PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g95 8/12 hlm. 17-18
  • Fiksi Ilmiah​—Perkembangannya Menuju Popularitas

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Fiksi Ilmiah​—Perkembangannya Menuju Popularitas
  • Sedarlah!—1995
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Fiksi Menjadi Kenyataan
  • Suatu Tinjauan atas Fiksi Ilmiah Dewasa Ini
    Sedarlah!—1995
  • Apa yang Sebenarnya Ditawarkan oleh Masa Depan
    Sedarlah!—1995
  • Sejauh Mana Anda Dapat Mempercayai Sains?
    Sedarlah!—1998
  • Merukunkan Sains dan Agama
    Sedarlah!—2002
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1995
g95 8/12 hlm. 17-18

Fiksi Ilmiah​—Perkembangannya Menuju Popularitas

PADA tahun 1982, ada sesuatu yang sama sekali baru dalam industri perfilman Amerika. Pada periode 1982/83, ”pemeran” film yang paling populer bukanlah manusia. Menurut The Illustrated History of the Cinema, ia adalah ET, tokoh yang aneh namun menggemaskan dari ruang angkasa yang ”membintangi” film ET: The Extraterrestrial!

Situasi yang patut mendapat perhatian ini hanyalah salah satu bukti betapa besarnya popularitas fiksi ilmiah (FI) pada tahun-tahun belakangan ini. Yang dahulu dipandang rendah sebagai majalah-majalah murahan dan dianggap sebagai santapan orang yang suka menyendiri dan berkhayal, fiksi ilmiah telah menjadi bagian tetap dari hiburan masa kini. Tetapi ada apa di balik kenaikan yang dramatis dari popularitasnya?

Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kita harus melihat sejarah dari fiksi ilmiah. Sejak dahulu kala, manusia telah menceritakan dongeng-dongeng yang fantastis untuk membuat orang tercekam, terkesan, atau sekadar sebagai hiburan. Akan tetapi, pada abad ke-17 dan ke-18, Eropa memasuki era kemajuan dalam bidang sains dan materi. Banyak orang mulai mempersoalkan gagasan dan kewenangan yang bersifat tradisional. Dalam suasana seperti ini, beberapa orang mulai berspekulasi tentang bagaimana kemajuan sains akan mempengaruhi umat manusia di masa depan.

Siapa yang tepatnya menemukan fiksi ilmiah tidak diketahui dengan pasti. Penulis abad ketujuh belas, Francis Godwin dan Cyrano de Bergerac, menulis karya-karya fiksi yang berisi penjelajahan ruang angkasa. Pada tahun 1818, buku Frankenstein, or The Modern Prometheus karya Mary Shelley, bercerita tentang seorang ilmuwan dengan kesanggupan untuk menciptakan kehidupan dan melukiskan dampaknya yang mengerikan.

Beberapa penulis menggunakan fiksi jenis ini untuk menyorot kelemahan-kelemahan masyarakat manusia. Maka ketika Jonathan Swift mengejek masyarakat Inggris pada abad ke-18, ia menjalin satirenya menjadi suatu seri kisah perjalanan yang bersifat fiksi. Hasilnya adalah Gulliver’s Travels, suatu alegori yang menggigit yang disebut sebagai ”mahakarya kesusastraan pertama” bagi fiksi ilmiah.

Namun penulis-penulis Jules Verne dan H. G. Wells biasanya dianggap telah berjasa membuat novel fiksi ilmiah menjadi bentuknya yang modern. Pada tahun 1865, Verne menulis From the Earth to the Moon​—salah satu dari serangkaian novel yang sukses. Pada tahun 1895, buku yang populer dari H. G. Wells, The Time Machine diterbitkan.

Fiksi Menjadi Kenyataan

Pada awal tahun 1900-an, para ilmuwan mulai membuat beberapa angan-angan dari para pengkhayal ini menjadi kenyataan. Menurut buku Die Großen [Orang-Orang Besar], seorang fisikawan Jerman Hermann Oberth menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencoba mewujudkan impian Jules Verne sehubungan dengan penerbangan ruang angkasa yang berawak manusia. Perhitungan Oberth turut membubuh dasar ilmiah untuk perjalanan ruang angkasa. Akan tetapi, ia bukanlah satu-satunya ilmuwan yang dipengaruhi oleh fiksi ilmiah. Penulis fiksi ilmiah yang populer Ray Bradbury mengatakan, ”Wernher von Braun dan rekan-rekannya di Jerman dan semua personel di Houston dan Cape Kennedy membaca H. G. Wells dan Jules Verne semasa kanak-kanak. Mereka bertekad bahwa bila mereka dewasa nanti, mereka akan membuat itu semua menjadi kenyataan.”

Sebenarnya, fiksi ilmiah telah menjadi batu loncatan bagi inovasi dalam banyak bidang. Penulis Rene Oth berpendapat bahwa hanya sedikit ”penemuan yang tidak diramalkan oleh fiksi ilmiah jauh di muka”. Kapal selam, robot, dan roket-roket berawak manusia bukan barang baru bagi fiksi ilmiah jauh sebelum itu semua menjadi kenyataan. Karena itu, penulis fiksi ilmiah Frederik Pohl berkukuh bahwa ”membaca fiksi ilmiah berarti memperluas wawasan berpikir”.

Tentu, tidak semua fiksi ilmiah benar-benar ilmiah. Beberapa dari buku-buku dan film-film fiksi ilmiah yang paling populer sebenarnya adalah bentuk dari apa yang beberapa orang sebut fantasi ilmiah. Unsur-unsur ilmiah yang masuk akal sering merupakan ciri khas dari fiksi ilmiah, sedangkan cerita-cerita fantasi hanya terbatas pada imajinasi penulisnya. Bahkan ilmu gaib dan ilmu sihir dapat berperan di dalamnya.

Akan tetapi, seberapa akurat pandangan fiksi ilmiah berkenaan masa depan? Apakah semua fiksi ilmiah pantas dibaca atau ditonton? Artikel berikut akan mengulas pertanyaan-pertanyaan ini.

[Gambar di hlm. 17]

Novel karya Jules Verne, ”From the Earth to the Moon” besar peranannya dalam menggugah minat akan perjalanan ruang angkasa

[Keterangan Gambar di hlm. 17]

Pesawat Roket: General Research Division/The New York Public Library/Astor, Lenox dan Tilden Foundations

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan