PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g97 8/2 hlm. 31
  • Kemiskinan—Keadaan Darurat yang Senyap

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kemiskinan—Keadaan Darurat yang Senyap
  • Sedarlah!—1997
  • Bahan Terkait
  • Terpenjara Kemiskinan
    Sedarlah!—1998
  • Upaya untuk Mengakhiri Kemiskinan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2011
  • Pertanyaan Alkitab Dijawab
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2015
  • Akhir Kemiskinan Sudah Dekat
    Sedarlah!—1998
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1997
g97 8/2 hlm. 31

Kemiskinan—Keadaan Darurat yang Senyap

”KITA sering mendengar tentang keadaan darurat yang menggemparkan berupa pemanasan global dan lapisan ozon serta polusi laut,” demikian kata penasihat Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dr. Mahbub Ul-Haq, namun ia menambahkan, ”Pemanasan global dan banyak keadaan darurat yang menggemparkan lainnya masih belum menewaskan satu orang pun [sementara] keadaan-keadaan darurat yang senyap sedang merenggut nyawa banyak orang di negara-negara berkembang setiap harinya.” Dr. Ul-Haq mengomentari salah satu dari antara keadaan-keadaan darurat yang senyap itu. ”Kemiskinan,” ia mengatakan, ”sebenarnya adalah pembunuh terbesar.” Bagaimana mungkin?

Bagi banyak dari antara 1,3 miliar penduduk bumi yang bertahan hidup dengan satu dolar atau kurang setiap hari, kemiskinan benar-benar bencana yang memautkan. Kira-kira 18 juta orang, demikian laporan majalah UN Chronicle, meninggal karena ”sebab-sebab yang berhubungan dengan kemiskinan” setiap tahunnya. Benar-benar jumlah yang mencengangkan! Bayangkan betapa ”menggemparkan”-nya tajuk-tajuk berita jika, seandainya, seluruh penduduk Australia yang berjumlah sekitar 18 juta orang, kelaparan dalam satu tahun! Namun, kematian jutaan orang miskin ini, seperti dikomentari siaran Radio PBB, ”tidak banyak dibicarakan”. Sebenarnya ini adalah ’bencana yang senyap’.

Untuk memecahkan kesenyapan itu, wakil-wakil dari 117 negara yang menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Dunia untuk Pembangunan Sosial yang diadakan untuk pertama kalinya, membicarakan cara-cara memecahkan problem kemiskinan dunia. ”Seratus lima puluh tahun yang lalu dunia memerangi perbudakan,” demikian pengingat yang disampaikan oleh James Gustave Speth, administrator Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa. ”Sekarang kita harus memerangi kemiskinan massal di seluruh dunia.” Mengapa dunia harus peduli? Ia memperingatkan bahwa kemiskinan sedang ”membiakkan keputusasaan dan ketidakstabilan dan [sedang] mengancam dunia kita”.

Akan tetapi, bahkan sementara para delegasi sedang membahas cara-cara untuk mengakhiri kemiskinan, ’jam kemiskinan’, yang terus mencatat jumlah bayi yang lahir dalam keluarga-keluarga miskin setiap hari, memperlihatkan bahwa situasi kemiskinan global terus memburuk. Jam tersebut, yang dipajang di lokasi pertemuan, memperlihatkan bahwa selama sepekan berlangsungnya konferensi, hampir 600.000 bayi yang baru lahir ditambahkan ke dalam jumlah orang miskin yang terus membengkak. Pada hari terakhir konferensi, jam itu dimatikan; tetapi dalam kenyataannya, sebagaimana dikatakan Speth, ”jam itu terus berdetak”. Pertanyaannya sekarang: Adakah yang akan memberikan perhatian?

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan