Anda. Telepon berdering tak putus-putusnya dari para pelanggan yang permintaannya hampir mustahil untuk dipenuhi. Penyelia Anda merasa tidak senang karena Anda tidak mencapai target. Putra Anda membuat ulah di sekolah. Bapak gurunya meminta Anda segera menghadap. Permohonan Anda untuk meminta bantuan teman hidup Anda ditanggapi dengan sikap acuh tak acuh. Sewaktu situasi tampaknya tidak terkendali lagi, stres berubah menjadi perasaan kecil hati, mengarah kepada kehabisan tenaga.

Apakah kehabisan tenaga disebabkan oleh terlalu banyak bekerja? Ann McGee-Cooper, seorang peneliti otak, mengatakan bahwa kehabisan tenaga adalah ”akibat dari hidup yang tidak seimbang, khususnya karena bekerja terlampau banyak dan sedikit waktu untuk bersantai”. Akan tetapi, terlalu banyak bekerja bukanlah faktor satu-satunya; di bawah tekanan dan keadaan yang sama, beberapa orang kehabisan tenaga sedangkan yang lain tidak.

Orang yang Kemungkinan Menjadi Korban Kehabisan Tenaga

Sebagaimana ada orang-orang yang kemungkinan lebih mudah tertular penyakit tertentu, demikian juga ada orang-orang tertentu yang kemungkinan lebih mudah kehabisan tenaga. ”Kalau ingin menderita karena kehabisan tenaga,” kata Elliot Aronson, profesor psikologi sosial di University of California, ”pertama-tama Anda harus berapi-api akan segala sesuatu.” Maka, orang-orang yang cenderung kehabisan tenaga adalah orang yang sangat berapi-api mengejar cita-cita dan idealisme yang tinggi. Konon orang-orang yang menderita kehabisan tenaga kebanyakan adalah karyawan terbaik perusahaan.

Profesor Fumiaki Inaoka dari Japanese Red Cross College of Nursing, yang meringkaskan ciri-ciri kepribadian dari orang yang kemungkinan menjadi korban kehabisan tenaga menulis dalam buku, Moetsukishokogun (Sindroma Kehabisan Tenaga), ”Orang-orang yang cenderung kehabisan tenaga mempunyai tendensi kuat untuk bersikap simpati, manusiawi, lembut, berdedikasi, dan idealis. Ibaratnya, mereka lebih suka ’berinteraksi dengan manusia’, daripada bekerja dengan mesin.”

Sewaktu diminta mengadakan semacam tes untuk menyaring orang-orang yang kemungkinan kehabisan tenaga, seorang spesialis mengatakan bahwa tes tersebut sebaliknya harus digunakan sebagai standar penerimaan karyawan. ”Apa yang perlu dilakukan perusahaan,” katanya, ”adalah mencari orang-orang yang bersedia kehabisan tenaga . . . kemudian mengembangkan program memberantas kehabisan tenaga.”

Orang-orang yang rentan terhadap kehabisan tenaga khususnya adalah orang-orang yang terlibat dalam jasa pelayanan umum seperti para pekerja sosial, dokter, juru rawat, dan guru. Mereka dengan penuh semangat berupaya membantu orang-orang, rela membaktikan waktu, energi dan sumber daya mereka untuk meningkatkan kehidupan orang lain, dan bisa jadi kehabisan tenaga ketika menyadari bahwa mereka tidak mencapai tujuan-tujuan yang kadang-kadang mustahil diraih yang telah mereka tetapkan bagi diri mereka. Ibu-ibu yang penuh perhatian juga dapat kehabisan tenaga karena alasan yang sama.

Mengapa Orang-Orang Kehabisan Tenaga

Suatu survei yang diadakan di antara para juru rawat mengungkapkan tiga faktor yang menyebabkan kehabisan tenaga. Faktor pertama adalah banyaknya permasalahan penyebab frustrasi yang dihadapi setiap hari. Misalnya, mayoritas dari mereka harus menjalankan tanggung jawab yang berat, menangani kesulitan-kesulitan dalam menghadapi para pasien, menyesuaikan diri dengan peralatan baru, menghadapi biaya-biaya yang melambung, dan bertahan menghadapi gaya hidup yang tidak tentu. ”Permasalahan sehari-hari ini merupakan pengaruh terbesar terhadap kehabisan tenaga mereka,” kata buku Moetsukishokogun. Bila problem-problem tetap tidak terpecahkan, frustrasi malahan menumpuk dan mengarah kepada kehabisan tenaga.

Faktor kedua yang dicatat adalah kurangnya dukungan mental dan emosi, tidak mempunyai seseorang untuk mencurahkan perasaan. Maka, seorang ibu yang mengasingkan diri dari ibu-ibu lain di lingkungannya kemungkinan lebih mudah kehabisan tenaga. Survei yang disebutkan di atas mendapati bahwa para juru rawat yang belum menikah lebih cenderung kehabisan tenaga dibandingkan yang sudah menikah. Akan tetapi, menikah dapat menambah permasalahan setiap hari jika tidak ada komunikasi yang terbuka antara suami-istri. Bahkan bila semua anggota keluarga ada di rumah, seseorang mungkin merasa kesepian karena keluarganya asyik menonton televisi.

Faktor ketiga adalah perasaan tidak berdaya. Misalnya, para juru rawat lebih mudah mengalami perasaan tidak berdaya daripada dokter karena mereka tidak memiliki wewenang untuk membuat perubahan. Orang-orang yang menempati posisi sebagai manajer madya mungkin akan kehabisan tenaga apabila mereka merasa upaya terbaiknya tidak menghasilkan apa-apa. Seorang manajer personalia mengatakan, kehabisan tenaga disebabkan oleh perasaan ”frustrasi karena berupaya memberikan yang terbaik namun tidak diperhatikan”.

Perasaan tidak berdaya dalam diri manusia tumbuh dalam lingkungan yang tidak memiliki sikap menghargai dan membuahkan kehabisan tenaga. Para istri kehabisan tenaga bila suami mereka tidak menyadari banyaknya pekerjaan yang tersangkut dalam mengurus rumah dan merawat anak-anak. Para manajer madya kehabisan tenaga bila seorang bos menyepelekan pekerjaan yang dilakukan dengan sebaik-baiknya dan mencaci mereka atas kesalahan-kesalahan kecil. ”Pokoknya yang kita butuhkan adalah agar upaya kita dihargai dan diakui,” kata majalah Parents, ”dan jika kita bekerja di tempat yang tidak menghargai upaya kita​—entah itu di rumah atau di kantor​—maka kita kemungkinan lebih mudah menderita karena kehabisan tenaga.”

Menarik sekali, sementara banyak juru rawat mengalami kehabisan tenaga, sedikit sekali bidan yang mengalami kehabisan tenaga. Umumnya, pekerjaan bidan meliputi membantu kehidupan baru lahir ke dunia. Ayah dan ibu berterima kasih kepada mereka atas pekerjaan mereka. Bila dihargai, orang akan merasa bahwa mereka berguna dan dimotivasi.

Bila seseorang tahu siapa yang cenderung kehabisan tenaga dan mengapa, hal ini lebih memudahkannya untuk menghadapi masalah. Artikel berikut ini dapat membantu korban kehabisan tenaga untuk memandang kehidupan dengan seimbang.

[Blurb di hlm. 6]

Kehabisan tenaga merupakan akibat dari bekerja terlampau banyak dan sedikit waktu untuk bersantai

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan