PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g99 22/10 hlm. 25-27
  • Mengapa Saya Tidak Bisa Lebih Supel?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengapa Saya Tidak Bisa Lebih Supel?
  • Sedarlah!—1999
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Problem Berupa Sifat Pemalu
  • Sifat Pemalu​—Problem yang Umum
  • Lingkaran Setan
  • Faktor-Faktor Lain
  • Mengapa Saya Begitu Pemalu?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis
  • Bagaimana agar Saya Bisa Lebih Supel?
    Sedarlah!—1999
  • Bagaimana Aku Bisa Mengatasi Sifat Pemalu?
    Pertanyaan Anak Muda
  • Apakah Saudara Pemalu?
    Pelayanan Kerajaan Kita—2000
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1999
g99 22/10 hlm. 25-27

Pertanyaan Kaum Muda . . .

Mengapa Saya Tidak Bisa Lebih Supel?

”Rasa malu memang membuat kita tak berdaya. Itu adalah ketakutan mencekam yang harus kita hadapi. Saya tidak mengada-ada.”​—Roni.a

”Saya benar-benar kesulitan mengatasi rasa malu sewaktu beranjak remaja. Rasanya seperti katak di bawah tempurung.”​—Lia, 18 tahun.

’APAKAH saya ini tidak normal? Mengapa saya tidak bisa lebih supel?’ Apakah pertanyaan-pertanyaan ini adakalanya muncul dalam benak Anda? Seperti Roni, yang dikutip di atas, Anda mungkin merasa gugup atau cemas sewaktu berjumpa orang baru. Anda mungkin ketakutan bila berada di dekat orang yang punya wewenang. Atau, Anda mungkin begitu mengkhawatirkan pendapat orang lain tentang diri Anda sehingga sewaktu diberi kesempatan untuk menyatakan perasaan atau pendapat, Anda diam seribu basa. ”Saya merasa sulit sekali untuk bertemu dan berbicara dengan orang-orang yang tidak saya kenal betul,” demikian pengakuan Tati.

Mengapa perasaan ini bisa timbul? Dengan memahami akar permasalahannya, hal itu boleh jadi merupakan langkah awal untuk mengatasi problem tersebut. (Amsal 1:5) Seorang wanita berkata, ”Saya tidak pernah tahu mengapa saya canggung bila berada di antara orang-orang. Tetapi, sekarang setelah mengenali akar permasalahannya, saya dapat mengatasinya.” Maka, marilah kita membahas beberapa alasan mengapa ada remaja yang sulit bersikap supel.

Problem Berupa Sifat Pemalu

Kemungkinan, sifat pemalu adalah alasan yang paling umum. Sementara remaja yang supel biasanya menikmati berbagai macam bentuk persahabatan, seorang remaja yang pemalu dan menarik diri boleh jadi merasa kesepian dan terasing. ”Saya benar-benar kesulitan mengatasi rasa malu sewaktu beranjak remaja,” kata Lia yang berusia 18 tahun. ”Rasanya seperti katak di bawah tempurung.” Diana ingat perasaan tertekan yang ia hadapi pada tahun pertamanya di sekolah lanjutan. ”Saya tidak suka diperhatikan. Ada guru saya yang menyuruh kami menilai seberapa penting artinya menjadi populer. Penilaian itu menggunakan skala nol sampai lima, nol berarti tidak penting sama sekali dan lima berarti penting. Semua gadis yang populer di sekolah memberikan nilai lima. Saya memberikan nilai nol. Bagi saya, sifat pemalu sama saja dengan takut populer. Kita tidak ingin diperhatikan atau menjadi pusat perhatian karena takut orang lain tidak menyukai kita.”

Tentu saja, kecenderungan untuk agak pemalu tidak selamanya buruk. Sifat pemalu berkaitan erat dengan kesahajaan​—kesadaran akan keterbatasan kita. Bahkan, kita diperintahkan dalam Alkitab untuk ’bersahaja dalam berjalan dengan Allah kita’. (Mikha 6:8) Seseorang yang bersahaja atau bahkan agak pemalu mungkin lebih mudah diajak bergaul dibandingkan dengan seseorang yang angkuh, agresif, atau suka mencari perhatian. Dan, meskipun benar bahwa ada ”waktu untuk berbicara”, ada juga ”waktu untuk berdiam diri”. (Pengkhotbah 3:7) Boleh jadi, seorang yang pemalu tidak terlalu sulit untuk berdiam diri. Karena mereka cenderung ”cepat mendengar [dan] lambat berbicara”, mereka sering kali dianggap oleh orang lain sebagai pendengar yang baik.​—Yakobus 1:19.

Namun, sangat sering, seorang remaja begitu pendiam, dan pemalu, sampai-sampai sulit mencari teman. Dan, dalam beberapa kasus ekstrem, sifat pemalu dapat menciptakan apa yang disebut seorang penulis sebagai ”semacam penjara mental”​—keterasingan sosial.​—Amsal 18:1.

Sifat Pemalu​—Problem yang Umum

Jika Anda memiliki sifat pemalu, sadarilah bahwa itu adalah problem yang sangat umum. Dalam sebuah penelitian terhadap siswa sekolah menengah dan mahasiswa, ”82 persen dari antara mereka menganggap diri pemalu pada masa-masa tertentu dalam kehidupan mereka”. (Adolescence, oleh Eastwood Atwater) Sifat pemalu adalah problem bagi beberapa orang bahkan pada zaman Alkitab. Pria-pria terkemuka, seperti Musa dan Timotius, boleh jadi pernah berjuang untuk mengatasi sifat itu.​—Keluaran 3:11, 13; 4:1, 10, 13; 1 Timotius 4:12; 2 Timotius 1:6-8.

Pikirkan contoh Saul, raja pertama bangsa Israel di masa lampau. Pada dasarnya, Saul pemberani. Ketika ayahnya kehilangan kawanan hewannya, Saul dengan berani pergi untuk melakukan misi penyelamatan. (1 Samuel 9:3, 4) Tetapi, ketika ia ditunjuk sebagai raja bangsa itu, tiba-tiba ia menjadi pemalu. Bukannya menemui kumpulan orang yang bersuka-ria, ia malah bersembunyi di antara barang-barang!—1 Samuel 10:20-24.

Rasa kurang percaya diri Saul mungkin kelihatannya aneh. Bukankah Alkitab menggambarkan dia sebagai pria yang menarik dan tampan? Lagi pula, ”dia lebih tinggi daripada semua orang dari bangsa itu, yang tingginya hanya sampai bahunya”! (1 Samuel 9:2) Selain itu, nabi Allah telah meyakinkan Saul bahwa Yehuwa akan memberkati pemerintahannya sebagai raja. (1 Samuel 9:17, 20) Meskipun demikian, Saul merasa kurang percaya diri. Ketika diberi tahu bahwa ia akan menjadi raja, dengan nada merendah ia menjawab, ”Bukankah aku seorang Benyamin, suku yang terkecil dari antara suku-suku Israel, dan keluargaku adalah yang paling tidak berarti dari antara semua keluarga suku Benyamin? Jadi mengapa engkau mengatakan hal seperti ini kepadaku?”—1 Samuel 9:21.

Jika orang seperti Saul saja dapat merasa rendah diri, maka tidak heran jika Anda pun kadang-kadang merasa demikian. Sebagai seorang anak muda, Anda berada pada tahap kehidupan manakala tubuh Anda berubah dengan pesat. Anda baru mulai belajar bagaimana menempatkan diri di antara orang-orang dewasa. Jadi, wajar saja jika kadang-kadang Anda merasa agak salah tingkah dan kikuk. Dr. David Elkind menulis di majalah Parents, ”Pada awal masa remaja, kebanyakan anak muda melewati suatu masa manakala mereka menjadi pemalu, sewaktu mereka menciptakan dalam benak mereka apa yang saya sebut pengamat khayalan—merasa bahwa orang-orang lain sedang mengamati mereka dan asyik memperhatikan penampilan serta tindakan mereka.”

Karena sering dinilai teman-teman berdasarkan penampilan mereka, banyak anak muda sangat mengkhawatirkan hal itu. (Bandingkan 2 Korintus 10:7.) Akan tetapi, terlalu khawatir soal penampilan, tidaklah sehat. Seorang wanita muda di Prancis bernama Lilia, mengenang pengalamannya sendiri tentang hal ini, ”Saya mempunyai sebuah problem yang sama dengan yang dipunyai banyak anak muda. Saya berjerawat! Kita tidak berani menghampiri orang lain karena kita khawatir akan penampilan kita.”

Lingkaran Setan

Karena si pemalu sering disalah mengerti, mereka mudah sekali terperangkap dalam situasi yang semakin membuat mereka terasing. Buku Adolescence menyatakan, ”Remaja yang pemalu jauh lebih sulit mempunyai teman karena mereka sering dipandang negatif oleh orang lain. Si pemalu cenderung dianggap masa bodoh, tidak menarik, dingin, rendah diri, kaku, dan tidak bersahabat. Bila mereka diperlakukan sesuai anggapan itu, mereka dapat merasa lebih terasing, kesepian, dan tertekan.” Tak pelak lagi, hal ini menyebabkan mereka menjadi lebih pemalu, yang tentu saja, hanya akan semakin menggencarkan salah sangka bahwa mereka acuh tak acuh atau merasa diri paling penting.

Tentu saja, sebagai orang Kristen, Anda adalah ”tontonan bagi dunia”, maka sudah sepantasnya Anda peduli akan citra Anda di hadapan orang lain. (1 Korintus 4:9) Apakah Anda menghindari kontak mata sewaktu berbicara dengan orang-orang lain? Apakah postur dan bahasa tubuh Anda memberikan pesan bahwa Anda tidak ingin diganggu? Maka, sadarilah bahwa orang-orang lain dapat menyalahartikan pesan itu dan cenderung menghindari Anda. Hal ini dapat membuat Anda semakin sulit membina persahabatan.

Faktor-Faktor Lain

Namun, problem lain lagi yang umum adalah rasa takut gagal. Memang, sangat wajar untuk merasa agak kikuk atau enggan sewaktu melakukan sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah Anda lakukan. Tetapi, beberapa remaja bersikap ekstrem dalam hal ini. Sebagai remaja, Gita mengalami apa yang ia sebut fobia sosial. Ia berkata, ”Saya tidak mau memberikan komentar di kelas. Dan, orang-tua saya sering dibombardir dengan komentar-komentar seperti, ’Ia tidak mengacungkan tangan. Ia tidak mau menyatakan pendapatnya.’ Saya merasa kikuk dan tertekan bila melakukan hal itu. Bahkan, sampai sekarang pun saya masih sulit melakukannya.” Rasa takut gagal dapat membuat kita tak berdaya. ”Saya takut membuat kesalahan,” kata seorang remaja bernama Wawan. ”Saya tidak begitu yakin dengan apa yang sedang saya lakukan.” Ejekan dan kritik yang keterlaluan dari teman-teman dapat memperburuk rasa takut yang sudah ada dan merusak harga diri seorang remaja untuk jangka waktu lama.

Kurangnya keluwesan dalam bergaul adalah problem umum lain. Barangkali, Anda enggan memperkenalkan diri kepada orang baru, karena tidak tahu harus mengatakan apa. Anda mungkin terkejut mengetahui bahwa bahkan orang dewasa pun kadang-kadang sulit bergaul. Seorang pengusaha bernama Fred, berkata, ”Dalam dunia bisnis, saya tahu betul apa yang saya lakukan. Jika saya hanya berbicara soal bisnis, saya benar-benar tahu caranya memberikan kesan yang baik. Tetapi, sewaktu saya harus memulai percakapan sosial dengan orang yang sama, saya canggung. Saya bisa dicap membosankan atau kutu buku, atau terlalu teknis atau tidak begitu menarik.”

Tidak soal Anda pemalu, kurang percaya diri, atau sekadar canggung dalam bergaul, Anda dapat belajar menjadi supel. Alkitab menganjurkan orang-orang Kristen untuk ’membuka diri lebar-lebar’ dan berupaya mengenal orang lain! (2 Korintus 6:13) Tetapi, bagaimana Anda dapat melakukannya? Ini akan dibahas nanti.

[Catatan Kaki]

a Beberapa nama telah diubah.

[Gambar di hlm. 26]

Si pemalu sering dianggap masa bodoh

[Gambar di hlm. 26]

Takut gagal menyebabkan beberapa remaja menarik diri dari pergaulan

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan