PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g 9/07 hlm. 15-17
  • Datanglah ke Vanuatu

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Datanglah ke Vanuatu
  • Sedarlah!—2007
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Kanibal dan Kultus Kargo
  • Keanekaragaman Budaya
  • Orang-Orang di Firdaus
  • Budak-Budak yang Terlupakan dari Pasifik Selatan
    Sedarlah!—2009
  • Mengamati Dunia
    Sedarlah!—2006
  • Nama Yehuwa di Pasifik
    Sedarlah!—2003
  • Kepulauan Faeroe​—Dihubungkan secara Unik
    Sedarlah!—2010
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—2007
g 9/07 hlm. 15-17

Datanglah ke Vanuatu

OLEH PENULIS SEDARLAH! DI KALEDONIA BARU

Sedang stres? Perlu bersantai? Bagaimana kalau Anda berleha-leha di sebuah pulau tropis? Lalu, berenang di laut yang biru, berjalan-jalan santai menembus hutan hujan yang lebat, atau bergaul dengan penduduk pribumi yang eksotik. Masih adakah firdaus seperti itu di bumi? Ya! Di Kepulauan Vanuatu yang terpencil.

VANUATU adalah rangkaian 80 pulau kecil berbentuk Y di Pasifik barat daya, yang letaknya kira-kira setengah perjalanan antara Australia dan Fiji. Menurut para geolog, lempeng-lempeng tektonik yang besar di kerak bumi bertumbukan di sini sehingga terbentuklah gunung-gunung tinggi yang sebagian besar berada di bawah permukaan laut. Puncak gunung-gunung yang tertinggi menyembul ke permukaan laut, sehingga terbentuklah pulau-pulau Vanuatu yang tidak rata. Dewasa ini, gerakan geologis memicu terjadinya banyak gempa bumi kecil dan membuat aktif sembilan gunung berapi. Para pelancong yang nekat bahkan bisa menyaksikan lahar cair dari jarak dekat.

Ada banyak hutan hujan yang lebat di kepulauan ini. Di sinilah tempatnya pohon banyan yang perkasa, dengan tajuknya yang bisa menjangkau daerah yang luas. Lebih dari 150 spesies anggrek dan 250 jenis pakis menyelimuti tanah. Pantai-pantai indah dan tebing-tebing curam membingkai air nan jernih yang penuh dengan ikan dan koral beraneka warna. Para wisatawan datang dari seluruh dunia untuk berenang bersama dugong yang lembut dan jenaka di Pulau Epi.a

Kanibal dan Kultus Kargo

Para penjelajah Eropa pertama kali tiba di Vanuatu pada tahun 1606.b Suku-suku yang ganas menghuni pulau-pulau itu, dan kanibalisme dilakukan di mana-mana. Pada waktu itu, pohon cendana, yang sangat tinggi nilainya di Asia karena kayunya yang wangi, tumbuh subur di sana. Melihat adanya potensi keuntungan yang besar, para pedagang Eropa secara sistematis menjarah pohon-pohon itu. Lalu, mereka mulai menyalurkan tenaga kerja.

Penyaluran tenaga kerja mencakup merekrut penduduk pribumi dari pulau-pulau untuk bekerja di perkebunan tebu dan kapas di Samoa, Fiji, dan Australia. Di atas kertas, para pekerja itu tanpa paksaan menandatangani kontrak tiga tahun. Namun, kenyataannya, kebanyakan di antara mereka diculik. Ketika perdagangan tenaga kerja tersebut sedang marak-maraknya, pada akhir tahun 1800-an, lebih dari setengah penduduk pria dewasa di beberapa pulau di Vanuatu bekerja di luar negeri. Sebagian besar di antara mereka tidak kembali. Di Australia saja, hampir 10.000 orang dari pulau-pulau Pasifik meninggal, kebanyakan karena penyakit.

Berbagai penyakit dari Eropa juga mengganggu ketenteraman Kepulauan Vanuatu. Penduduk di sana hanya mempunyai sedikit atau sama sekali tidak mempunyai kekebalan terhadap campak, kolera, cacar air, dan penyakit-penyakit lain. ”Flu biasa bisa memunahkan seluruh penduduk,” kata sebuah sumber.

Para misionaris Susunan Kristen tiba di Vanuatu pada tahun 1839 dan mereka langsung diundang untuk makan—kabarnya, mereka disantap sebagai menu utama! Banyak penerus mereka sama nasibnya. Akan tetapi, belakangan, gereja-gereja Protestan dan Katolik bisa bercokol di pulau-pulau itu. Dewasa ini, lebih dari 80 persen penduduk Vanuatu mengaku sebagai anggota gereja. Walaupun demikian, seorang pengarang bernama Paul Raffaele menyatakan, ”banyak penduduk masih sangat menghormati dukun desa, yang menggunakan batu-batu bertuah dalam ritus-ritus gaib untuk memikat kekasih baru, menggemukkan babi, atau membunuh musuh”.

Vanuatu juga adalah salah satu tempat di dunia yang penganut kultus kargo-nya paling bertahan. Selama Perang Dunia II, setengah juta serdadu AS singgah di Vanuatu dalam perjalanan ke medan perang di Pasifik. Para penduduk asli mengagumi kekayaan yang banyak, atau ”kargo”, yang dibawa para serdadu. Ketika perang usai, orang-orang Amerika tersebut meninggalkan pulau-pulau itu begitu saja. Kelebihan peralatan dan persediaan senilai jutaan dolar dibuang ke laut. Kelompok-kelompok agama, yang disebut kultus kargo, membangun beberapa dermaga serta landasan pesawat terbang, dan melakukan latihan perang menggunakan peralatan militer pura-pura untuk menarik kembali para pengunjung itu. Bahkan sekarang, ratusan penduduk desa di Pulau Tanna masih berdoa kepada John Frum—”seorang mesias Amerika yang mistis” yang, menurut pengakuan mereka, akan kembali suatu hari untuk membawakan banyak kargo yang mahal-mahal.

Keanekaragaman Budaya

Bahasa dan adat istiadat negeri kepulauan ini sangat beraneka ragam. Menurut sebuah buku panduan, ”Vanuatu mengaku mempunyai jumlah bahasa terbanyak per kapita dibandingkan dengan negeri mana pun di dunia.” Ada paling sedikit 105 bahasa dan dialek di seluruh kepulauan. Bislama, sebagai bahasa persatuan, dan Inggris serta Prancis, semuanya adalah bahasa resmi mereka.

Namun, di seluruh kepulauan ini, ada satu kesamaan: Setiap aspek kehidupan dikendalikan oleh ritus. Sebuah ritus kesuburan kuno di Pulau Pentecost bahkan mengilhami demam loncat bungee di seluruh dunia. Setiap tahun pada waktu panen ubi, pria dewasa dan anak laki-laki terjun dari menara kayu setinggi 20 sampai 30 meter. Mereka hanya mengandalkan tanaman merambat yang dililitkan pada pergelangan kaki agar terhindar dari kecelakaan fatal. Karena kepala mereka sekejap menyentuh tanah, para penerjun ini berharap bisa ”menyuburkan” tanah untuk musim tanam berikutnya.

Di Pulau Malekula, baru pada tahun-tahun belakangan ini penduduknya mau membuka diri kepada orang luar. Suku-suku yang dikenal dengan nama Nambas Besar dan Nambas Kecil tinggal di pulau ini. Semula mereka adalah kanibal yang ganas, dan konon, mereka menyantap korban terakhir mereka pada tahun 1974. Demikian pula, kebiasaan mereka membungkus erat-erat kepala bayi laki-laki untuk membentuk batok kepala lonjong yang ”menarik” sudah berakhir bertahun-tahun yang lalu. Dewasa ini, orang Nambas sangat ramah dan suka menunjukkan warisan budaya mereka kepada para pengunjung.

Orang-Orang di Firdaus

Kebanyakan pengunjung datang ke Vanuatu untuk liburan singkat. Tetapi, Saksi-Saksi Yehuwa tiba di sana sekitar 70 tahun yang lalu untuk membantu orang-orang secara rohani. Upaya Saksi-Saksi di ”bagian yang paling jauh di bumi” ini telah menghasilkan buah-buah yang baik. (Kisah 1:8) (Lihat kotak ”Dari Pecandu Kava Menjadi Orang Kristen”.) Pada tahun 2006, lima sidang Saksi-Saksi di negeri itu menggunakan lebih dari 80.000 jam untuk membagikan berita Alkitab tentang firdaus di bumi yang akan datang. (Yesaya 65:17-25) Yang menyenangkan, Firdaus di masa depan itu akan mendatangkan kelegaan permanen dari tekanan dan kekhawatiran kehidupan modern!​—Penyingkapan (Wahyu) 21:4.

[Catatan Kaki]

a Dugong adalah mamalia laut herbivora yang panjangnya bisa sampai 3,4 meter dan bobotnya 400 kilogram lebih.

b Vanuatu disebut New Hebrides sebelum kemerdekaan nasional pada tahun 1980.

[Kotak/​Gambar di hlm. 17]

KEPULAUAN YANG BAHAGIA

Pada tahun 2006, Vanuatu berada pada urutan teratas dalam Happy Planet Index. Indeks tersebut, yang diterbitkan oleh New Economics Foundation, sebuah organisasi penelitian dari Inggris, memeringkat 178 negeri berdasarkan kebahagiaan nasional, panjangnya umur, dan pengaruh mereka terhadap lingkungan. ”[Vanuatu] berada pada peringkat teratas karena penduduknya bahagia, harapan hidupnya mendekati 70 tahun, dan hampir tidak melakukan perusakan atas planet ini,” kata surat kabar Vanuatu Daily Post.

[Gambar]

Pakaian tradisional

[Keterangan]

© Kirklandphotos.com

[Kotak/​Gambar di hlm. 17]

DARI PECANDU KAVA MENJADI ORANG KRISTEN

Willie, seorang penduduk pribumi Pulau Pentecost, sejak muda adalah peminum kava. Minuman penenang yang keras itu terbuat dari akar perdu merica. Setiap malam ia pulang dari bar kava dalam keadaan mabuk. Utangnya menumpuk. Sering kali ia menjadi beringas dan memukuli istrinya, Ida. Suatu hari, rekan kerja Willie, seorang Saksi Yehuwa, menganjurkan dia untuk belajar Alkitab. Willie setuju. Ida awalnya menentang. Tetapi, sewaktu melihat perilaku suaminya membaik, ia berubah pikiran dan mulai belajar juga. Mereka berdua membuat kemajuan rohani yang baik. Kemudian, Willie berhasil mengatasi kebiasaan buruknya. Dia dan Ida dibaptis sebagai Saksi-Saksi Yehuwa pada tahun 1999.

[Peta di hlm. 15]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

SELANDIA BARU

AUSTRALIA

SAMUDRA PASIFIK

FIJI

[Gambar di hlm. 16]

Para penerjun melakukan kegiatan yang sangat berbahaya ini sebagai bagian dari ritus kesuburan

[Keterangan]

© Kirklandphotos.com

[Keterangan Gambar di hlm. 15]

© Kirklandphotos.com

[Keterangan Gambar di hlm. 15]

© Kirklandphotos.com

[Keterangan Gambar di hlm. 16]

© Kirklandphotos.com

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan