PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g04 8/4 hlm. 10-13
  • Musa—Bagaimana Kehidupannya Mempengaruhi Anda?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Musa—Bagaimana Kehidupannya Mempengaruhi Anda?
  • Sedarlah!—2004
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Musa yang Sesungguhnya
  • Warisan Berupa Tulisan Musa
  • Seorang Nabi seperti Musa
  • Dalam Hal Apa Kristus Yesus seorang Nabi seperti Musa?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Musa
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Mengenal Jalan-Jalan Yehuwa
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2005
  • Musa​—Pria yang Pengasih
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2013
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—2004
g04 8/4 hlm. 10-13

Musa​—Bagaimana Kehidupannya Mempengaruhi Anda?

BAGI banyak cendekiawan dan kritikus, Musa tidak lebih dari seorang tokoh mitos. Mereka menolak catatan Alkitab, menerapkan standar pembuktian yang bakal membuat pria-pria seperti Plato dan Sokrates juga dianggap sebagai tokoh mitos.

Namun, seperti yang telah kita lihat, tidak ada alasan yang sah untuk menolak catatan Alkitab tentang Musa. Sebaliknya, bagi orang-orang yang beriman, ada bukti yang berlimpah bahwa segenap Alkitab adalah ”firman Allah”.a (1 Tesalonika 2:13; Ibrani 11:1) Bagi orang-orang seperti itu, mempelajari kehidupan Musa bukan sekadar praktek akademis, melainkan, sebaliknya, sarana membangun iman.

Musa yang Sesungguhnya

Para pembuat film sering kali menonjolkan kepahlawanan dan keberanian fisik Musa​—sifat-sifat yang menarik minat penonton. Memang, Musa memiliki keberanian. (Keluaran 2:16-19) Tetapi, pertama dan terutama, ia adalah pria yang beriman. Allah nyata bagi Musa—begitu nyatanya sehingga belakangan rasul Paulus mengatakan bahwa Musa ”tetap kokoh seperti melihat Pribadi yang tidak kelihatan”.​—Ibrani 11:24-28.

Oleh karena itu, Musa mengajar kita perlunya memupuk hubungan dengan Allah. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita pun dapat bertindak seolah-olah kita melihat Allah! Jika kita melakukannya, kita tidak akan pernah bertindak dengan cara yang membuat-Nya tidak senang. Perhatikan juga bahwa iman Musa ditanamkan dalam dirinya sewaktu ia masih bayi. Imannya cukup dalam untuk bertahan menghadapi ”segala hikmat orang Mesir”. (Kisah 7:22) Benar-benar anjuran yang bagus bagi orang tua agar mulai mengajar anak-anak mereka tentang Allah sejak masa bayi!​—Amsal 22:6; 2 Timotius 3:15.

Yang patut diperhatikan juga adalah kerendahan hati Musa. Ia adalah ”pria yang paling lembut, jauh melebihi semua orang yang ada di permukaan bumi”. (Bilangan 12:3) Selain itu, Musa bersedia mengakui kekeliruannya. Ia menuliskan kelalaiannya sendiri untuk menyunat putranya. (Keluaran 4:24-26) Ia dengan terus terang menceritakan kegagalannya untuk memuliakan Allah pada satu peristiwa dan hukuman yang serius dari Allah ke atasnya. (Bilangan 20:2-12; Ulangan 1:37) Musa juga bersedia menerima saran dari orang lain. (Keluaran 18:13-24) Bukankah Musa teladan yang bagus untuk ditiru oleh para suami, ayah, dan pria-pria lain yang memiliki wewenang?

Memang, beberapa kritikus mempertanyakan apakah Musa benar-benar lembut, sambil mengutip tindakan kekerasan yang dilakukannya. (Keluaran 32:26-28) Kata penulis Jonathan Kirsch, ”Tokoh Musa dalam Alkitab jarang bersikap rendah hati dan tidak pernah lembut, dan tindakannya tidak dapat selalu dianggap adil-benar. Pada saat-saat tertentu yang mencekam, . . . Musa digambarkan sebagai orang yang angkuh, haus darah, dan kejam.” Kritikan tersebut benar-benar picik. Kritikan itu mengabaikan fakta bahwa tindakan Musa didorong oleh, bukan kekejaman, melainkan oleh kasih yang dalam terhadap keadilan dan intoleransi terhadap kefasikan. Pada zaman sekarang, manakala toleransi terhadap gaya hidup yang amoral sedang populer, Musa tampil sebagai pengingat akan perlunya memiliki standar moralitas yang tidak dapat dikompromikan.—Mazmur 97:10.

Yesus​—Seorang Nabi seperti Musa

Berikut ini adalah beberapa hal yang membuktikan kesamaan antara Yesus dan Musa:

  • Musa maupun Yesus luput dari pembantaian besar-besaran atas bayi laki-laki yang diperintahkan oleh penguasa pada zaman mereka.​—Keluaran 1:22; 2:1-10; Matius 2:13-18.

  • Musa dipanggil keluar dari Mesir bersama ’anak sulung’ Yehuwa, bangsa Israel. Yesus dipanggil keluar dari Mesir sebagai Putra sulung Allah.​—Keluaran 4:22, 23; Hosea 11:1; Matius 2:15, 19-21.

  • Musa maupun Yesus berpuasa selama 40 hari di padang belantara.​—Keluaran 34:28; Matius 4:1, 2.

  • Musa dan Yesus luar biasa lembut dan rendah hati.​—Bilangan 12:3; Matius 11:28-30.

  • Musa maupun Yesus melakukan mukjizat.​—Keluaran 14:21-31; Mazmur 78:12-54; Matius 11:5; Markus 5:38-43; Lukas 7:11-15, 18-23.

  • Musa maupun Yesus menjadi perantara perjanjian antara Allah dan umat-Nya.​—Keluaran 24:3-8; 1 Timotius 2:5, 6; Ibrani 8:10-13; 12:24.

Warisan Berupa Tulisan Musa

Musa meninggalkan kumpulan tulisan yang mengagumkan. Ini mencakup puisi (Ayub, Mazmur 90), prosa bersejarah (Kejadian, Keluaran, Bilangan), silsilah (Kejadian, pasal 5, 11, 19, 22, 25), dan suatu kumpulan hukum yang luar biasa yang disebut Hukum Musa. (Keluaran, pasal 20-40; Imamat; Bilangan; Ulangan) Hukum yang diilhamkan Allah ini memuat konsep, hukum, dan prinsip pemerintahan yang berabad-abad lebih maju daripada hukum lain pada zamannya.

Di negeri-negeri yang kepala Negaranya juga menjadi kepala Gereja, akibatnya sering kali adalah intoleransi, penindasan agama, dan penyalahgunaan kekuasaan. Hukum Musa mencakup prinsip pemisahan Gereja dan Negara. Raja tidak diperbolehkan melakukan tugas imam.​—2 Tawarikh 26:16-18.

Hukum Musa juga memuat konsep higiene dan pengendalian penyakit, seperti mengarantinakan orang sakit dan membuang kotoran manusia, yang selaras dengan sains saat ini. (Imamat 13:1-59; 14:38, 46; Ulangan 23:13) Ini sesuatu yang menakjubkan, mengingat sebagian besar ilmu pengobatan orang Mesir pada zaman Musa adalah campuran yang berbahaya antara praktek yang tidak becus dan takhayul. Di negara-negara berkembang dewasa ini, jutaan orang bisa terhindar dari penyakit dan kematian seandainya standar higiene yang diajarkan Musa dipraktekkan.

Orang Kristen tidak diwajibkan mengikuti Hukum Musa. (Kolose 2:13, 14) Tetapi, mempelajarinya masih sangat bermanfaat. Hukum itu mendesak Israel untuk memberi Yehuwa pengabdian yang eksklusif dan menjauhi penyembahan berhala. (Keluaran 20:4; Ulangan 5:9) Hukum itu memerintahkan anak-anak untuk menghormati orang tua mereka. (Keluaran 20:12) Hukum itu juga mengutuk pembunuhan, perzinaan, pencurian, dusta, dan ketamakan akan milik orang lain. (Keluaran 20:13-17) Prinsip-prinsip itu sangat dijunjung orang Kristen dewasa ini.

Prinsip higiene yang diajarkan dalam Hukum Musa dapat turut mencegah penyakit

Seorang Nabi seperti Musa

Yesus bersama murid-muridnya

Hanya Yesus nabi yang benar-benar mirip dengan Musa

Kita hidup pada masa yang menyesakkan. Umat manusia pastilah membutuhkan seorang pemimpin seperti Musa—seseorang yang tidak hanya memiliki kuasa dan wewenang, tetapi juga integritas, keberanian, keibaan hati, dan kasih yang sepenuh hati terhadap keadilan. Ketika Musa meninggal, bangsa Israel pasti bertanya-tanya, ’Apakah dunia akan melihat orang seperti dia lagi?’ Musa sendiri menjawab pertanyaan itu.

Tulisan Musa menjelaskan asal usul penyakit dan kematian serta mengapa Allah mengizinkan kefasikan terus ada. (Kejadian 3:1-19; Ayub, pasal 1, 2) Di Kejadian 3:15, nubuat ilahi yang paling awal dicatat​—suatu janji bahwa kejahatan pada akhirnya akan diremukkan! Caranya? Nubuat itu menunjukkan bahwa seseorang akan lahir dan melalui dia keselamatan akan tiba. Janji ini melahirkan harapan bahwa seorang Mesias akan tampil dan menyelamatkan umat manusia. Tetapi, siapa yang akan menjadi Mesias itu? Musa membantu kita mengidentifikasi dia dengan pasti.

Menjelang akhir kehidupannya, Musa mengucapkan kata-kata yang mengandung nubuat ini, ”Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh Yehuwa, Allahmu​—kepadanya kamu sekalian harus mendengarkan.” (Ulangan 18:15) Rasul Petrus belakangan mengaitkan kata-kata itu langsung kepada Yesus.​—Kisah 3:20-26.

Kebanyakan komentator Yahudi menyangkal keras kesamaan apa pun antara Musa dan Yesus. Mereka berargumen bahwa kata-kata dalam ayat ini berlaku untuk nabi sejati mana pun yang muncul setelah Musa. Namun, menurut Tanakh—The Holy Scriptures, diterbitkan oleh Lembaga Publikasi Yahudi, Ulangan 34:10 berbunyi, ”Tidak pernah lagi muncul di Israel seorang nabi seperti Musa—yang TUAN pilih, muka dengan muka.”

Ya, banyak nabi yang setia, seperti Yesaya dan Yeremia, muncul setelah Musa. Tetapi, tidak satu pun yang memiliki hubungan yang unik dengan Allah seperti yang dinikmati Musa—berbicara dengan Dia ”muka dengan muka”. Oleh karena itu, janji Musa tentang seorang nabi ’seperti dia’ pastilah berlaku pada satu individu—sang Mesias! Patut diperhatikan bahwa sebelum munculnya Kekristenan—dan penganiayaan agama dari orang Kristen palsu​—para cendekiawan Yahudi memiliki pandangan yang serupa. Gaungnya dapat terlihat dalam tulisan orang Yahudi, seperti Midrash Rabbah, yang melukiskan Musa sebagai pembuka jalan bagi ”Penebus yang kemudian”, atau Mesias.

Fakta bahwa Yesus mirip dengan Musa dalam banyak hal tidak dapat disangkal. (Lihat kotak ”Yesus​—Seorang Nabi seperti Musa”.) Yesus memiliki kuasa dan wewenang. (Matius 28:19) Yesus ”berwatak lembut dan rendah hati”. (Matius 11:29) Yesus membenci pelanggaran hukum dan ketidakadilan. (Ibrani 1:9) Jadi, ia dapat menjadi pemimpin yang teramat kita butuhkan! Dialah yang akan segera meremukkan kefasikan dan mengubah bumi menjadi Firdaus yang Alkitab lukiskan.b

a Lihat buku Alkitab​—Firman dari Allah Atau dari Manusia? yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

b Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang janji Alkitab akan suatu bumi firdaus di bawah Kerajaan Kristus, silakan hubungi Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka akan senang memberikan pengajaran Alkitab kepada Anda secara cuma-cuma.

Musa​—Fakta versus Fiksi

Cara film menggambarkan Musa telah melestarikan sejumlah mitos dan ketidakakuratan. Berikut ini beberapa di antaranya:

Mitos: Musa tidak mengetahui asal usul Ibraninya.

Fakta: Musa diasuh oleh ibunya, seorang Yahudi, tampaknya selama beberapa tahun. Kisah 7:23-25 menunjukkan bahwa Musa menganggap budak-budak Yahudi sebagai ”saudara-saudaranya”.

Mitos: Musa adalah saingan untuk takhta Mesir.

Fakta: Alkitab tidak menyatakan demikian. Daily Bible Illustrations, karya John Kitto, mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk percaya bahwa Musa ”melalui pengadopsiannya menjadi ahli waris kerajaan. . . . Tidak terlihat adanya kekurangan ahli waris pria untuk kerajaan”.

Mitos: Musa kembali ke Mesir untuk menghadapi musuhnya.

Fakta: Alkitab mengatakan bahwa semua musuhnya sudah mati sewaktu ia kembali.​—Keluaran 4:19.

Mitos: Allah pertama kali mengucapkan Sepuluh Perintah setelah Musa turun dari Gunung Sinai.

Fakta: Sepuluh Perintah diucapkan oleh Allah, melalui malaikatnya, kepada seluruh bangsa Israel. Setelah itu, orang Israel yang ketakutan meminta Musa naik dan berbicara mewakili mereka.—Keluaran 19:20–20:19; 24:12-14; Kisah 7:53; Ibrani 12:18, 19.

Mitos: Firaun selamat dari pembinasaan bala tentaranya di Laut Merah.

Fakta: ”Firaun dan pasukan militernya” binasa di Laut Merah.—Keluaran 14:28; Mazmur 136:15.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan