PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g98 22/1 hlm. 16-18
  • Mengunjungi Gorila Pegunungan

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengunjungi Gorila Pegunungan
  • Sedarlah!—1998
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Cukup Dekat untuk Menyentuh Mereka!
  • Berhadap-hadapan dengan Gorila Dataran Rendah
    Sedarlah!—2012
  • Gabon​—Suaka bagi Hidupan Liar
    Sedarlah!—2008
  • Bila Bayi Gorila Menangis
    Sedarlah!—2008
  • Surat Pembaca
    Sedarlah!—1998
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1998
g98 22/1 hlm. 16-18

Mengunjungi Gorila Pegunungan

Oleh koresponden Sedarlah! di Tanzania

HANYA sekitar 320 ekor yang tinggal di daerah gunung berapi di perbatasan Rwanda dan Republik Demokratik Kongo. Tiga ratus ekor lagi tinggal di hutan yang tak terjamah di Uganda. Mereka adalah gorila pegunungan​—termasuk mamalia yang paling terancam punah di dunia!

Ahli zoologi asal Amerika, Dian Fossey, banyak berperan dalam menggugah kepedulian masyarakat akan nasib makhluk ini. Fossey datang ke Afrika pada pengujung tahun 1960-an untuk mempelajari gorila pegunungan. Pada waktu itu, jumlah mereka menyusut drastis akibat pemburuan gelap. Ilmuwan yang berani itu menjalani kehidupan bagaikan petapa di Pegunungan Virunga, dalam waktu singkat menjalin persahabatan dengan gorila-gorila yang hidup di sana. Fossey menerbitkan penemuannya dalam artikel-artikel majalah dan dalam buku Gorrilas in the Mist. Seraya waktu berlalu, tekadnya semakin kuat untuk melindungi sahabatnya yang berbulu lebat, seolah-olah mengadakan perang melawan para pemburu gelap. Akan tetapi, ia menjadi korban dari pertempurannya sendiri dan dibunuh oleh seorang penyerang tak dikenal pada tahun 1985.

Didorong oleh harapan untuk melihat sendiri makhluk pendiam ini, pada tahun 1993 saya dan istri saya memutuskan untuk bertualang ke dalam habitat gorila. Kami dengan senang hati akan mengisahkan kembali petualangan kami.

Petualangan dimulai sewaktu pemandu kami membawa kami mendaki selama satu jam dari kaki gunung berapi Visoke setinggi 3.700 meter ke pinggir Taman Nasional Volcanoes, di Rwanda. Sementara kami beristirahat sejenak, pemandu menjelaskan bagaimana hendaknya perilaku kami sewaktu berada di antara gorila. Kami diberi tahu bahwa setiap harinya hanya delapan pengunjung yang diperbolehkan mengunjungi kelompok binatang yang khusus ini. Ini meminimalkan risiko penularan penyakit dan juga mencegah gangguan perilaku.

”Begitu kita memasuki hutan,” seorang pemandu mengingatkan kami, ”volume suara kita harus tetap rendah. Ini membantu kita mengamati binatang dan burung lain di hutan, karena selain gorila pegunungan, ada guenon emas, duiker-kening-hitam, busbok, gajah, dan bahkan kerbau Afrika.”

Kami juga diberi tahu bahwa ada jelatang sengat dan semut di dalam taman dan bahwa kami boleh jadi harus berjalan menembus semak berlumpur dan berkabut. Saya dan istri saya saling berpandangan. Kami tidak membawa perlengkapan yang dibutuhkan! Tetapi, para pemandu yang ramah membantu dengan meminjamkan kepada kami jas hujan dan sepatu bot.

Kemudian, pemandu kami menjelaskan bahwa gorila sangat mudah terkena penyakit manusia dan guna melindungi mereka, siapa pun yang sakit atau tahu bahwa ia mungkin mengidap penyakit menular tidak diperbolehkan ikut. ”Jika Anda tidak bisa menahan batuk atau bersin sewaktu di dekat gorila, tolong palingkan muka dari binatang itu dan cobalah menutupi hidung dan mulut Anda,” kata salah seorang pemandu. ”Ingat! Kita adalah tamu di rumah mereka yang berkabut.”

Cukup Dekat untuk Menyentuh Mereka!

Medan pendakian semakin terjal saja. Kami sampai di ketinggian 3.000 meter. Udaranya tipis, sehingga agak sukar untuk bernapas, dan jalannya sempit. Tetapi, kami dapat menikmati keindahan pohon hagenia, dengan cabangnya yang menjulur secara mendatar, dibebani lumut, pakis, dan anggrek yang tumbuh lebat. Hutan menjadi tampak indah bagaikan firdaus.

Sekarang, para pemandu mulai mencari lokasi tempat gorila terlihat pada hari sebelumnya, meskipun gorila-gorila tersebut senantiasa berpindah-pindah untuk mencari makanan segar. ”Lihat di sana!” seseorang berseru. Di sana terlihat gundukan dari tumbuh-tumbuhan yang lembut yang menjadi tempat tidur, atau sarang, dari gorila berpunggung perak.

”Ia dijuluki Umugome,” sang pemandu menjelaskan. ”Sewaktu seekor gorila jantan berusia sekitar 14 tahun, punggungnya berubah warna menjadi putih bagaikan perak. Kemudian ia dianggap sebagai pemimpin kelompok tersebut. Hanya si punggung perak yang kawin dengan semua gorila betina. Gorila yang lebih muda yang berani coba-coba segera diusir! Akan tetapi, jika ada saingan yang berhasil membunuh si punggung perak, ia juga membunuh semua keturunannya. Kemudian, pemimpin baru mengambil alih dan menghasilkan keturunan baru dengan gorila-gorila betina dalam kelompok itu.”

”Berapa lama seekor gorila bisa hidup?” tanya seseorang dalam kelompok kami seraya kami mengikuti para pemandu ke dalam hutan bambu yang indah.

”Hingga sekitar 40 tahun” jawabnya dengan senyap.

”Sst! Sst!” bisik seseorang, setelah mendengar dengkuran berat. ”Apa itu? Seekor gorila?” Bukan, hanya salah seorang pemandu yang menirukan suara mendengkur gorila, mencoba memancing tanggapan. Pastilah kita sudah sangat dekat!

Memang, hanya lima meter di depan kami, ada sekitar 30 ekor gorila! Kami diberi tahu untuk berjongkok dan berdiam diri. ”Jangan menunjuk ke arah mereka,” seorang pemandu mengimbau, ”karena mereka bisa berpikir bahwa Anda sedang melemparkan sesuatu ke arah mereka. Harap jangan menjerit. Sewaktu memotret, bergeraklah dengan perlahan dan hati-hati, dan jangan gunakan lampu kilat.”

Kami cukup dekat untuk menyentuh mereka! Tetapi, sebelum ada yang mengikuti dorongan itu, seorang pemandu berbisik, ”Jangan sentuh mereka!” Belum itu selesai diucapkan, sepasang gorila kecil mendekat untuk memeriksa kami. Pemandu memukul mereka dengan lembut menggunakan sebuah ranting kecil, dan gorila-gorila remaja yang ingin tahu itu bergulingan menuruni lereng, sambil bergulat seperti anak kecil. ”Ibu” turun tangan kalau permainannya terlalu kasar.

Si punggung perak mengamati kami dari kejauhan. Tiba-tiba, ia bergerak ke arah kami dan duduk, hanya beberapa meter dari tempat kami duduk. Badannya besar dan beratnya pasti sekitar 200 kilogram! Ia terlalu sibuk makan sehingga tidak terlalu memperhatikan kami, meskipun ia tetap mengamati kami. Sebenarnya, makan adalah kegiatan utama gorila! Seekor punggung perak dapat makan hingga 30 kilogram makanan setiap hari. Dan setiap anggota kelompok sibuk mencari makanan dari pagi hingga petang. Kadang-kadang, mereka terlihat berebut ”makanan enak” yang mereka temukan.

Makanan favorit mereka adalah sumsum tanaman senecio raksasa. Mereka juga menikmati seledri liar, akar tanaman tertentu, dan rebung. Kadang-kadang, mereka bahkan membuat ”salad”, mencampur rebung dengan daun hijau dari rumput duri, jelatang, galium, dan beragam akar serta gulma. ”Mengapa gorila itu tidak tersengat sewaktu merenggut dan membersihkan jelatang?” tanya seseorang. Pemandu menjelaskan, ”Mereka punya lapisan kulit yang tebal di bagian dalam telapak mereka.”

Kami menikmati adegan yang penuh damai ini sewaktu, tiba-tiba, si jantan yang bertubuh besar itu berdiri, memukul dada dengan tinjunya, serta mengeluarkan jeritan yang mengerikan dan menakutkan! Ia berlari ke salah seorang pemandu, berhenti tiba-tiba tepat sebelum mencapainya. Ia menatap sang pemandu dengan garang! Tetapi, pemandu kami tidak panik. Sebaliknya, ia berjongkok, mendengkur, dan mundur perlahan-lahan. Tampaknya si punggung perak hanya ingin menggertak kami dengan kekuatan dan tenaganya. Memang, ia berhasil!

Sekarang, para pemandu mengisyaratkan kami agar bersiap-siap untuk pulang. Kami telah menggunakan satu jam lebih bersama makhluk-makhluk luar biasa yang penuh damai ini, sebagai tamu ”di tengah kabut”. Meskipun singkat, kunjungan kami merupakan salah satu pengalaman yang tak terlupakan. Tentulah, kami memikirkan janji Alkitab mengenai dunia baru yang akan datang, yang di dalamnya manusia dan binatang akan berdamai satu sama lain secara permanen!​—Yesaya 11:6-9.

[Peta di hlm. 18]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Kawasan Gorila Pegunungan

REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO

Danau Kivu

UGANDA

RWANDA

AFRIKA

Daerah yang Diperbesar

[Keterangan di hlm. 18]

Mountain High Maps® Copyright © 1997 Digital Wisdom, Inc.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan