PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g97 8/11 hlm. 12-17
  • Pria yang Membuka Pintu Dunia

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pria yang Membuka Pintu Dunia
  • Sedarlah!—1997
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Ajudan Istana Menjadi Pelaut yang Tak Kenal Gentar
  • Apakah Raja Spanyol Akan Mendengarkan?
  • ”Prestasi Navigasi Terbesar sepanjang Sejarah”
  • Pencobaan yang Hebat di Samudra Pasifik
  • Tragedi​—Runtuhnya Suatu Impian
  • Bencana Merongrong Pelayaran Pulang
  • Nama Magelhaens Terus Dikenang
  • Surat Pembaca
    Sedarlah!—1998
  • Pelayaran yang Mengagumkan dari Vasco da Gama
    Sedarlah!—1999
  • Melintasi Batas Waktu
    Sedarlah!—2001
  • Dekret yang Membagi-bagi Benua
    Sadarlah!—2015
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1997
g97 8/11 hlm. 12-17

Pria yang Membuka Pintu Dunia

OLEH KORESPONDEN SEDARLAH! DI AUSTRALIA

SEWAKTU manusia pertama kali pergi ke bulan, mereka merencanakan dengan presisi matematis yang tinggi ke mana mereka akan pergi dan bagaimana cara mencapainya. Dan mereka dapat berkomunikasi dengan bumi. Tetapi sewaktu Fernando de Magelhaensa meninggalkan Spanyol pada tahun 1519 dengan lima buah kapal kecilnya yang terbuat dari kayu​—yang kebanyakan darinya berukuran sepanjang kira-kira 21 meter, mirip dengan kendaraan semitrailer modern​—mereka berlayar menuju tempat yang tak diketahui. Dan mereka benar-benar berupaya sendirian.

Tergolong sebagai prestasi navigasi yang paling berani sepanjang masa, pelayaran Magelhaens merupakan tonggak sejarah Abad Penjelajahan yang Agung​—abad yang diwarnai keberanian dan ketakutan, kegembiraan dan tragedi, Allah dan Mamon. Nah, marilah kita kembali ke sekitar tahun 1480, sewaktu Fernando de Magelhaens lahir di Portugal sebelah utara, dan mengamati pria yang luar biasa ini membuka pintu dunia serta perjalanannya yang bersejarah.

Ajudan Istana Menjadi Pelaut yang Tak Kenal Gentar

Keluarga Magelhaens adalah keluarga bangsawan, maka, menurut kebiasaan setempat, Fernando telah direkrut sejak mudanya sebagai ajudan di istana kerajaan. Di sini, selain mendapat pendidikan, ia belajar secara langsung prestasi pria-pria seperti Christopher Columbus, yang baru kembali dari Amerika setelah mencari rute pelayaran laut di sebelah barat ke Kepulauan Rempah (Indonesia) yang menjadi buah bibir. Beberapa waktu kemudian, Fernando muda bercita-cita untuk merasakan sendiri desau kibaran layar diterpa angin serta semburan air laut pada wajahnya di samudra yang masih perawan.

Sungguh menyedihkan, tuan dari Fernando, Raja John, dibunuh pada tahun 1495 dan Pangeran Manuel, yang lebih berminat akan harta sebaliknya daripada penjelajahan, naik takhta. Karena alasan tertentu, Manuel tidak menyukai Fernando yang kala itu berusia 15 tahun dan selama bertahun-tahun mengabaikan permintaannya untuk melaut. Tetapi sewaktu Vasco da Gama kembali dari India membawa muatan rempah-rempah, Manuel mengendus aroma kekayaan yang berlimpah-limpah. Akhirnya, pada tahun 1505, ia mengizinkan Magelhaens untuk melaut. Magelhaens berangkat ke Afrika Timur dan India dalam sebuah armada Portugal untuk membantu mengambil alih perdagangan rempah dari para saudagar Arab. Setelah itu, ia berlayar lebih jauh ke timur ke Malaka bersama ekspedisi militer yang lainnya.

Selama suatu pertikaian di Maroko pada tahun 1513, Magelhaens mengalami cedera yang serius di lutut. Akibatnya, ia menjadi timpang seumur hidupnya. Ia meminta Manuel untuk menaikkan pensiunnya. Tetapi kebencian Manuel tidak berkurang, tidak soal seberapa besarnya penjelajahan, pengorbanan, dan keberanian Magelhaens. Manuel mendepak Magelhaens sehingga kemudian ia hidup dalam kemiskinan meskipun masih menyandang gelar bangsawan.

Pada masa paling susah dalam kehidupan Magelhaens, ia dikunjungi oleh seorang teman lama, navigator terkenal, João de Lisboa. Mereka berdua membahas cara mencapai Kepulauan Rempah dengan pergi ke barat daya, melalui el paso​—sebuah selat yang menurut kabar angin adalah jalan pintas melewati Amerika Selatan​—dan kemudian menyeberangi samudra yang belum lama itu ditemukan oleh Balboa sewaktu ia mengarungi tanah genting Panama. Mereka yakin bahwa di sisi lain dari samudra ini terletak Kepulauan Rempah.

Magelhaens kini sangat berhasrat untuk melakukan apa yang gagal dilakukan Columbus​—menemukan rute barat menuju Timur, yang ia yakin lebih pendek daripada rute sebelah timur. Tetapi ia membutuhkan dukungan finansial. Maka, karena masih merasa jengkel atas kegusaran Manuel, ia melakukan apa yang Columbus sendiri lakukan beberapa tahun sebelumnya​—ia meminta dukungan raja Spanyol.

Apakah Raja Spanyol Akan Mendengarkan?

Dengan peta terbuka lebar, Magelhaens menyajikan pendapatnya kepada penguasa muda Spanyol, Charles I, yang sangat berminat akan rute sebelah barat ke Kepulauan Rempah yang diajukan Magelhaens karena ini akan menutup kemungkinan melanggar jalur pelayaran Portugal. Selain itu, Magelhaens memberitahunya bahwa Kepulauan Rempah boleh jadi sebenarnya berada di wilayah Spanyol, bukan Portugal!​—Lihat kotak ”Perjanjian Tordesillas”.

Charles diyakinkan. Ia memberi Magelhaens lima kapal tua untuk diperbaiki dan dipersiapkan guna ekspedisi tersebut, mengangkat dia menjadi kapten-jendral armada itu, dan menjanjikannya pembagian laba dari rempah-rempah yang dibawa pulang. Magelhaens segera mulai bekerja. Tetapi karena upaya-upaya licik Raja Manuel untuk menyabot proyek tersebut, dibutuhkan lebih dari satu tahun hingga armada tersebut akhirnya siap untuk pelayarannya yang bersejarah.

”Prestasi Navigasi Terbesar sepanjang Sejarah”

Pada tanggal 20 September 1519, San Antonio, Concepción, Victoria, dan Santiago​—yang terbesar hingga yang terkecil​—mengikuti kapal induk Magelhaens, Trinidad, kapal terbesar kedua, seraya mereka berlayar menuju Amerika Selatan. Pada tanggal 13 Desember, mereka mencapai Brasil, dan sambil menatap Pão de Açúcar, atau Pegunungan Sugarloaf, yang mengesankan, mereka memasuki teluk Rio de Janeiro yang indah untuk perbaikan dan mengisi perbekalan. Kemudian mereka melanjutkan ke selatan ke tempat yang sekarang adalah Argentina, senantiasa mencari-cari el paso, jalur yang sulit ditemukan yang menuju ke samudra lain. Sementara itu, udara semakin dingin dan gunung es mulai tampak. Akhirnya, pada tanggal 31 Maret 1520, Magelhaens memutuskan untuk melewatkan musim salju di pelabuhan San Julián yang dingin.

Pelayaran tersebut kini telah memakan waktu enam kali lebih lama daripada pelayaran Columbus mengarungi Samudra Atlantik yang pertama kali​—dan belum terlihat satu selat pun! Semangat juang mereka mulai sedingin cuaca di San Julián, dan pria-pria, termasuk beberapa kapten serta perwira, merasa putus asa dan ingin pulang saja. Tidaklah mengherankan bila terjadi pemberontakan. Namun, berkat tindakan yang cepat dan tegas di pihak Magelhaens, hal itu digagalkan dan dua pemimpin pemberontak tersebut tewas.

Kehadiran kapal asing di pelabuhan pastilah menarik perhatian penduduk lokal yang kuat​—dan berbadan besar. Merasa seperti orang kerdil dibandingkan dengan raksasa-raksasa ini, para pengunjung tersebut menyebut daratan itu Patagonia​—dari kata Spanyol yang berarti ”kaki besar”​—hingga hari ini. Mereka juga mengamati ’serigala laut sebesar anak lembu, serta angsa berwarna hitam dan putih yang berenang di bawah air, makan ikan, dan memiliki paruh seperti gagak’. Ya, tebakan Anda tepat​—anjing laut dan pinguin!

Daerah lintang kutub cenderung mengalami badai yang ganas secara tiba-tiba, dan sebelum musim dingin berakhir, armada itu mengalami korban pertamanya​—Santiago yang kecil. Namun, untunglah para awaknya dapat diselamatkan dari kapal yang karam itu. Setelah itu, keempat kapal yang masih bertahan, bagaikan ngengat kecil bersayap yang terpukul di tengah arus laut yang membeku dan tak kunjung reda, berjuang sekuat tenaga menuju ke selatan ke perairan yang semakin dingin​—hingga tanggal 21 Oktober. Berlayar di bawah guyuran air hujan yang membeku, semua mata terpaku pada sebuah celah di sebelah barat. El paso? Ya! Akhirnya, mereka berbalik dan memasuki selat yang belakangan dikenal sebagai Selat Magalhaes! Namun, bahkan momen kemenangan ini ternoda. San Antonio dengan sengaja menghilang di tengah jaringan rumit selat itu dan kembali ke Spanyol.

Ketiga kapal yang masih bertahan, diimpit oleh teluk yang sempit di antara tebing-tebing berselimut salju, dengan gigih berlayar melewati selat yang berkelok-kelok itu. Mereka mengamati begitu banyaknya api di sebelah selatan, kemungkinan dari perkemahan orang Indian, jadi mereka menyebut daratan itu Tierra del Fuego, ”Tanah Api”.

Pencobaan yang Hebat di Samudra Pasifik

Setelah melewati lima minggu yang menyiksa, mereka berlayar menuju sebuah samudra yang sedemikian tenangnya sehingga Magelhaens menamakannya Pasifik. Pria-pria itu memanjatkan doa, menyanyikan himne, dan merayakan penaklukan itu dengan menembakkan meriam. Tetapi kebahagiaan mereka berumur pendek. Mereka dihadang bencana yang lebih hebat daripada yang sudah-sudah, karena perairan ini ternyata bukan laut kecil seperti yang mereka bayangkan​—laut ini seolah-olah tak berujung, dan mereka semakin lapar, semakin lemah, dan semakin banyak yang sakit.

Antonio Pigafetta, seorang Italia yang tangguh, membuat semacam jurnal. Ia menulis, ”Hari Rabu, tanggal dua puluh delapan November 1520, kami . . . memasuki Laut Pasifik, dan selama tiga bulan dua puluh hari kami belum mengisi perbekalan . . . Kami hanya makan biskuit busuk yang telah menjadi remah, dan penuh dengan belatung, dan berbau busuk akibat kotoran tikus di atasnya . . . dan kami minum air yang berwarna kuning dan berbau busuk. Kami juga makan kulit sapi . . . , serbuk gergaji, dan tikus-tikus yang masing-masing berharga setengah keping emas, tetapi tidak banyak yang dapat kami tangkap.” Jadi, seraya angin segar terus menerpa layar mereka dan air jernih menyelusup di bawah ujung geladak mereka, pria-pria ini tergeletak sekarat akibat kudis. Sembilan belas orang meninggal pada saat mereka mencapai Kepulauan Mariana, pada tanggal 6 Maret 1521.

Tetapi di sini, karena bentrok dengan penduduk pulau, mereka hanya berhasil mendapat sedikit makanan segar sebelum berangkat. Kemudian, pada tanggal 16 Maret, mereka melihat Filipina. Akhirnya, semua pria ini mendapat makanan yang baik, beristirahat, dan memulihkan kesehatan dan kekuatan mereka.

Tragedi​—Runtuhnya Suatu Impian

Sebagai pria yang sangat religius, Magelhaens menobatkan banyak penduduk lokal dan penguasa mereka pada agama Katolik. Tetapi semangatnya juga menjadi kebinasaannya. Ia menjadi terlibat dalam pertikaian antarsuku dan, dengan hanya 60 pria, menyerang sekitar 1.500 penduduk pribumi, dengan keyakinan bahwa senapan busur, senapan kuno, dan Allah akan menjamin kemenangannya. Sebaliknya, ia dan sejumlah bawahannya tewas. Magelhaens berusia sekitar 41 tahun. Pigafetta yang setia meratap, ’Mereka membunuh cerminan, penerang, penghibur, dan penuntun sejati kita.’ Beberapa hari kemudian, sekitar 27 perwira yang hanya menyaksikan dari kapal mereka, dibunuh oleh para kepala suku yang sebelumnya bersahabat.

Sewaktu Magelhaens tewas, ia berada di lingkungan yang tidak asing. Sedikit ke arah selatan terletak Kepulauan Rempah dan ke arah barat, Malaka, tempat ia pernah berjuang pada tahun 1511. Seandainya, sebagaimana diperkirakan oleh beberapa sejarawan, ia berlayar ke Filipina setelah pertempuran di Malaka, maka sesungguhnya ia telah mengelilingi bola bumi​—meskipun, tentu saja, tidak dalam sekali jalan. Ia telah mencapai Filipina dari timur dan barat.

Bencana Merongrong Pelayaran Pulang

Karena sekarang jumlah awak pelayaran itu tinggal sedikit, tidak mungkin untuk berlayar dengan tiga kapal, jadi mereka menenggelamkan Concepción dan berlayar dengan dua kapal yang masih tinggal ke tujuan terakhir mereka, Kepulauan Rempah. Kemudian, setelah mengisi muatan dengan rempah-rempah, kedua kapal itu berpisah. Akan tetapi, awak kapal Trinidad ditangkap oleh Portugal dan dipenjarakan.

Namun, Victoria, di bawah komando mantan pemberontak Juan Sebastián de Elcano, luput. Sambil menghindari semua pelabuhan kecuali satu, mereka mengambil risiko melewati rute Portugal mengelilingi Tanjung Harapan. Namun, tanpa berhenti untuk mengisi perbekalan merupakan strategi yang mahal. Sewaktu mereka akhirnya mencapai Spanyol pada tanggal 6 September 1522​—tiga tahun sejak keberangkatan mereka​—hanya 18 pria yang sakit dan tidak berdaya yang bertahan hidup. Meskipun demikian, tidak dapat dibantah bahwa merekalah orang pertama yang berlayar mengelilingi bumi. Dan De Elcano menjadi pahlawan. Menakjubkan, muatan rempah Victoria seberat 26 ton menutupi ongkos seluruh ekspedisi!

Nama Magelhaens Terus Dikenang

Selama bertahun-tahun, Magelhaens tidak mendapat tempat semestinya dalam sejarah. Disimpangkan oleh laporan para kapten yang memberontak, orang-orang Spanyol menodai reputasinya, mengatakan bahwa ia seorang yang bengis dan tidak becus. Orang Portugis mencapnya sebagai pengkhianat. Sungguh menyedihkan, catatannya lenyap sewaktu ia meninggal, kemungkinan dimusnahkan oleh orang-orang yang akan dirugikan olehnya. Tetapi berkat Pigafetta yang gigih​—salah seorang dari 18 navigator yang selamat itu​—dan sekitar 5 anggota lainnya dalam ekspedisi tersebut, kita setidaknya memiliki beberapa catatan berkenaan pelayaran yang tragis, namun luar biasa ini.

Pada waktunya, sejarah mengubah penilaiannya, dan dewasa ini nama Magelhaens mendapat kehormatan yang selayaknya. Sebuah selat menyandang namanya, demikian juga Awan Magalhaes​—dua galaksi yang kabur di sebelah selatan yang pertama kali dilukiskan oleh awaknya​—dan pesawat ruang angkasa Magellan. Dan, tentu saja, kita berutang nama dari samudra terbesar di dunia​—Samudra Pasifik​—kepada Magelhaens.

Sesungguhnya, ”tidak ada pelayaran manusia yang sedemikian penting hingga mendaratnya Apollo 11 di Bulan, 447 tahun kemudian”, demikian tulis Richard Humble, dalam The Voyage of Magellan. Mengapa pelayaran itu sedemikian penting? Pertama, ia membuktikan bahwa Amerika bukan bagian serta tidak berdekatan dengan Asia, sebagaimana yang dipikirkan oleh Columbus. Kedua, pada akhir pelayaran itu, perbedaan satu hari dalam tanggal memperlihatkan perlunya menetapkan suatu garis penanggalan internasional. Dan, akhirnya, sebagaimana dikatakan penulis sains Isaac Asimov, ia memperlihatkan bahwa bumi berbentuk bulat. Ya, berkenaan alasan terakhir, Magelhaens memperlihatkan dengan cara yang praktis apa yang telah dikatakan oleh Alkitab sendiri selama 2.250 tahun. (Yesaya 40:22; bandingkan Ayub 26:7.) Tidak diragukan, pria yang sangat religius yang membuka pintu dunia akan merasa senang dengan hal itu.

[Catatan Kaki]

a Namanya dalam bahasa Portugis adalah Fernão de Magalhães, dalam bahasa Inggris, Ferdinand Magellan.

[Kotak di hlm. 14]

Perjanjian Tordesillas

Melihat dunia yang luas terbentang di hadapan mereka, Portugal dan Spanyol menyepakati suatu perjanjian untuk berbagi perdagangan dan hak kedaulatan atas tanah-tanah baru. Dengan demikian, di bawah pengarahan Paus Aleksander VI dan Yulius II, mereka menarik sebuah garis bujur melewati apa yang sekarang adalah Brasil. Tanah-tanah yang ditemukan di sebelah timur dari garis ini akan menjadi milik Portugal; sisanya menjadi milik Spanyol. Magelhaens secara tidak bijaksana memperlihatkan kepada Raja Manuel dari Portugal bahwa bila garis ini diproyeksikan melewati kutub ke sisi lain bumi, Kepulauan Rempah sebenarnya berada dalam wilayah Spanyol. Pengamatan yang jujur ini, yang berdasarkan pada konsep umum akan Samudra Pasifik yang lebih kecil, menyulut kemarahan yang berapi-api ke atasnya. Ironisnya, Magelhaens membuktikan bahwa dirinya salah. Meskipun demikian, keyakinannya memberikan alasan tambahan untuk mencari dukungan dari raja Spanyol.

[Kotak/Gambar di hlm. 15]

Pencobaan Berat yang Dihadapi Pelaut Masa Awal

Khususnya pada pelayaran penjelajahan yang lebih panjang​—yang sering kali memakan waktu bertahun-tahun​—kehidupan pelaut rendahan sama sekali tidak menyenangkan. Berikut ini adalah sebagian dari gambaran keadaan mereka:

• Kamar sesak yang mengenaskan dan tidak adanya privasi

• Hukuman yang sering kali kejam, bergantung pada suasana hati kapten

• Penyakit kudis dan kematian akibat kekurangan vitamin C

• Kematian akibat karam kapal, kelaparan, kehausan, cuaca, penduduk pribumi

• Disentri atau tifus dari minuman yang kotor dan tengik

• Keracunan makanan dari makanan yang busuk dan mengandung bakteri

• Demam akibat gigitan tikus-tikus yang kelaparan

• Tifus, dari kutu pengisap yang berkeriapan pada tubuh dan pakaian yang kotor

• Pada umumnya, kesempatan untuk pulang hidup-hidup adalah 50 persen

[Keterangan]

Majalah Century

[Peta/Gambar di hlm. 16, 17]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Pelayaran Magelhaens, 1519-​22

⇦••• Rute □ Titik awal dan akhir

Selat Magalhaes

Magelhaens dibunuh di Filipina

Bagian akhir pelayaran dipimpin oleh Juan Sebastián de Elcano

[Keterangan]

Magelhaens: Giraudon/Art Resource, NY; peta dunia: Mountain High Maps® Copyright © 1995 Digital Wisdom, Inc.; astrolab: Atas kebaikan Adler Planetarium

[Gambar di hlm. 16]

Fernando de Magelhaens

[Gambar di hlm. 16]

”Victoria”, kapal pertama yang mengelilingi bola bumi. Dari kelima kapalnya, ini berada pada urutan keempat dalam hal ukuran dan mengangkut 45 pria. Kapal ini panjangnya kira-kira 21 meter

[Gambar di hlm. 17]

Instrumen navigasi: Jam pasir untuk mengukur waktu, sementara astrolab menentukan garis lintang kapal

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan