PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g02 22/9 hlm. 23
  • Pemukul Kain di Bamako

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pemukul Kain di Bamako
  • Sedarlah!—2002
  • Bahan Terkait
  • Daftar Isi
    Sedarlah!—2002
  • Perubahan Wajah Mode
    Sedarlah!—2003
  • Suami-Suami yang Suka Memukul—Tinjauan dari Dekat
    Sedarlah!—1988 (No. 28)
  • Benarkah Gendang Afrika Bisa Bicara?
    Sedarlah!—1997
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—2002
g02 22/9 hlm. 23

Pemukul Kain di Bamako

DI Bamako, ibu kota negeri Mali di Afrika Barat, suatu pukulan ritmis yang bertalu-talu dapat terdengar sepanjang hari. Akan tetapi, suara ini tidak dihasilkan oleh para pemusik. Sebaliknya, suara yang seperti bunyi genderang itu bergema dari pondok-pondok kecil pemukul kain. Tetapi, mengapa ada orang yang mau memukuli kain?

Pemukul kain adalah langkah terakhir dalam proses tekstil yang unik. Semuanya dimulai dengan selembar kain putih atau pakaian. Biasanya, kain itu diwarnai dengan berbagai warna dan pola. Kemudian, kain itu dicelup dalam suatu larutan kental yang dibuat dari serbuk akar singkong atau getah dari berbagai pohon karet. Setelah dijemur di bawah matahari, bahan itu menjadi kaku seperti papan. Pada tahap ini, bahannya sudah siap untuk langkah terakhir​—pemukul kain.

Tugas utama pemukul kain ialah memukul-mukul bahan yang kaku itu hingga bebas kerut. Di dalam pondok-pondok kecil mereka, biasanya Anda akan mendapati dua pria muda yang duduk berseberangan, dan di antara mereka ada sebuah kayu gelondongan yang dipotong dari pohon shea. Pria-pria itu secara lembut menggosok kain itu dengan lilin dan membentangkannya di atas kayu tersebut. Kemudian, dengan menggunakan palu-kayu besar yang juga dibuat dari pohon shea, mereka memukuli bahan tersebut. Dengan bergantian memukul dalam keselarasan yang terampil, masing-masing memukul bagian yang tak dipukul oleh yang lain.

Mengapa tidak menggunakan setrika saja? Salah satu alasannya adalah panas setrika akan menyebabkan warna kain lebih cepat pudar. Selain itu, setrika tidak akan menghasilkan warna secerah kain yang dihasilkan oleh pemukul kain. Hal ini karena setiap pukulan palu-kayu membuat kain berkilap cemerlang sehingga warnanya lebih terang. Setelah keseluruhannya dipukul-pukul, bahannya dapat terlihat begitu cemerlang sampai-sampai Anda akan mengira bahwa bahan itu baru dicat.

Jadi, jika Anda berjalan melalui jalan-jalan kota ini dan mendengar suara seperti genderang yang dipukul bertalu-talu, amatilah pondok-pondok di sekeliling Anda. Bunyinya mungkin bukan berasal dari genderang; itu bisa jadi bunyi pemukul kain Bamako.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan