PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g17 No. 2 hlm. 8-9
  • Sewaktu Orang Tua Meninggal

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Sewaktu Orang Tua Meninggal
  • Sadarlah!—2017
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • TANTANGANNYA
  • YANG PERLU KAMU KETAHUI
  • YANG BISA KAMU LAKUKAN
  • Sewaktu Anak Berduka
    Sadarlah!—2017
  • Wajarkah Kalau Aku Berduka Seperti Ini?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 1
  • Bagaimana Aku Bisa Menghadapi Kematian Orang Tua?
    Sedarlah!—2009
  • Bantuan bagi Orang yang Berduka
    Sedarlah!—2011
Lihat Lebih Banyak
Sadarlah!—2017
g17 No. 2 hlm. 8-9
Seorang anak memegang tangan orang dewasa di pemakaman

BANTUAN UNTUK KELUARGA | ANAK MUDA

Sewaktu Orang Tua Meninggal

TANTANGANNYA

Dami berumur enam tahun sewaktu ayahnya meninggal karena aneurisma otak. Derrick berusia sembilan tahun ketika penyakit jantung merenggut nyawa ayahnya. Ketika Jeannie berumur tujuh tahun, ibunya meninggal setelah berjuang melawan penyakit kanker ovarium selama satu tahun.a

Ketiga anak itu sudah ditinggalkan orang yang dikasihi ketika mereka masih kecil. Apakah kamu pernah mengalaminya? Jika ya, artikel ini bisa membantumu mengatasi perasaan kehilangan.b Tapi pertama-tama, perhatikan beberapa fakta tentang berduka.

YANG PERLU KAMU KETAHUI

Cara orang berduka tidak sama. Ini berarti cara kamu mengungkapkan kesedihan bisa berbeda dengan orang lain. Menurut buku Helping Teens Cope With Death, ”Tidak ada pola atau aturan tertentu dalam mengatasi kesedihan akibat kematian.” Yang penting, jangan pendam kesedihanmu. Mengapa? Karena . . .

Memendam kesedihan bisa merugikan. Jeannie, yang disebutkan tadi, berkata, ”Saya pikir saya harus kuat demi adik saya, jadi saya sembunyikan perasaan saya. Sekarang pun saya suka memendam kepedihan, dan itu tidak sehat.”

Para ahli setuju. ”Kita tidak bisa memendam perasaan untuk selamanya,” kata buku The Grieving Teen. ”Itu akan muncul lagi di saat yang tidak terduga dalam bentuk kemarahan atau gangguan kesehatan.” Memendam kesedihan juga bisa mengakibatkan orang menyalahgunakan minuman keras atau narkoba untuk menghilangkan kesedihannya.

Perasaan orang yang berduka bisa campur aduk. Contohnya, ada yang marah kepada orang yang telah tiada karena merasa orang itu ”meninggalkan” dia. Yang lain menyalahkan Allah karena berpikir bahwa Dia seharusnya mencegah kematian itu. Dan, banyak yang merasa bersalah karena melakukan atau mengatakan sesuatu kepada orang yang sudah meninggal dan tidak bisa minta maaf lagi.

Jelaslah, berduka bisa menjadi proses yang rumit. Bagaimana kamu bisa mengatasinya dan terus menjalani hidup?

YANG BISA KAMU LAKUKAN

Berbicaralah kepada seseorang. Kamu mungkin ingin menyendiri. Tapi dengan mencurahkan isi hatimu kepada anggota keluarga atau sahabat, kamu bisa mengendalikan perasaanmu. Kamu pun tidak akan terpuruk karena terlalu sedih.​—Prinsip Alkitab: Amsal 18:24.

Buatlah buku harian. Tulislah hal-hal tentang ayah atau ibumu yang telah tiada. Misalnya, apa kenangan yang paling indah tentang dia? Tulislah sifat-sifat baiknya. Sifat mana yang ingin kamu tiru?

Jika perasaan negatif terus muncul, misalnya kamu tidak bisa melupakan kata-katamu yang menyakitkan kepada ayah atau ibumu sebelum dia meninggal, tulislah apa yang kamu rasakan dan alasannya. Contohnya, ”Saya merasa bersalah karena bertengkar dengan Papa sehari sebelum dia meninggal.”

Lalu, pikirkan apakah rasa bersalahmu itu masuk akal. Buku The Grieving Teen berkata, ”Kamu tidak bisa menyalahkan diri sendiri karena kamu tidak menyangka [orang itu akan meninggal dan] kamu tidak bisa minta maaf lagi. Kita tidak mungkin mengatakan atau melakukan sesuatu dengan sempurna sehingga tidak perlu minta maaf. Itu tidak masuk akal.”​—Prinsip Alkitab: Ayub 10:1.

Jagalah kesehatanmu. Kamu perlu cukup tidur, berolahraga, dan makan makanan yang bergizi. Kalau kamu tidak punya selera untuk makan, makanlah sedikit tapi sering, paling tidak sampai selera makanmu kembali normal. Jangan mencari pelarian dengan cemilan yang tidak sehat atau minuman keras; itu malah akan memperburuk keadaan.

Berbicaralah kepada Allah dalam doa. Alkitab berkata, ”Lemparkanlah bebanmu kepada Yehuwa, dan ia sendiri akan mendukungmu.” (Mazmur 55:22) Doa bukan sekadar untuk menenangkan diri. Kita berdoa untuk berkomunikasi dengan Allah yang ’menghibur kita dalam semua kesengsaraan kita’.​—2 Korintus 1:3, 4.

Satu cara Allah menghibur orang yang berkabung adalah melalui Firman-Nya, Alkitab. Cobalah periksa apa yang Alkitab ajarkan tentang keadaan orang mati dan harapan kebangkitan.c—Prinsip Alkitab: Mazmur 94:19.

a Kamu juga bisa membaca pengalaman Dami, Derrick, dan Jeannie di artikel berikutnya.

b Meski artikel ini membahas tentang kematian orang tua, prinsipnya juga berlaku untuk kematian saudara kandung atau sahabat.

c Lihat pasal 16 dari buku Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 1. Download gratis buku ini di www.jw.org/id. Temukan di PUBLIKASI.

AYAT-AYAT KUNCI

  • ”Ada sahabat yang lebih karib daripada saudara.”​—Amsal 18:24.

  • ”Aku akan berbicara dalam kepahitan jiwaku!”​—Ayub 10:1.

  • ”Sewaktu pikiran yang menggelisahkan dalam batinku bertambah banyak, penghiburanmu [Allah] mulai membelai jiwaku.”​—Mazmur 94:19.

KAMU BISA MEMBANTU ORANG LAIN

”Saya dan keluarga saya adalah Saksi-Saksi Yehuwa. Beberapa tahun yang lalu, dua anak yang kami kenal kehilangan ibu mereka karena kanker. Mereka berumur 6 dan 3 tahun, hampir sama dengan umur saya dan adik saya waktu Papa meninggal sekitar 17 tahun sebelumnya.

”Mama, saya, adik perempuan, dan adik laki-laki saya memutuskan untuk membantu keluarga ini. Kami mengajak mereka ke rumah. Kalau mereka ingin berbicara, kami siap mendengarkan. Kami menemani dan menolong mereka kapan pun kami dibutuhkan. Misalnya, kami menjadi teman bermain, pendengar yang baik, atau memberi mereka saran.

”Kematian orang tua memang menghancurkan hati, dan perasaan itu tidak akan pernah hilang. Kesedihan kita akan reda, tapi kita selalu teringat lagi bahwa dia telah tiada. Saya bisa merasakan kesedihan keluarga ini, dan itu salah satu alasan saya senang karena keluarga kami bisa membantu mereka. Kami jadi lebih akrab dengan mereka, dan sebagai satu keluarga, kami juga jadi lebih akrab.”​—Dami.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan