PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g 4/06 hlm. 14-16
  • Kunjungan Sehari ke Chernobyl

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kunjungan Sehari ke Chernobyl
  • Sedarlah!—2006
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Liburan Kami yang Suram
  • Waktu untuk Merenung
  • Harapan yang Teguh di Tengah-Tengah Kesuraman Chernobyl
    Sedarlah!—1997
  • Ancaman Nuklir​—Akhirnya Tamat Juga?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1994
  • Daftar Isi
    Sedarlah!—2006
  • Polusi Radioaktif Perlu Mendapat Perhatian
    Sedarlah!—2001
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—2006
g 4/06 hlm. 14-16

Kunjungan Sehari ke Chernobyl

OLEH PENULIS SEDARLAH! DI UKRAINA

Kecelakaan di fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl 20 tahun lalu benar-benar tidak ada duanya. Pada tanggal 26 April 1986, salah satu dari empat reaktor di lokasi itu mengalami bencana pelelehan di bagian intinya. Kebanyakan bencana​—buatan manusia atau alam—​biasanya bisa dibersihkan dan dipulihkan setelahnya. Namun, kecelakaan tersebut meninggalkan pencemaran yang dampaknya berjangka panjang.

PADA tahun-tahun belakangan ini, setiap tanggal 9 Mei, orang-orang yang pernah menghuni kota-kota di dekat lokasi itu​—adakalanya bersama teman dan kerabat​—telah mengadakan ziarah ke rumah-rumah kosong yang tadinya mereka diami. Pada waktu-waktu lain, mereka datang untuk acara pemakaman. Para ilmuwan berkunjung untuk meneliti dampak radiasi. Selain itu, berbagai perusahaan wisata Ukraina belum lama ini menawarkan tur satu hari disertai pemandu ke daerah itu.

Pada bulan Juni 2005, sebuah berita di halaman depan The New York Times mengupas tentang ”tur berpemandu” yang singkat ke Pripet yang ”tidak berisiko terhadap kesehatan”.a Pripet​—kota berpenduduk kira-kira 45.000 jiwa yang berjarak sekitar tiga kilometer dari reaktor​—didirikan pada tahun 1970-an. Tetapi, kota itu ditelantarkan​—seperti banyak kota lain​—setelah bencana nuklir tersebut. Tempat-tempat seperti itu kemudian ditutup karena radioaktivitas. Sewaktu bencana terjadi, Anna dan Victor Rudnik telah tinggal di Pripet selama kira-kira satu tahun.b

Kota Chernobyl yang lebih kecil (juga nama fasilitas nuklir itu) berjarak sekitar 15 kilometer dari reaktor. Selama beberapa tahun, bekas penduduknya diperbolehkan mengadakan kunjungan tahunan. Karena Chernobyl sebenarnya adalah kota asal keluarga Rudnik, mereka selama ini telah mengunjungi Chernobyl. Saya akan menceritakan kunjungan saya dan istri saya bersama mereka beberapa tahun yang lalu.

Liburan Kami yang Suram

Kami meninggalkan Kiev, ibu kota Ukraina, di jalan dua lajur menuju utara. Kami melewati kota-kota kecil dengan rumah-rumah berbaris di sisi jalan, bunga tulip menghiasi pekarangan depan, dan orang-orang mengurus kebun sayur. Di antara kota-kota, ada ladang jagung, gandum, dan bunga matahari yang terbentang hingga cakrawala.

Namun, di suatu tempat, kami seolah-olah melintasi perbatasan yang tidak kelihatan. Tidak ada marka jalan yang menandai perubahan itu, tetapi kami merasakannya. Keheningan yang mencekam meliputi kota-kota di sepanjang jalan. Di rumah-rumah yang rusak, jendelanya pecah dan pintunya digembok. Lalang memenuhi pekarangan depan, dan kebun-kebun tumbuh tidak terurus.

Kami telah memasuki zona berbahaya​—kira-kira 30 kilometer dari reaktor. ”Kota-kota di daerah ini memiliki tingkat radiasi yang tinggi,” kata Anna. ”Lebih dari 150.000 warga sejumlah kota dan desa di sini dipindahkan ke rumah baru di seluruh bekas Uni Soviet.”

Kami melanjutkan perjalanan dan segera tiba di zona lain, dengan pagar kawat berduri yang sangat tinggi yang memisahkannya dari dunia luar. Tak jauh dari sana, para penjaga di gardu kayu​—mirip tempat pemeriksaan bea cukai​—memonitor semua lalu lintas. Seorang penjaga memeriksa paspor kami, mencatat nomor kendaraan kami, lalu membukakan gerbang.

Sekarang kami berada dalam zona terlarang. Pepohonan yang daun-daunnya baru dan segar dengan asri memayungi jalan. Semak-semak lebat menutupi dasar hutan​—benar-benar berbeda dengan kesan pohon-pohon hangus dan semak-semak layu yang saya bayangkan. Di depan, ada tanda dari bata putih dengan tulisan biru yang mengidentifikasi kota Chernobyl.

Di perbatasan Chernobyl, ada sebuah toko kelontong. Ibu Victor pernah bekerja di sana. Sebuah daftar jam buka toko itu yang sudah pudar masih tergantung di jendela yang berdebu dan kotor. Dekat taman pusat kota itu terdapat gedung kesenian. Anna mengenang bagaimana ia dan penduduk lain dahulu senang bersantai di sana seusai kerja, menyaksikan pertunjukan oleh berbagai seniman. Di dekatnya, ada bioskop bernama Ukraina yang pernah menjadi tempat anak-anak berlindung dari panas yang menyengat sambil menonton film terbaru dalam ruangan yang sejuk. Gelak tawa dari auditorium gelap telah lama berhenti. Anna dan Victor membawa kami ke rumah keluarga mereka​—tidak jauh dari pusat kota. Pohon-pohon yang tidak terurus menutupi pintu depan, sehingga kami berbaris satu-satu melewati lalang yang tinggi ke pintu belakang​—yang kini hanya berupa lubang menganga di tembok.

Di dalam, keadaan benar-benar kacau-balau. Kasur berjamur tergeletak di atas rangka tempat tidur yang berkarat. Potongan-potongan kertas dinding yang kotor menjuntai dari tembok dan langit-langit. Anna membungkuk untuk menyelamatkan selembar foto lama dari antara puing-puing yang bertebaran di seluruh ruangan. ”Saya selalu membayangkan untuk kembali dan mendapati semuanya pulih seperti sediakala,” katanya dengan nada sedih. ”Pedih rasanya melihat rumah kami menjadi rongsokan; milik kami dijarah selama bertahun-tahun!”

Kami meninggalkan rumah keluarga Rudnik dan menyusuri jalan. Di sebuah sudut, sekelompok orang sedang asyik mengobrol. Setelah berjalan setengah kilometer, di ujung jalan terdapat taman di tebing yang menghadap sungai yang luas dan tenang. Bunga-bunga putih dari pohon chestnut berkibar diterpa angin sepoi-sepoi. Di tangga-tangga berliku menuju dermaga di sana, ratusan orang dulunya menunggu untuk dievakuasi dengan kapal pada tahun 1986.

Tahun lalu, keluarga Rudnik untuk pertama kalinya mengunjungi tempat tinggal mereka dahulu di Pripet. Mereka meninggalkan kota itu setelah bencana nuklir yang terjadi 19 tahun sebelumnya.

Waktu untuk Merenung

Pada bulan April 2006, 20 tahun bencana nuklir itu diperingati dengan berbagai perayaan. Bagi banyak orang, hal ini merupakan pengingat yang suram bahwa manusia tidak sanggup​—sekalipun dengan upaya yang tulus​—untuk mengelola bumi dengan berhasil tanpa pengawasan Allah.​—Yeremia 10:23.

Pada bulan September lalu, hasil sebuah laporan ilmiah yang mengevaluasi kembali tragedi itu diterbitkan. Laporan itu, yang dipelopori Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan bahwa kecelakaan itu mula-mula menewaskan 56 orang dan memprakirakan hanya 4.000 orang yang akhirnya akan meninggal karena penyakit akibat radiasi. Prakiraan awal jumlah korban jiwa pada umumnya antara 15.000 dan 30.000. Sebuah tajuk rencana The New York Times tanggal 8 September 2005 mengomentari bahwa laporan PBB itu ”diserang oleh beberapa kelompok lingkungan hidup sebagai upaya berat sebelah untuk menyembunyikan bahaya laten pembangkit listrik tenaga nuklir”.

Victor, yang belajar tentang Penciptanya, Allah Yehuwa, setelah bencana itu, mengomentari, ”Kami tidak lagi merasa depresi, karena kami tahu bahwa sewaktu Kerajaan Allah datang, kecelakaan mengerikan seperti itu tidak akan pernah terjadi lagi. Kami menanti-nantikan saat manakala daerah pedesaan di sekitar rumah kesayangan kami dekat Chernobyl akan pulih dari keadaannya sekarang dan menjadi bagian dari firdaus yang menakjubkan.”

Sejak bencana Chernobyl, jutaan orang telah memperoleh keyakinan yang teguh akan janji Alkitab bahwa Firdaus semula di bumi akan diwujudkan kembali dan diperluas ke seluruh bumi. (Kejadian 2:8, 9; Penyingkapan 21:3, 4) Di Ukraina saja, lebih dari 100.000 orang telah menyambut harapan itu selama 20 tahun terakhir! Semoga Anda pun tergerak untuk memperhatikan masa depan cemerlang yang dijanjikan bagi orang-orang yang ingin mengetahui maksud-tujuan Allah.

[Catatan Kaki]

a Meskipun berbagai kalangan berwenang telah menyatakan bahwa kunjungan singkat tersebut aman, Sedarlah! tidak menganjurkan atau mendukung rencana perjalanan pribadi apa pun ke daerah itu.

b Lihat Sedarlah! terbitan 22 April 1997 halaman 12-15.

[Kotak/​Gambar di hlm. 16]

Monumen Bagi Para Likuidator

Monumen raksasa ini didirikan untuk menghormati para pekerja pembersihan bencana Chernobyl, yang dikenal sebagai para likuidator. Mereka memadamkan api, menyegel pembangkit listrik tenaga nuklir yang berasap, dan menyingkirkan pencemaran. Jumlah pekerja ini secara keseluruhan mencapai ratusan ribu orang. Diprakirakan sekitar 4.000 orang akan meninggal akibat langsung kecelakaan itu dan sebagian besar adalah para pekerja ini.

[Gambar di hlm. 15]

Tanda kota Chernobyl, dan bioskopnya

[Gambar di hlm. 15]

Keluarga Rudnik dan rumah mereka di Chernobyl

[Gambar di hlm. 16]

Pembangkit listrik tempat terjadi pelelehan, sekitar tiga kilometer dari apartemen keluarga Rudnik di Pripet (inset)

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan