PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g98 22/7 hlm. 12-13
  • Badak Yatim Piatu dari Kenya

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Badak Yatim Piatu dari Kenya
  • Sedarlah!—1998
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Mengasuh Badak
  • Apa Masa Depan bagi Kedua Yatim Piatu Itu?
  • Mengamati Dunia
    Sadarlah!—2015
  • Mengapa Mereka Terancam Punah?
    Sedarlah!—2004
  • Satwa Vietnam yang Belum Dikenal
    Sedarlah!—2001
  • Taman Nasional Nairobi​—Tempat Binatang Bebas Berkelana
    Sedarlah!—2003
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1998
g98 22/7 hlm. 12-13

Badak Yatim Piatu dari Kenya

OLEH KORESPONDEN SEDARLAH! DI KENYA

APA yang terjadi jika seekor anak satwa terpisah dari induknya di alam bebas? Kemungkinan besar, ia akan dibunuh oleh hewan pemangsa. Untuk mencegah hal itu, para pelindung satwa liar (game ranger) di Kenya menyelamatkan bayi satwa semacam itu dan membawanya ke panti asuhan satwa. Salah satu panti yang paling terkenal dikelola oleh Daphne Sheldrick di Taman Nasional Nairobi. Selama puluhan tahun, Sheldrick telah mengasuh dan mengembalikan banyak satwa ke alam, termasuk banteng, antelop, musang, babi kutil, garangan (sejenis musang), gajah, dan badak.

Tahun lalu, ia merawat dua bayi badak hitam, Magnette dan Magnum. Magnette adalah anak Edith dari Taman Nairobi, yang masih hidup. Anak badak itu dibawa ke panti asuhan tersebut pada pertengahan bulan Februari 1997, setelah entah bagaimana terpisah dari induknya. Para pelindung satwa liar baru menemukan induk Magnette lima hari kemudian. Pada saat itu, kecil kemungkinan sang induk akan menerima kembali anaknya karena sudah cukup lama terpisah dan karena bau manusia yang melekat pada satwa itu.

Magnum lahir pada tanggal 30 Januari 1997, dan adalah anak seekor badak bernama Scud, yang kaki depan kanannya tidak berfungsi lagi, kemungkinan karena terperosok dalam lubang ketika sedang berlari cepat. Meskipun upaya ekstensif telah dilakukan untuk menyembuhkan cedera itu, terjadi infeksi tulang sehingga terpaksa dilakukan eutanasia terhadap Scud tiga minggu setelah ia melahirkan Magnum.

Mengasuh Badak

Anak badak mudah disenangkan dan ditangani, namun mengasuh mereka bukanlah proyek yang dapat dilakukan di dalam rumah. Empat jam sekali dalam sehari, mereka minum campuran susu full cream dari botol bayi ukuran ekstra besar. Mereka juga menyantap semak dan tumbuhan belukar. Meskipun tinggi bayi badak hanya sekitar 40 sentimeter dan beratnya antara 30 dan 40 kilogram sewaktu lahir, berat badan mereka bertambah dengan sangat pesat​—satu kilogram sehari! Setelah dewasa penuh, seekor badak beratnya lebih dari satu ton.

Para pemelihara satwa menemani Magnette dan Magnum berjalan jauh di taman itu setiap hari. Berjalan-jalan seperti ini bukan sekadar untuk berolahraga; tujuannya penting​—menyatukan badak-badak tersebut dengan alam. Marilah kita bahas bagaimana ini dilakukan.

Penglihatan badak lemah, tetapi mereka mempunyai indra penciuman yang tajam dan daya ingat yang luar biasa. Karena itu, badak mengenali satu sama lain untuk pertama kalinya melalui bau. Badak menandai batas-batas wilayahnya dengan meninggalkan timbunan kotoran dan menyemprotkan air seninya ke semak-semak.

Di bawah keadaan normal, seekor anak badak dilindungi oleh induknya, jejak baunya yang unik bercampur dengan bau sang induk hingga anak badak berikutnya lahir. Pada saat itu, sang bayi akan sepenuhnya menyatu dan diterima oleh komunitas badak yang sudah mapan. Bagi para pendatang baru seperti Magnette dan Magnum, keadaannya berbeda. Mereka harus menambahkan kotoran mereka ke timbunan kotoran dari badak-badak yang tinggal di daerah itu sebelum mengadakan kontak fisik dengan mereka. Maka, pada waktu mereka berjalan jauh setiap hari, badak-badak yatim piatu ini menyumbangkan kotoran mereka sendiri ke timbunan kotoran yang sudah ada di semak-semak. Dengan cara ini bau mereka ditemukan, diselidiki, dan akhirnya diterima oleh populasi badak setempat. Itulah sebabnya, pemindahan kembali badak-badak yang diasuh manusia ke alam merupakan proses rumit yang dapat berlangsung beberapa tahun.

Apa Masa Depan bagi Kedua Yatim Piatu Itu?

Menurut Dana Margasatwa Dunia (WWF), pada tahun 1970 terdapat sekitar 65.000 ekor badak hitam di Afrika. Kini hanya ada kurang dari 2.500 ekor. Penurunan drastis ini terjadi karena para pemburu gelap telah membantai badak-badak untuk memperoleh kulit dan culanya. Di pasar gelap, cula badak lebih mahal daripada emas untuk berat yang sama. Mengapa cula sangat mahal?

Salah satu alasannya adalah, di beberapa negeri di Timur Jauh, banyak orang percaya bahwa bubuk cula badak dapat meredakan demam. Tes kimia telah menunjukkan bahwa hal itu ada benarnya, tetapi hanya jika diberikan dalam kadar yang jauh lebih tinggi daripada yang terdapat pada obat-obat biasa. Tentu saja, masih ada banyak obat lain yang meredakan demam.

Cula badak juga dicari karena alasan-alasan budaya. Di sebuah negeri di Timur Tengah, belati berbentuk celurit adalah lambang kejantanan yang sangat didambakan. Sedemikian berharganya sebuah belati yang bergagang cula badak sehingga para pembeli rela membayar 580 dolar AS untuk gagang cula yang masih baru dan 1.200 dolar untuk sebuah gagang cula antik.

Akibat perburuan gelap, Kenya kehilangan lebih dari 95 persen badak dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun. Menjelang awal tahun 1990-an, jumlahnya telah merosot dari 20.000 ekor hingga kurang dari 400 ekor. Sejak saat itu, karena langkah perlindungan yang ketat, populasi badak bertambah hingga sekitar 450 ekor. Sekarang, Kenya termasuk di antara tiga negara Afrika saja yang populasi badaknya stabil atau meningkat. Maka, masa depan bagi Magnette dan Magnum tampaknya cerah, dan para pemelihara mereka berharap bahwa mereka akhirnya akan bergabung dengan komunitas badak setempat, panjang umur dan hidup bahagia.

[Gambar di hlm. 12]

Magnum (kiri) dan Magnette sewaktu berusia empat bulan

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan