PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g19 No. 2 hlm. 6-7
  • Rendah Hati

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Rendah Hati
  • Sadarlah!—2019
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • APA ITU?
  • MENGAPA ITU PENTING?
  • CARA MENGAJARKANNYA
  • Pupuklah Kerendahan Hati yang Sejati
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2005
  • Untuk Apa Mengenakan Kerendahan Hati?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Yehuwa Menghargai Hamba-Hamba-Nya yang Rendah Hati
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2019
  • Mengajar Anak Agar Rendah Hati
    Sadarlah!—2017
Lihat Lebih Banyak
Sadarlah!—2019
g19 No. 2 hlm. 6-7
Seorang anak laki-laki membuang sampah di tong sampah

PELAJARAN 2

Rendah Hati

APA ITU?

Orang yang rendah hati selalu menghormati orang lain. Mereka tidak sombong dan tidak berharap diperlakukan dengan istimewa. Orang yang rendah hati benar-benar peduli kepada orang lain dan mau belajar dari mereka.

Ada yang merasa bahwa sifat rendah hati itu suatu kelemahan. Tapi sebenarnya, sifat ini bisa membantu seseorang menyadari kesalahan dan mengakui kekurangannya. Jadi, sifat rendah hati bukan kelemahan tapi kekuatan.

MENGAPA ITU PENTING?

  • Bermanfaat sewaktu berurusan dengan orang lain. ”Orang yang rendah hati biasanya lebih mudah berteman dengan orang lain,” kata buku The Narcissism Epidemic. Buku itu juga menambahkan bahwa orang yang rendah hati ”lebih mudah bergaul dengan orang-orang dari berbagai latar belakang”.

  • Bermanfaat saat anak Anda dewasa. Kalau Anda dari sekarang mengajar anak untuk rendah hati, dia akan merasakan manfaatnya bahkan di masa depan, misalnya saat melamar pekerjaan. Dr. Leonard Sax menulis, ”Waktu wawancara kerja, seorang anak muda biasanya sulit mendapat pekerjaan jika dia menganggap dirinya terlalu hebat dan tidak sadar bahwa dia punya kekurangan. . . . Tapi, kalau seorang anak muda benar-benar ingin tahu apa yang diinginkan perusahaan, dia punya kesempatan yang lebih besar untuk diterima.”a

CARA MENGAJARKANNYA

Bantu anak untuk tidak merasa diri hebat.

PRINSIP ALKITAB: ”Kalau ada yang merasa diri penting padahal dia bukan siapa-siapa, dia membohongi diri sendiri.”​—Galatia 6:3.

  • Hindari kata-kata penyemangat yang berlebihan. Kata-kata seperti ”Semua mimpimu pasti akan jadi kenyataan” dan ”Kamu bisa jadi apa pun yang kamu mau” kedengarannya memang bagus. Tapi kenyataannya tidak selalu begitu. Anak Anda kemungkinan akan lebih bahagia kalau punya cita-cita yang masuk akal dan berupaya untuk meraihnya.

  • Berikan pujian yang spesifik. Anak Anda akan sulit rendah hati kalau Anda memuji mereka hanya dengan kata-kata seperti ”Kamu hebat”. Pujilah tindakan tertentu yang dia lakukan.

  • Batasi penggunaan media sosial anak Anda. Orang-orang suka memamerkan bakat dan kehebatan mereka di media sosial. Hal itu sangat bertolak belakang dengan sifat rendah hati.

  • Ajari anak untuk segera meminta maaf. Kalau anak Anda berbuat salah, bantu dia untuk menyadari kesalahannya dan meminta maaf.

Tanamkan rasa penghargaan.

PRINSIP ALKITAB: ”Teruslah bersyukur.”​—Kolose 3:15.

  • Menghargai ciptaan. Anak-anak perlu diajar bahwa hidup kita sangat bergantung pada alam. Misalnya, kita butuh udara, air, dan makanan untuk hidup. Contoh seperti ini bisa Anda gunakan untuk menanamkan rasa syukur dan penghargaan kepada Sang Pencipta yang telah membuat begitu banyak hal yang luar biasa.

  • Menghargai orang lain. Ingatkan anak Anda bahwa setiap orang sebenarnya punya kelebihan masing-masing. Jadi, daripada iri dengan kelebihan orang lain, lebih baik dia belajar dari mereka.

  • Ungkapkan rasa syukur. Ajari anak Anda untuk menyatakan rasa terima kasih, bukan hanya di bibir saja tapi memang tulus dari hati. Bisa dikatakan, punya rasa syukur adalah ciri orang yang rendah hati.

Ajari anak tentang pentingnya menolong sesama.

PRINSIP ALKITAB: ”Dengan rendah hati, anggaplah orang lain lebih tinggi daripada kalian, dan perhatikanlah kepentingan orang lain, bukan kepentingan diri sendiri saja.”​—Filipi 2:3, 4.

  • Beri tugas kepada anak Anda. Kalau anak Anda tidak diberi tugas di rumah, itu sama seperti Anda bilang kepadanya, ’Kamu lakukan yang lain saja. Ini tidak penting!’ Padahal, tugas rumah lebih penting daripada bermain. Jelaskan bahwa melakukan tugas di rumah itu bermanfaat untuk orang lain. Jelaskan juga bahwa orang lain akan menghargai apa yang dia lakukan.

  • Tekankan bahwa menolong sesama itu hal yang istimewa. Supaya seorang anak bisa berpikiran dewasa, mereka perlu belajar untuk menolong sesama. Jadi, bantu anak Anda untuk lebih peka terhadap kebutuhan orang lain. Bahas dengan mereka apa yang bisa dilakukan untuk menolong yang lain. Lalu, puji dan dukung anak Anda sewaktu dia melakukannya.

a Dari buku The Collapse of Parenting.

Seorang anak laki-laki membuang sampah di tong sampah

LATIH SEJAK KECIL

Kalau anak terbiasa melakukan pekerjaan rumah yang dianggap remeh, dia bisa lebih mudah bekerja sama dengan orang lain sewaktu dewasa

Untuk Dipikirkan Orang Tua

  • Apakah saya menceritakan kepada anak saya bahwa kadang saya juga butuh bantuan orang lain?

  • Kalau saya berbicara tentang orang lain, apakah saya membicarakan hal yang positif atau hal yang negatif?

  • Apakah anak saya tahu bahwa saya suka menolong orang lain?

Pengalaman

”Putri kami cerita bahwa teman sekelasnya kasar kepada yang lain sehingga anak itu tidak disukai. Saya minta putri kami untuk memikirkan masalah apa saja yang mungkin dihadapi anak itu di rumah, karena banyak orang punya masalah dalam keluarga. Putri kami jadi sadar bahwa dirinya tidak lebih baik dari yang lain. Kebetulan saja keadaan keluarga kami lebih baik.”​—Karen.

”Kami ingin anak-anak kami menyukai pelajaran di sekolah. Kami ingatkan mereka untuk melakukan sebisa-bisanya, tanpa perlu bersaing dengan yang lain di sekolah. Kami juga beri tahu mereka bahwa kami tidak akan membanding-bandingkan mereka dengan anak lain.”​—Marianna.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan