PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g96 22/6 hlm. 24-25
  • ”Menara Bernyanyi” di Australia

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • ”Menara Bernyanyi” di Australia
  • Sedarlah!—1996
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Alat Musik yang Mengagumkan
  • Mekanisme yang Sungguh Mengesankan
  • Beberapa Fakta yang Menarik
  • Giring-Giring
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Lihat dan Dengar si ”Raja Segala Jam”
    Sedarlah!—2010
  • Dapatkah Anda Membedakannya?
    Sedarlah!—2002
  • Musik Hebat di Ujung Jemari Anda
    Sedarlah!—2004
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1996
g96 22/6 hlm. 24-25

”Menara Bernyanyi” di Australia

OLEH KORESPONDEN SEDARLAH! DI AUSTRALIA

SENI, teknologi, dan sains telah sering dipadukan dalam bidang musik untuk menghasilkan berbagai alat musik bermutu tinggi. Tetapi meskipun biola dari Antonius Stradivarius dan seruling dari Theobald Böhm dikenal luas, hanya sedikit yang mengenal alat musik yang megah bernama carillon.

Tetapi apakah carillon itu, dan bagaimana alat musik ini dimainkan? Melihat dari dekat salah satu carillon terbesar di dunia akan menambah wawasan kita dan mungkin akan memperdalam penghargaan kita akan musiknya yang unik.

Alat Musik yang Mengagumkan

Carillon merupakan salah satu alat musik terbesar di dunia dan berasal dari zaman dahulu. Alat musik ini biasanya dipasang di sebuah menara lonceng dan oleh karenanya cocok bila dijuluki ”menara bernyanyi”. Carillon dan menara lonceng di Canberra, ibu kota Australia, merupakan hadiah yubileum dari pemerintah Inggris Raya pada tahun 1963 untuk memperingati pendirian dan pemberian nama kota tersebut 50 tahun sebelumnya. Carillon tersebut terletak di Pulau Aspen di tengah-tengah Danau Burley Griffin yang indah.

Menara lonceng setinggi 50 meter ini terdiri dari sebuah gugusan dengan tiga poros berbentuk segitiga, masing-masing sejajar dengan satu sisi dari segitiga sama sisi pada bagian tengah. Lantai-lantai tempat carillon itu berada sangat tinggi letaknya dan tersusun di antara ketiga poros itu.

Lift di dalam menara itu membawa kita naik ke lantai pertama, dan di sana kita disambut oleh dua papan tuts yang mirip organ. Papan tuts yang pertama hanya digunakan oleh carillonneur, sebutan untuk pemain carillon, untuk melatih permainannya. Palu-palu dari papan tuts ini hanya memukul jeruji penala.

Papan tuts carillon yang sebenarnya terletak tepat di belakang papan tuts latihan tadi. Tetapi ini bukanlah papan tuts biasa, karena terdiri dari tuts-tuts besar dan bundar berdiameter dua sentimeter yang terbuat dari kayu pohon ek. Barisan atas dari tuts ini berfungsi sama dengan tuts berwarna hitam pada piano atau organ. Tuts-tuts tersebut menjulur kira-kira sembilan sentimeter, sementara itu barisan bawah (yang fungsinya sama dengan tuts-tuts berwarna putih pada piano) menjulur kira-kira 17 sentimeter. Akan tetapi berbeda dengan seorang pianis atau organis, seorang carillonneur tidak menggunakan jari-jemarinya, melainkan memainkannya dengan tangan terkepal. Itulah sebabnya tuts-tutsnya terletak agak renggang​—agar pemainnya tidak menyentuh tombol kunci lainnya sewaktu bermain.

Mekanisme yang Sungguh Mengesankan

Dari atas papan tuts utama, kawat-kawat dihubungkan ke lantai di atasnya, dan masing-masing kunci dari empat setengah oktaf dihubungkan ke kawat baja yang terpisah yang memiliki pengatur ketegangan yang unik pada kawat baja itu. Untuk mengetahui ke mana semua kawat ini dihubungkan, kami kembali naik lift ke lantai berikutnya. Di sini terdapat dua lonceng besar, yang masing-masing beratnya kira-kira enam ton, yang tergantung dengan anggunnya. Kemudian, di antara lonceng-lonceng ini, kami melihat di atasnya masih tergantung lagi 51 lonceng lain yang semakin ke atas semakin kecil, yang beratnya hanya tujuh kilogram.

Semua lonceng tersebut dipasang secara strategis untuk mencegah gangguan akustik apa pun, yang kadang-kadang disebabkan oleh nada harmonik yang dominan dari beberapa lonceng itu. Setiap lonceng, dengan anak lonceng logam yang kecil, diaktifkan oleh kabel kawat yang dihubungkan ke setiap tuts dari papan tuts di bawahnya. Ketegangannya diatur dengan tepat sesuai dengan sentuhan masing-masing carillonneur sekaligus dengan kondisi cuaca yang umum.

Beberapa Fakta yang Menarik

Lonceng-lonceng di dalam carillon di Canberra dibuat di pabrik tuangan John Taylor and Company of England dan merupakan contoh seni klasik yang luar biasa dari abad ke-20. Lonceng-lonceng tersebut dapat melantunkan irama yang terdengar dalam radius hingga tiga ratus meter melewati danau hingga ke kebun dan taman di sekitarnya.

Carillon ini bukanlah yang terbesar di dunia, tetapi dengan 53 loncengnya, ia merupakan salah satu dari yang terbesar, karena sebagian besar dari carillon hanya memiliki sekitar 23 hingga 48 lonceng. Namun, carillon terbesar terdapat di New York City. Ia memiliki 74 lonceng. Ia juga merupakan lonceng terbesar di dunia yang dapat ditala [diselaraskan nada]. Lonceng ini beratnya lebih dari 18 ton dan mengeluarkan nada C rendah, jika dibandingkan dengan carillon di Canberra yang mengeluarkan nada F kres rendah.

Sekarang mari kita menikmati konser yang dibawakan oleh sang carillonneur. Bagaimana kalau kita duduk di kebun-kebun yang ada di sekeliling menara? Di sini kita tidak hanya dapat mendengarkan musik yang anggun dari ”menara bernyanyi” tetapi pada saat yang bersamaan menikmati indahnya ciptaan yang ada di sekeliling kita. Heningnya udara malam dan ketinggian lonceng yang mengagumkan berpadu menghasilkan musik yang syahdu, mengisi hati kita dengan rasa syukur atas pemberian ilahi berupa musik.

[Gambar di hlm. 25]

Lonceng-lonceng di dalam menara

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan