PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g01 8/6 hlm. 4-8
  • Kedokteran Modern—Seberapa Tinggikah Jangkauannya?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kedokteran Modern—Seberapa Tinggikah Jangkauannya?
  • Sedarlah!—2001
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Membubuh Dasar
  • Dari Tukang Cukur sampai Ahli Bedah
  • Menaklukkan Penyakit
  • Pengobatan Abad Kedua Puluh
  • Tujuan di Luar Jangkauan?
  • Apakah Terapi Gen Menyediakan Solusinya?
  • Perjuangan Melawan Penyakit dan Kematian​—Apakah Telah Dimenangkan?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Alkitab Memerangi Penyakit Sebelum Ilmu Pengetahuan Melakukannya
    Sedarlah!—1991
  • Akankah Sains Menyembuhkan Penyakit?
    Sedarlah!—2007
  • Penyakit dan Pengobatan
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—2001
g01 8/6 hlm. 4-8

Kedokteran Modern—Seberapa Tinggikah Jangkauannya?

DI NEGERI-NEGERI tempat pohon apel banyak dijumpai, anak-anak lelaki belajar bahwa jika mereka ingin memetik buah yang berada di luar jangkauan mereka pada sebuah pohon apel yang tinggi, mereka harus naik ke atas bahu temannya. Hal serupa juga berlaku di bidang kedokteran. Para peneliti medis dapat mencapai tingkat penelitian yang selalu lebih tinggi daripada sebelumnya dengan mempelajari dan meningkatkan hasil penelitian yang telah dicapai oleh praktisi medis di masa lampau.

Di antara para penyembuh masa awal tersebut terdapat pria-pria terkenal seperti Hipokrates dan Pasteur, juga pria-pria seperti Vesalius dan William Morton—nama-nama yang asing bagi banyak orang. Dengan cara apa saja kedokteran modern berutang budi kepada pria-pria ini?

Pada zaman dahulu, bidang penyembuhan sering kali bukanlah suatu upaya ilmiah, melainkan sebagian besar melibatkan takhayul dan upacara ritual. Buku The Epic of Medicine (Epik Kedokteran), yang diedit oleh dr. Felix Marti-Ibañez, mengatakan, ”Guna memerangi penyakit . . . , orang-orang Mesopotamia berpaling pada pengobatan medis-religius, karena percaya bahwa penyakit mereka adalah hukuman dari para dewa.” Pengobatan orang Mesir, yang berlaku sesudahnya, juga berpangkal pada agama. Oleh sebab itu, sejak awal mulanya, para penyembuh dikagumi sebagai seorang tokoh religius.

Dalam bukunya The Clay Pedestal, dr. Thomas A. Preston menulis, ”Banyak dari kepercayaan orang-orang zaman dahulu tetap membekas pada praktek kedokteran yang berlaku hingga sekarang ini. Salah satunya adalah kepercayaan bahwa penyakit berada di luar kendali sang pasien, dan hanya melalui kekuatan magis sang dokterlah ada harapan untuk pulih.”

Membubuh Dasar

Meskipun demikian, pada waktunya praktek medis terus berkembang secara ilmiah dalam pendekatan penyembuhannya. Penyembuh ilmiah zaman dahulu yang paling terkemuka adalah Hipokrates. Dia lahir kira-kira pada tahun 460 SM di Pulau Kos, Yunani, dan dipandang banyak orang sebagai bapak kedokteran Barat. Hipokrates membubuh dasar bagi pendekatan kedokteran yang rasional. Dia membantah konsep yang mengatakan bahwa penyakit merupakan hukuman dari dewa dan berpendapat bahwa penyakit pasti memiliki sebab-sebab alami. Misalnya, epilepsi, penyakit yang sudah lama disebut sebagai penyakit gaib karena adanya kepercayaan bahwa penyakit itu hanya dapat disembuhkan oleh para dewa. Namun, Hipokrates menulis, ”Sehubungan dengan penyakit yang disebut gaib, bagi saya, kelihatannya penyakit itu tidak lebih daripada penyakit biasa, yang memiliki penyebab alami.” Hipokrates juga dikenal sebagai penyembuh pertama yang mengamati gejala-gejala dari berbagai penyakit dan menuliskannya untuk menjadi referensi.

Berabad-abad kemudian, Galen, seorang dokter Yunani yang lahir pada tahun 129 M, juga melakukan penelitian ilmiah yang inovatif. Berdasarkan pembedahan terhadap manusia dan hewan, Galen menyusun sebuah buku pelajaran anatomi yang digunakan oleh para dokter selama berabad-abad! Andreas Vesalius, lahir di Brussel pada tahun 1514, menulis buku yang berjudul On the Structure of the Human Body (Perihal Struktur Tubuh Manusia). Buku ini ditentang karena isinya membantah banyak kesimpulan Galen, tetapi buku ini membubuh dasar bagi anatomi modern. Oleh karena itu, menurut buku Die Grossen (Orang-Orang yang Hebat), Vesalius menjadi ”salah seorang peneliti medis yang paling penting bagi semua orang dan bagi segala zaman”.

Teori Galen mengenai jantung dan peredaran darah pada akhirnya tumbang.a Dokter Inggris, William Harvey, menggunakan waktu bertahun-tahun untuk membedah binatang dan burung. Dia mengamati fungsi katup jantung, mengukur volume darah yang memenuhi setiap bilik jantung, dan memperkirakan jumlah darah yang mengalir di dalam tubuh. Harvey menerbitkan penemuannya ini pada tahun 1628 dalam sebuah buku berjudul On the Motion of the Heart and Blood in Animals (Perihal Pergerakan Jantung dan Peredaran Darah pada Binatang). Pada waktu itu, dia dikritik, ditentang, diserang, dan dihina. Akan tetapi, hasil penelitiannya merupakan titik balik dalam sejarah kedokteran—sistem sirkulasi tubuh telah ditemukan!

Dari Tukang Cukur sampai Ahli Bedah

Kemajuan pesat juga dilakukan di bidang pembedahan. Pada Abad Pertengahan, pembedahan sering kali merupakan pekerjaan tukang cukur. Tidak heran, beberapa orang mengatakan bahwa Bapak pembedahan modern adalah seorang pria Prancis yang hidup pada abad ke-16 bernama Ambroise Paré—perintis bidang cukur-bedah yang melayani empat raja Prancis. Paré juga menemukan sejumlah alat bedah.

Namun, salah satu problem utama yang masih dihadapi para ahli bedah abad ke-19 adalah ketidakmampuan untuk menghilangkan rasa sakit akibat pembedahan. Tetapi, pada tahun 1846 seorang ahli bedah gigi bernama William Morton membuka jalan bagi meluasnya penggunaan anestetis dalam pembedahan.b

Pada tahun 1895, sewaktu sedang bereksperimen dengan listrik, fisikawan Jerman, Wilhelm Röntgen, melihat suatu sinar yang dapat menembus daging tapi tidak menembus tulang. Dia tidak tahu asal-usul sinar tersebut, maka dia menamainya sinar-X, nama yang hingga kini masih digunakan oleh orang-orang yang berbahasa Inggris. (Orang Jerman menyebutnya sebagai Röntgenstrahlen atau sinar Röntgen.) Menurut buku Die Großen Deutschen (Orang-Orang Hebat Jerman), Röntgen berkata pada istrinya, ”Orang akan mengatakan, ’Röntgen sudah gila’.” Dan memang, beberapa orang berkata seperti itu. Akan tetapi, penemuannya itu merevolusi bidang pembedahan. Sekarang, para ahli bedah dapat melihat bagian dalam tubuh tanpa harus membelahnya.

Menaklukkan Penyakit

Sepanjang sejarah, penyakit-penyakit menular seperti cacar air selalu membawa epidemi, teror, dan kematian. Ar-Rāzī, seorang Persia yang hidup pada abad kesembilan, dipandang oleh beberapa orang sebagai dokter terbesar di dunia Islam pada waktu itu, karena dialah yang pertama kali menulis uraian medis yang akurat mengenai penyakit cacar air. Namun, cara pengobatannya baru ditemukan beberapa abad kemudian oleh seorang dokter Inggris bernama Edward Jenner. Jenner memperhatikan bahwa jika seseorang terjangkit penyakit cacar sapi—penyakit yang tidak berbahaya—orang tersebut akan kebal terhadap cacar air. Berdasarkan pengamatan ini, Jenner menggunakan sejumlah materi dari luka akibat infeksi cacar sapi guna mengembangkan vaksin untuk mengobati cacar air. Eksperimen ini dilakukan pada tahun 1796. Seperti para penemu lain sebelum dia, Jenner dikritik dan ditentang. Akan tetapi, temuannya tentang proses vaksinasi ini akhirnya menuntun kepada pemberantasan penyakit dan menyediakan bagi bidang kedokteran suatu alat baru yang ampuh untuk memerangi penyakit.

Seorang pria Prancis, Louis Pasteur, menggunakan vaksinasi untuk memerangi penyakit rabies dan antraks. Dia juga membuktikan bahwa kuman menjalankan peran kunci sebagai penyebab penyakit. Pada tahun 1882, Robert Koch mengidentifikasi kuman penyebab tuberkulosis, penyakit yang dilukiskan oleh seorang sejarawan sebagai ”penyakit pembunuh terbesar abad kesembilan belas”. Kira-kira setahun kemudian, Koch mengidentifikasi kuman penyebab kolera. Majalah Life mengatakan, ”Hasil karya Pasteur dan Koch memperkenalkan mikrobiologi ilmiah dan menuntun pada kemajuan di bidang imunologi, sanitasi, dan higiene yang telah lebih banyak berperan dalam meningkatkan jangka hidup manusia daripada kemajuan ilmiah apa pun yang dicapai selama 1.000 tahun terakhir ini.”

Pengobatan Abad Kedua Puluh

Pada permulaan abad ke-20, kedokteran seolah-olah berdiri di bahu orang-orang ini dan praktisi super cerdas lainnya. Sejak itu, kemajuan medis telah dibuat hingga mencapai tingkatnya yang mengagumkan—beberapa contoh di antaranya adalah insulin untuk penyakit diabetes, kemoterapi untuk penyakit kanker, perawatan hormon untuk penyakit gangguan kelenjar, antibiotik untuk penyakit tuberkulosis, klorokuin untuk beberapa jenis penyakit malaria, dan dialisis untuk gangguan fungsi ginjal, serta operasi jantung terbuka, dan transplantasi organ.

Namun sekarang, setelah kita berada pada permulaan abad ke-21, seberapa dekatkah bidang kedokteran dengan tujuannya, yakni untuk menjamin ”suatu tingkat kesehatan yang memuaskan bagi semua orang yang hidup di dunia”?

Tujuan di Luar Jangkauan?

Anak-anak yang naik ke atas bahu temannya mengetahui bahwa cara itu tidak selalu berhasil untuk memetik setiap apel. Beberapa dari apel yang paling enak berada di puncak pohon, masih sangat jauh di luar jangkauannya. Dengan cara yang sama, bidang kedokteran terus menanjak dari pencapaian yang satu ke yang berikutnya, semakin lama semakin tinggi. Tetapi, tujuan yang paling berharga—kesehatan yang baik bagi semua orang—tetap berada di luar jangkauan.

Oleh karena itu, meskipun pada tahun 1998 Komisi Eropa melaporkan bahwa ”belum pernah orang-orang Eropa menikmati hidup sepanjang dan sesehat ini”, laporan itu menambahkan bahwa ”satu dari setiap lima orang akan mati sebelum waktunya di bawah usia 65 tahun. Kanker akan bertanggung jawab atas sekitar 40% dari kematian ini, penyakit kardiovaskular atas 30% lainnya . . . Perlindungan yang lebih baik harus disediakan demi menghadapi ancaman baru kesehatan”.

Pada bulan November 1998, majalah kesehatan Jerman, Gesundheit, melaporkan bahwa terdapat ancaman yang semakin bertambah dari penyakit-penyakit menular seperti kolera dan tuberkulosis. Mengapa? Antibiotika ”sedang hilang keefektifannya. Semakin banyak bakteri yang kebal terhadap setidaknya satu jenis obat biasa; sesungguhnya, banyak yang kebal terhadap beberapa jenis obat”. Tidak hanya penyakit-penyakit lama yang muncul kembali, tetapi juga penyakit-penyakit baru, seperti AIDS, mulai bermunculan. Publikasi farmasi Jerman, Statistics ’97, mengingatkan kita, ”Dua pertiga dari penyakit-penyakit yang dikenal—sekitar 20.000 penyakit—sampai sejauh ini, tidak ada cara untuk menanggulangi penyebabnya.”

Apakah Terapi Gen Menyediakan Solusinya?

Memang, metode perawatan yang inovatif terus dikembangkan. Misalnya, banyak orang merasa bahwa rekayasa genetika mungkin memegang kunci menuju kesehatan yang lebih baik. Penelitian berikutnya yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1990-an oleh para dokter seperti Dr. W. French Anderson, melukiskan terapi gen sebagai ”bidang penelitian medis baru yang paling populer dan paling menegangkan”. Buku Heilen mit Genen (Penyembuhan dengan Gen), menyatakan bahwa dengan mempraktekkan terapi gen ”kedokteran ilmiah memelopori suatu perkembangan baru. Ini khususnya berlaku bagi perawatan penyakit yang sampai sekarang ini masih belum dapat disembuhkan”.

Para ahli berharap bahwa, suatu hari nanti, mereka akan dapat mengobati penyakit-penyakit genetika bawaan dengan menginjeksikan gen-gen korektif ke dalam tubuh pasien. Bahkan sel-sel yang berbahaya, seperti sel-sel kanker, mungkin dapat dibuat untuk merusak dirinya sendiri. Pemilahan genetika untuk mengidentifikasi kerentanan seseorang terhadap penyakit-penyakit tertentu sekarang mungkin untuk dilakukan. Beberapa orang mengatakan bahwa farmakogenomik—menggunakan obat-obatan tertentu untuk menyetel komposisi genetika pasien—akan menjadi perkembangan selanjutnya. Seorang peneliti yang terkemuka memperkirakan bahwa suatu hari nanti para dokter akan mampu ”mendiagnosis penyakit-penyakit pasien dan kemudian memberikan bagian-bagian ADN yang tepat untuk mengobatinya”.

Akan tetapi, tidak semua orang yakin bahwa terapi gen menawarkan penyembuhan ”silver bullet” di masa depan. Malahan, menurut beberapa survei, orang-orang bahkan tidak mau jika komposisi gennya dianalisis. Yang lain-lain lagi takut kalau-kalau terapi gen bisa menjadi campur tangan yang membahayakan kodrat.

Waktulah yang akan menyingkapkan apakah rekayasa genetika atau pendekatan berteknologi tinggi lainnya dalam bidang kedokteran akan sanggup memenuhi janji-janji muluknya. Bagaimanapun, ada alasan untuk menghindari optimisme yang berlebihan. Buku The Clay Pedestal melukiskan suatu siklus yang sudah terlalu sering terjadi, ”Sebuah terapi baru diperkenalkan, dipopulerkan pada pertemuan-pertemuan medis dan jurnal-jurnal profesional. Penemunya menjadi selebriti dalam bidang profesinya, dan media massa mulai mengelu-elukan kemajuan tersebut. Setelah melewati suatu periode penuh kegembiraan dan kesaksian-kesaksian yang meneguhkan keampuhan perawatan tersebut, dimulailah suatu periode kekecewaan secara bertahap, yang berlangsung dari beberapa bulan hingga beberapa dekade. Kemudian, metode pengobatan baru ditemukan, dan dalam waktu hampir semalam saja, menggantikan metode lama, yang kemudian segera ditinggalkan begitu saja seperti sesuatu yang tidak berguna.” Sesungguhnya, banyak metode pengobatan yang telah ditinggalkan oleh kebanyakan dokter karena ketidakefektifannya merupakan metode perawatan yang diterima secara luas beberapa waktu sebelumnya.

Meski para dokter dewasa ini tidak lagi dianugerahi status religius seperti yang diberikan kepada para penyembuh zaman dahulu, ada kecenderungan di antara beberapa orang untuk memandang praktisi medis sebagai orang-orang yang memiliki kuasa seperti dewa dan membayangkan bahwa ilmu pengetahuan pasti dapat menemukan pengobatan bagi semua penyakit umat manusia. Akan tetapi, sungguh menyedihkan, kenyataan tidak dapat mencapai kondisi yang ideal ini. Dalam bukunya How and Why We Age (Bagaimana dan Mengapa Kita Menjadi Tua), Dr. Leonard Hayflick mengamati, ”Pada tahun 1900, 75 persen penduduk Amerika Serikat meninggal sebelum mencapai usia enam puluh lima. Sekarang, statistik ini hampir terbalik: sekitar 70 persen orang meninggal setelah mencapai usia enam puluh lima.” Apa yang menyebabkan peningkatan yang mengagumkan dari jangka hidup ini? Hayflick menjelaskan bahwa hal ini ”sebagian besar disebabkan oleh menurunnya angka kematian bayi”. Sekarang, katakanlah ilmu kedokteran sanggup menyingkirkan penyebab kematian manula yang terutama—penyakit jantung, kanker, dan stroke. Apakah hal itu menyiratkan adanya kemungkinan untuk kekekalan? Sama sekali tidak. Dr. Hayflick mengatakan bahwa sekalipun demikian ”orang-orang pada umumnya dapat hidup hingga usia sekitar seratus tahun”. Dia menambahkan, ”Para centenarian ini juga pasti akan mati. Namun, apa penyebabnya? Mereka akan melemah dan menjadi semakin lemah hingga kematian datang menjemput mereka.”

Oleh karena itu, tidak soal upaya-upaya terbaik dikerahkan oleh ilmu kedokteran, pemberantasan kematian masih jauh dari jangkauan bidang kedokteran. Mengapa demikian? Dan, apakah tujuan untuk mencapai kesehatan yang baik bagi semua orang hanyalah impian yang mustahil terwujud?

[Catatan kaki]

a Menurut The World Book Encyclopedia, Galen mengira bahwa hati mengubah makanan yang sudah dicernakan menjadi darah, yang kemudian mengalir ke seluruh bagian tubuh dan diserap.

b Lihat artikel ”Dari Nyeri yang Luar Biasa Hingga Anestesi”, dalam terbitan Sedarlah! 22 November 2000.

[Kutipan di hlm. 4]

”Banyak dari kepercayaan orang-orang zaman dahulu tetap membekas pada praktek kedokteran yang berlaku hingga sekarang ini.—The Clay Pedestal

[Gambar di hlm. 4, 5]

Hipokrates, Galen, dan Vesalius membubuh dasar bagi kedokteran modern

[Keterangan]

Kos Island, Yunani

Courtesy National Library of Medicine

Woodcut by Jan Steven von Kalkar of A. Vesalius, taken from Meyer’s Encyclopedic Lexicon

[Gambar di hlm. 6]

Ambroise Paré adalah perintis bidang cukur-bedah yang melayani empat raja Prancis

Dokter Persia, Ar-Rāzī (kiri), dan dokter Inggris Edward Jenner (kanan)

[Keterangan]

Paré dan Ar-Rāzī: Courtesy National Library of Medicine

From the book Great Men and Famous Women

[Gambar di hlm. 7]

Seorang pria Prancis, Louis Pasteur, membuktikan bahwa kuman adalah penyebab penyakit

[Keterangan]

© Institut Pasteur

[Gambar di hlm. 8]

Sekalipun penyebab-penyebab kematian yang utama dapat disingkirkan, usia tua tetap akan mengakibatkan kematian

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan