PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g97 22/3 hlm. 24-27
  • Jam Sibuk Saat Pasang Naik

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Jam Sibuk Saat Pasang Naik
  • Sedarlah!—1997
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Pentingnya Muara Sungai
  • Pasang Purnama
  • Pasang Naik
  • Kesibukan Dimulai
  • Tempat Bertengger
  • Burung Pengarung​—Penjelajah Dunia Terhebat
    Sedarlah!—2006
  • Pernahkah Anda Melihat Ikan Berjalan?
    Sedarlah!—1999
  • Mengamati Burung​—Hobi yang Menarik bagi Semua Orang?
    Sedarlah!—1998
  • Saat Laut Berubah Menjadi Merah
    Sedarlah!—2001
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1997
g97 22/3 hlm. 24-27

Jam Sibuk Saat Pasang Naik

Oleh koresponden Sedarlah! di Inggris

KIRA-KIRA sepuluh juta ekor burung melewatkan musim dingin di bagian barat laut Eropa setiap tahun. Mereka datang tidak hanya dari tempat berkembang biak di arktika, tetapi juga dari tempat-tempat yang jauh, seperti Kanada dan Siberia tengah. Dalam perjalanan ke Afrika, banyak burung lainnya bergabung di Jalur Terbang Atlantik Timur, sebuah rute migrasi menyeberangi Kepulauan Inggris.

Makanan dan tempat persinggahan untuk beristirahat disediakan oleh rangkaian lebih dari 30 muara besar di perairan Inggris. Masing-masing melayani lebih dari 20.000 ekor burung, tetapi muara yang paling penting adalah The Wash, di pantai timur Inggris, yang menampung lebih dari seperempat juta ekor burung​—termasuk gajahan besar, trinil, godwit, trinil merah, burung-penangkap-tiram, trulek, trinil-betis-merah, dan turnstone. Jenis makanan apa yang tersedia di muara sungai, dan mengapa muara sungai penting peranannya?

Pentingnya Muara Sungai

Muara sungai merupakan daerah pantai setengah tertutup tempat air laut bercampur dengan air tawar. Di sinilah air hangat yang kaya mineral dan nutrisi organik, menunjang setengah dari makhluk hidup di samudra-samudra dunia. Udang, sand hopper, dan bentuk kehidupan lain ditemukan di pasir, tetapi lumpur muara menunjang jauh lebih banyak kehidupan.

Terdapat beraneka jenis lumpur bergantung ukuran endapan pembentuknya. Setiap jenis lumpur memiliki binatang air yang khas, yang menjadi makanan konsumsi burung-burung pengarung.a Misalnya, dalam satu meter persegi satu jenis lumpur, terdapat jutaan siput kecil yang panjangnya kurang dari 3 milimeter! Selain itu, lumpur merupakan tempat berkembangbiaknya moluska, lugworm, dan rag worm, serta invertebrata lain.

Pasang Purnama

Meskipun terdapat ribuan ekor burung pengarung di sebuah muara, tidaklah mudah menemukan mereka karena biasanya burung-burung ini tersebar di daerah yang sangat luas. Akan tetapi, bila pasang purnama tiba, situasinya berubah dengan dramatis. Gelombang air pasang menyebabkan pasir dan lumpur yang datar dibanjiri air sehingga memaksa burung-burung pengarung naik ke saltingb dan lokasi lain yang lebih tinggi. Pada waktu itulah lebih mudah untuk mengamati burung-burung ini seraya mereka berkumpul bersama, bertengger dalam kumpulan besar yang bercampur-baur.

Saat ini, di suatu pagi pada bulan April yang cerah, pasang purnama akan segera tiba. Angin timur laut yang dingin bertiup seraya kami mengemudi menuju sebuah muara kecil yang indah tempat Sungai Alde berkelok-kelok melalui wilayah Suffolk di Inggris menuju Laut Utara. Di sini, populasi burung pengarung yang berlabuh selama musim dingin mencapai puncak lebih dari 11.000 ekor, dan ternyata lebih mudah mengamati kegiatan mereka, karena muara itu hanya selebar tiga perempat kilometer.

Kelokan struktur penghalang laut mengikuti lekukan sungai. Beberapa tepi sungai ditutupi oleh buluh, yang lainnya oleh rumput pantai. Sisanya terdiri dari potongan kayu hitam dan batu. Tepat di hulu sungai, di antara kumpulan bangunan bergaya Victoria yang menakjubkan, terdapat Aula Konser Snape Maltings, pusat festival musik Aldeburgh. Tetapi kami harus berjalan menuruni sungai menuju sebuah tempat bernaung. Sekarang anginnya kuat dan menggigit, dan segera mata kami terasa sakit.

Segera setelah kami tiba di pinggir sungai (lihat gambar, titik A), kami disambut oleh suara yang jernih dan merdu dari sepasang avoset. Mereka bertengger tidak lebih dari 40 meter jauhnya dari kami di sisi muara tempat kami berada, saat ini mereka saling merapikan bulu pasangannya. Masing-masing dengan lembut mematuki bagian samping dari dada sebelah atas dengan ujung paruhnya yang langsing dan melengkung ke atas. Benar-benar pemandangan yang menyenangkan, tetapi kami harus terus berjalan, karena masih banyak yang harus dilihat.

Pasang Naik

Sekarang pasang naik dengan cepat, jadi kami bergegas menuju titik pengamatan yang telah kami pilih. (Lihat gambar, titik B.) Dalam perjalanan, seekor trinil-betis-merah​—selaras dengan reputasinya sebagai penjaga muara​—terbang dari tempat yang biasa dibanjiri pasang dengan jeritannya yang bagaikan alarm, ”tuhuhu-tuhuhu!” Kakinya yang berwarna merah kontras dengan garis putih bersih di sepanjang sayap belakangnya yang berkilauan ditimpa cahaya matahari. Setibanya di tempat tujuan, kami segera memindai pasir dan lumpur yang lenyap dengan cepat.

Di kejauhan, sejumlah trinil-betis-merah makan dengan tenang, memeriksa lumpur dengan lembut, sementara yang lainnya mencari makanan di teluk yang lebih terlindung. Trinil, dengan ciri khasnya yakni paruh yang melengkung ke bawah, saling berdekatan bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam barisan yang berkelok-kelok, mereka berjalan tergesa-gesa sambil mematuki lumpur, menjaga jarak tetap dekat dengan tepi air. Gajahan besar yang tercerai-berai berjalan dengan santai, memeriksa lumpur yang halus dan kental dengan teliti. Lebih jauh ke arah hulu, sepasang turnstone sedang mencari makanan dengan paruhnya yang pendek dan agak melengkung ke atas untuk membalikkan puing-puing yang tersapu pasang di tepi laut yang lama.

Mendadak, siulan liar yang menyayat berbunyi ”tlee-oo-ee” dari burung trulek abu-abu memenuhi udara. Seraya ia terbang di atas kepala, ketiaknya yang hitam tampak jelas dibandingkan bagian bawah tubuh selebihnya yang pucat. Kira-kira empat ratus ekor burung trulek emas, berkumpul berdekatan dalam formasi lonjong, beristirahat dengan kepala di bawah sayap, semuanya menghadap ke arah angin. Kadang-kadang ada perbantahan antara beberapa trulek sehubungan dengan urutan mematuk. Mayoritas trulek masih mengenakan bulu bebercak yang digunakan selama musim dingin​—dengan warna emas dan gelap di bagian atas; warna pucat di sekeliling mata, wajah, dan bagian bawah; serta paruh berwarna hitam. Seraya kami memutar teleskop kami, kami juga menemukan burung trulek-berpita.

Mendadak tiba sekelompok lapwing sejumlah kira-kira 1.000 ekor yang tersebar. Burung-burung ini mendekat dengan gaya ceria, terbang di angkasa dengan cara yang unik. Lapwing dan trulek emas telah pindah ke tanah yang cocok di sebelah barat, zona favorit mereka untuk mencari makanan. Mereka tidak datang ke muara hanya untuk makan tetapi untuk mandi dan merapikan bulu mereka.

Suara latar terutama datang dari jeritan gajahan besar yang menggema, siulan trinil-betis-merah yang lebih musikal, dan kaokan camar-kepala-hitam. Dua ekor godwit berekor-tongkat memeriksa jauh ke dalam lumpur. Dengan paruh yang tebal dan berwarna merah-jingga, beberapa burung-penangkap-tiram menarik ke luar lugworm. Seekor trulek abu-abu mengambil beberapa langkah congkak, berhenti, mengebaskan kaki kanannya, kemudian mengejar mangsanya, dan menelannya. Tetapi dengan cepat pasang naik melanda mereka semua!

Kesibukan Dimulai

Mendadak, burung-burung itu terbang membentuk kelompok, masing-masing menurut spesiesnya. Benar-benar pemandangan yang menakjubkan, menyaksikan burung pengarung yang terbang berdekatan dalam formasi. Terbang membelok dari sisi ke sisi, setiap kelompok berubah warna seraya cahaya matahari menimpa mereka​—dari cokelat gelap menjadi gemerlap putih keperakan​—sesaat tampak jelas dan saat berikutnya, nyaris menyatu dengan latar belakang pasang naik yang berlumpur. Gelap ke perak, perak ke gelap, dalam ritme yang sempurna dan, pada saat yang sama, berubah pola terbang dengan konstan​—dari hampir lonjong menjadi bulat, kemudian menjadi spiral, dan akhirnya garis vertikal. Kebanyakan mendarat di lumpur datar yang belum ditutupi pasang.

Tak lama lagi, lumpur dan pasir datar di sekeliling kami akan terendam, jadi kami segera menuju ke atas sungai, diikuti burung pengarung yang berduyun-duyun menyusul dengan tenang. Mula-mula kami disusul oleh kawanan kecil trinil kecil, dengan kepakan sayap yang cepat, menjaga kontak satu sama lain dengan sesekali mengeluarkan siulan pendek yang mirip lolongan. Kemudian, trinil-betis-merah yang lebih besar menyusul, kawanan mereka lebih menyebar dan besar. Gajahan besar seukuran camar besar terbang melintas, sambil mengeluarkan suara yang merdu dan agak bergetar. Avoset menyusul dalam satu kawanan besar, warnanya yang hitam dan putih kontras dengan langit biru. Mereka mendarat di atas muara, kakinya yang panjang dan berwarna biru keabu-abuan tampak di atas air.

Tempat Bertengger

Kami mempercepat langkah untuk mencapai dataran tinggi tempat muara itu menyempit. (Lihat gambar, titik C.) Spesies-spesies cenderung berkelompok bersama, meskipun tidak selalu demikian. Seraya pasang terus naik dengan cepat, semakin banyak burung bergabung dalam kerumunan itu. Ini menyebabkan terjadinya pertukaran tempat secara terus-menerus karena ruang bertengger yang semakin sempit di tepi sungai, sementara tuntutan akan ruang semakin meningkat untuk burung-burung yang terlambat tiba.

Sekarang pasang sudah mencapai kami. Lapwing dan trulek emas telah terbang kembali ke tanah yang cocok. Semua burung yang masih tersisa telah dipaksa meninggalkan lumpur dan bertengger di tepi sungai lama. Suitan burung-penangkap-tiram yang terus bersahutan tidak sebanding dengan jumlahnya. Trinil-betis-merah dan gajahan besar ikut meramaikan kegaduhan latar, yang sekarang ditambah dengan nyanyian seekor branjangan langit yang terbang di atas kepala​—benar-benar suasana yang menakjubkan.

Kami berangkat pulang seraya burung-burung pengarung itu menikmati saat-saat bertengger di sore hari, saat-saat yang layak mereka nikmati, jauh dari pasang purnama. Sekalipun beberapa burung bertengger di belakang pelindung pantai dan tidak dapat melihat ke laut, mereka tahu kapan saatnya kembali ke lumpur datar atau pantai berpasir. Petunjuk waktu yang sempurna, berhikmat secara naluri, mereka tahu bagaimana cara kerja pasang.

Ya, jam sibuk pasang naik merupakan pemandangan yang menakjubkan untuk disaksikan, khususnya bagi yang pertama kali menyaksikannya!

[Catatan Kaki]

a Di Amerika Serikat dan Kanada, bangsa burung pengarung (ordo Charadriiformes) lebih dikenal sebagai burung pantai.

b Daratan yang secara teratur dibanjiri pasang.

[Kotak/Gambar di hlm. 26]

Menikmati Jam Sibuk

Untuk menikmati jam sibuk pasang naik, mula-mula tentukan lokasi sebuah muara sungai yang tepat. Kemudian Anda membutuhkan informasi tentang daerah itu, misalnya ke mana burung-burung pengarung pergi dan di mana mengamati mereka. Periksalah tabel pasang untuk mengetahui pasang purnama yang hanya terjadi setelah bulan purnama atau bulan baru. Selain waktu perjalanan, sisakan waktu tiga jam untuk mengamati burung-burung hingga puas, dan tibalah di tempat sekurang-kurangnya dua jam sebelum pasang naik.

Perlengkapan apa yang akan Anda butuhkan? Apabila Anda tidak begitu mengenal burung pengarung, bawalah buku sebagai bantuan untuk mengidentifikasi mereka. Sepasang binokular juga akan sangat berguna. Segera Anda akan mengetahui bahwa setiap spesies burung pengarung memiliki karakteristiknya sendiri dan masing-masing mengumpulkan makanan dengan cara yang sesuai dengan bentuk paruhnya. Teleskop tidak dibutuhkan​—tetapi pakaian yang hangat dan kedap air merupakan keharusan! Hendaklah waspada terhadap bahaya. Jangan berjalan di lumpur datar kecuali Anda mengenal betul tempat itu. Anda dapat dengan mudah terperangkap oleh pasang yang naik dengan cepat. Lagi pula, apabila kabut laut tiba-tiba muncul, Anda dapat dengan mudah tersesat. Pertimbangkan juga arah angin. Angin yang kuat dapat menyebabkan gelombang pasang, yang dapat sangat berbahaya di muara mana pun.

[Kotak/Gambar di hlm. 27]

Muara-Muara Utama di Seluruh Dunia

Wadden Zee, di Negeri Belanda, merupakan zona litoral di atas batas pasang surut yang paling penting di Eropa dan kadang-kadang menampung kira-kira lebih dari empat juta burung pengarung. Daerah itu membentang dari utara ke selatan Jutland. Tiga tempat yang bagus untuk dikunjungi di daerah yang sangat luas ini adalah jalan layang ke Pulau Rømø, di Denmark; muara Sungai Weser, tempat bertengger utama pada saat pasang naik, di Jerman; dan Lauwers Zee dekat Groningen, di Negeri Belanda. Di Semenanjung Iberian, muara yang paling penting adalah muara Sungai Tagus di Portugal.

Muara-muara di sepanjang pantai Pasifik di Amerika Utara dan Selatan menyediakan makanan untuk kira-kira enam hingga delapan juta burung pengarung yang bermigrasi. Lokasi-lokasi utamanya antara lain teluk San Fransisco dan Teluk Humboldt, di Kalifornia; daerah seluas 200 kilometer persegi di Kanada dari sekitar Teluk Boundary di Vancouver hingga Pulau Iona, British Columbia; dan muara Stikine di Alaska dan delta Sungai Copper.

Lokasi yang baik sekali untuk burung-burung pengarung juga ditemukan di Dataran Bolivan dan Galveston, di Texas, AS; di Tai-Po Hong Kong; di Cairns, sebelah timur laut Australia; dan dekat Mombasa, Kenya.

[Gambar di hlm. 24]

Lima ekor burung-penangkap-tiram

[Gambar di hlm. 25]

Trinil merah bergegas keluar dari tempat bertengger

[Gambar di hlm. 25]

MUARA ALDE, SUFFOLK

Aula Konser Snape Maltings

Titik pengamatan B

Sudut pandang C

Pandangan pertama A

[Keterangan]

Snape Maltings Riverside Centre

[Gambar di hlm. 26]

Trinil Merah

[Gambar di hlm. 26]

Trinil-betis-merah

Gajahan besar

[Gambar di hlm. 27]

Atas: Gajahan besar

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan