PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g 11/06 hlm. 26
  • ”Kereta Api Mungil” yang Berpendar di Kegelapan

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • ”Kereta Api Mungil” yang Berpendar di Kegelapan
  • Sedarlah!—2006
  • Bahan Terkait
  • Tabuhan—Parasit tetapi Berguna
    Sedarlah!—2003
  • Pembawa Terang yang Mungil dari Selandia Baru
    Sedarlah!—1997
  • Merah
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • ”Cahaya Sempurna”
    Sedarlah!—2002
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—2006
g 11/06 hlm. 26

”Kereta Api Mungil” yang Berpendar di Kegelapan

◼ Pada malam yang lengang di pedusunan Brasil, sebuah ”kereta api” mungil muncul dari bawah humus di hutan. Dua ”lampu depan” berwarna merah menerangi jalurnya, dan 11 pasang lentera kuning kehijauan menerangi sisi-sisinya. Memang, ini bukan kereta api biasa, melainkan larva kumbang sepanjang tujuh sentimeter dari famili Phengodidae, yang terdapat di Amerika Utara dan Selatan. Karena kumbang betina, yang bentuknya tetap larva, menyerupai gerbong kereta yang diterangi bagian dalamnya, mereka sering disebut cacing kereta api. Masyarakat pedesaan Brasil menyebutnya kereta api mungil.

Pada siang hari, larva berwarna cokelat pudar ini sulit terlihat. Tetapi, pada malam hari ia mengumumkan kehadirannya dengan deretan cahaya yang mengagumkan. Cahaya ini dinyalakan oleh senyawa organik lusiferin, yang dengan bantuan enzim lusiferase, bercampur dengan oksigen menghasilkan cahaya dingin. Warnanya terdiri dari merah, jingga, kuning, dan hijau.

Lampu depan yang berwarna merah berpendar hampir tanpa henti​—tetapi lampu samping yang berwarna kuning kehijauan tidak demikian. Penelitian memperlihatkan bahwa lampu depannya membantu larva menemukan kaki seribu, mangsa kesukaannya, sedangkan lampu samping tampaknya untuk menakut-nakuti pemangsa seperti semut, katak, dan laba-laba. Dengan berpendar, ia seolah-olah berkata, ”Aku bukan santapan yang lezat. Pergi sana!” Itu sebabnya, lampu samping berpendar sewaktu larva merasa sedang diintai pemangsa. Lampu ini juga berpendar sewaktu ia menyerang kaki seribu dan sewaktu si betina melingkarkan diri pada telur-telurnya. Dalam keadaan normal, lampu samping berpendar seterang-terangnya lalu meredup​—semuanya dalam beberapa detik​—dan hal ini berulang-ulang selama dibutuhkan.

Ya, bahkan di antara humus di hutan, kita menemukan keindahan yang memukau, yang mengingatkan kita akan kata-kata pujian sang pemazmur kepada Pencipta, ”Bumi penuh dengan hasil kerjamu.”​—Mazmur 104:24.

[Keterangan Gambar di hlm. 26]

Robert F. Sisson/​National Geographic Image Collection

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan