PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • sg pel. 30 hlm. 149-153
  • Perkembangan yang Berpautan dari Sebuah Khotbah

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Perkembangan yang Berpautan dari Sebuah Khotbah
  • Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • **********
  • Menyusun Rangka
    Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Nasihat yang Membina
    Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Pengembangan Bahan Secara Logis
    Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Membuat Rangka
    Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
Lihat Lebih Banyak
Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
sg pel. 30 hlm. 149-153

Pelajaran 30

Perkembangan yang Berpautan dari Sebuah Khotbah

1-3. Peranan apa dimiliki oleh perpautan dalam sebuah khotbah, dan bagaimana itu dapat dicapai?

1 Khotbah yang berpautan secara logis adalah khotbah yang mudah diikuti hadirin. Sebaliknya, jika tidak ada perpautan, perhatian mereka segera akan hilang. Jelas, hal ini patut diperhatikan dengan serius apabila saudara mempersiapkan khotbah; maka ”Perpautan melalui kata-kata sambung” dimuat pada lembaran Nasihat Khotbah sebagai suatu hal yang patut saudara pertimbangkan dengan saksama.

2 Perpautan berarti terikat bersama di dalamnya, bagian-bagian yang diikat bersama dipersatukan sehingga seluruhnya menjadi logis. Kadang-kadang ini tercapai sebagian besar hanya dengan mengatur bagian-bagiannya dalam urutan yang logis. Tetapi dalam kebanyakan khotbah ada bagian-bagian yang perlu dihubungkan terlepas dari bahan yang sudah diatur secara sederhana. Dalam hal itu dibutuhkan jembatan dari satu pokok ke pokok lain. Kata-kata atau ungkapan-ungkapan digunakan untuk menunjukkan hubungan antara gagasan-gagasan yang baru dengan yang sudah ada sebelumnya, dengan demikian mengisi kekosongan yang disebabkan oleh perubahan dalam waktu atau sudut pandangan. Inilah yang disebut perpautan melalui kata-kata sambung.

3 Sebagai contoh, kata pengantar, isi serta penutup dari khotbah saudara merupakan bagian-bagian yang terpisah dari khotbah, berbeda satu sama lain, tetapi bagian-bagian ini harus dipersatukan dengan erat melalui peralihan-peralihan. Selain itu, dalam suatu khotbah pokok-pokok utama perlu diikat bersama, teristimewa jika isi buah pikirannya tidak terlalu berhubungan satu sama lain. Atau kadang-kadang hanya kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf saja yang membutuhkan kata-kata sambung.

4-7. Apa yang dimaksud dengan menggunakan kata-kata peralihan?

4 Penggunaan pernyataan-pernyataan peralihan. Sering kali sebuah jembatan antara gagasan-gagasan dapat dibuat hanya dengan menggunakan kata-kata atau ungkapan penyambung yang tepat. Beberapa di antaranya adalah: juga, selain itu, lebih jauh, lagi pula, demikian pula, serupa dengan itu, maka, jadi, karena alasan itu, mengingat itu tadi, berdasarkan hal itu, setelah itu, namun, sebaliknya, bertentangan dengan itu, sebelumnya, sampai sekarang, dan sebagainya. Kata-kata tersebut dengan jitu menghubungkan kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf.

5 Namun, sifat khotbah ini sering menuntut lebih banyak daripada sekedar kata-kata sambung yang sederhana. Bila satu kata atau ungkapan tidak cukup, diperlukan peralihan yang sepenuhnya menuntun hadirin untuk menyeberangi jurang itu. Ini mungkin sebuah kalimat yang lengkap atau bahkan penambahan satu buah pikiran peralihan yang diungkapkan dengan lebih lengkap.

6 Satu cara untuk membentuk jembatan-jembatan seperti itu adalah dengan mencoba menerapkan pokok yang sebelumnya sebagai bagian dari pengantar kepada apa yang menyusul berikutnya. Sering kali ini dilakukan dalam persembahan dari rumah ke rumah.

7 Selanjutnya, bukan hanya pokok-pokok yang berurutan saja yang harus diikat bersama, tetapi kadang-kadang pokok-pokok yang terpisah lebih jauh satu sama lain dalam khotbah. Misalnya, penutup sebuah khotbah harus dijalin dengan kata pengantarnya. Mungkin suatu gagasan atau ilustrasi yang dikemukakan pada permulaan suatu khotbah harus dijalin dengan kata pengantarnya. Mungkin suatu gagasan atau ilustrasi yang dikemukakan pada permulaan suatu khotbah dapat diterapkan sedemikian rupa dalam kata penutup sehingga akan menggerakkan atau menunjukkan lebih jauh hubungan antara ilustrasi atau gagasan itu dengan tujuan dari khotbah. Memasukkan kembali suatu segi tertentu dari ilustrasi atau gagasan dengan cara ini berfungsi sebagai penyambung dan menghasilkan perpautan.

8. Bagaimana hadirin dipengaruhi oleh peralihan untuk perpautan?

8 Perpautan memadai bagi hadirin. Banyaknya sambungan dalam suatu taraf tertentu ditentukan oleh hadirin saudara. Ini tidak berarti bahwa ada hadirin yang tidak memerlukan peralihan. Melainkan, hadirin tertentu membutuhkan lebih banyak karena mereka kurang mengenal gagasan-gagasan yang harus dihubungkan satu sama lain. Misalnya, saksi-saksi Yehuwa dengan mudah akan menghubungkan ayat mengenai akhir sistem yang jahat sekarang ini dengan ayat yang berbicara mengenai Kerajaan. Tetapi bagi seseorang yang menganggap Kerajaan sebagai keadaan pikiran atau sesuatu dalam hati, pertaliannya tidak akan begitu cepat dimengerti dan suatu gagasan peralihan harus dimasukkan untuk menjelaskan hubungannya. Kegiatan kita dari rumah ke rumah senantiasa menuntut adanya penyesuaian demikian.

**********

9-13. Apa artinya perkembangan yang logis, dan apa dua cara dasar untuk mengembangkan suatu argumen?

9 Suatu segi dalam khotbah yang erat hubungannya adalah ”Perkembangannya logis, berpautan”, dan ini juga dimuat dalam lembaran nasihat. Ini adalah satu syarat utama agar khotbah kita meyakinkan.

10 Apa artinya logika? Sehubungan dengan pembahasan kita, dapat dikatakan bahwa logika adalah ilmu berpikir dengan tepat atau cara berpikir yang benar. Logika memberikan pengertian, karena melalui itulah suatu pokok diterangkan menurut bagian-bagiannya yang berhubungan. Logika memperlihatkan mengapa bagian-bagian tersebut bertindak dan berpautan bersama. Perkembangannya berpautan jika jalan pikirannya mengikuti perkembangan secara bertahap, sedemikian rupa sehingga semua bagian dipersatukan secara berurutan. Perkembangan yang logis, dalam beberapa kemungkinannya, bisa saja berupa urutan menurut pentingnya, menurut urutan kronologis atau dari satu problem menuju kepada pemecahannya.

11 Ada dua metode dasar yang dapat diikuti dalam memperkembangkan argumen. (1) Taruhlah kebenaran langsung di hadapan hadirin, berikan fakta-fakta untuk menunjangnya. (2) Seranglah suatu pendapat yang salah, yang setelah ditumbangkan, akan membiarkan kebenaran menyatakan diri. Kini kita hanya tinggal menerapkan dengan tepat kebenaran-kebenaran yang sedang dibicarakan.

12 Tidak ada dua pembicara yang akan mempunyai jalan pikiran yang tepat sama. Contoh yang sempurna mengenai berbagai cara pendekatan kepada pokok yang sama adalah dalam penulisan keempat Injil. Empat murid Yesus menulis kisah tentang pelayanannya secara terpisah. Masing-masing berbeda, namun semuanya menulis bahan yang masuk akal dan logis. Masing-masing memperkembangkan bahannya untuk mencapai tujuan tertentu dan masing-masing berhasil.

13 Dalam hubungan ini penasihat harus dapat melihat tujuan saudara dan berusaha menilai urutan pikiran saudara atas dasar apakah tujuannya tercapai atau tidak. Saudara dapat membantu dia, dan hadirin saudara, dengan membuat tujuan saudara jelas, khususnya dalam cara saudara mengantarkan bahan dan kemudian menerapkannya dalam kata penutup.

14, 15. Tunjukkan mengapa bahan dalam urutan yang masuk akal begitu penting?

14 Bahan dalam urutan yang masuk akal. Pertama-tama, dalam hal menyusun bahan atau rangka, pastikan agar tidak ada pernyataan atau gagasan yang dimasukkan tanpa membubuh dasar tertentu untuk itu. Senantiasa ajukanlah pertanyaan ini kepada diri saudara sendiri: Hal paling wajar apakah yang dapat dikatakan sesudah ini? Sampai di sini, pertanyaan apa yang paling logis yang dapat diajukan? Setelah mengemukakan pertanyaan ini, jawablah. Hadirin saudara seharusnya selalu dapat mengatakan, ”Dari apa yang telah saudara katakan tadi, saya dapat melihat bahwa pokok itu demikian.” Jika tidak ada dasar yang diletakkan, pokok tersebut biasanya akan dianggap tidak sesuai dengan urutan yang logis. Ada sesuatu yang kurang.

15 Dalam menyusun bahan, saudara harus meninjau bagian-bagian yang memang bergantung satu sama lain. Saudara harus berusaha melihat hubungan yang ada antara bagian-bagian demikian dan kemudian menyusunnya sesuai dengan itu. Ini sedikit banyak dapat diumpamakan seperti membangun sebuah rumah. Tidak ada pembangun yang akan mencoba mendirikan tembok-tembok tanpa meletakkan dasar terlebih dahulu. Ia juga tidak akan memasang pipa-pipa ledeng sesudah ia menambal semua tembok-temboknya. Demikianlah seharusnya dalam menyusun khotbah. Setiap bagian harus menyumbang dalam membentuk seluruh bangunan yang kokoh dan padat, masing-masing menurut urutannya, masing-masing menambahkan pada bagian yang terdahulu dan membuka jalan untuk bagian-bagian yang menyusul. Saudara harus selalu mempunyai alasan untuk urutan yang saudara gunakan dalam mengemukakan fakta-fakta yang terdapat dalam khotbah saudara.

16-20. Bagaimana seseorang dapat yakin bahwa ia mempunyai bahan yang berpautan dalam khotbahnya?

16 Hanya menggunakan bahan yang berpautan. Setiap pokok yang saudara gunakan harus diikat erat kepada khotbah. Kalau tidak, pokok itu akan kelihatan tidak berpautan, tidak cocok. Pokok itu akan merupakan bahan yang tidak ada sangkut pautnya, artinya, tidak mempengaruhi atau bertalian dengan pokok pembicaraan.

17 Namun, penasihat saudara tidak akan sesukanya menyebut sesuatu tidak bertalian, jika hal itu diikat ke dalam khotbah dengan baik, meskipun dari luar mungkin nampaknya tidak ada sangkut-pautnya. Mungkin saudara telah memilih pokok demikian untuk tujuan khusus, dan jika itu cocok dengan tema, dijadikan bagian dari khotbah, serta dimasukkan ke dalam urutan yang logis, penasihat saudara akan menerimanya.

18 Bagaimanakah bahan yang tidak bertalian dapat langsung dan dengan mudah diketahui pada waktu menyiapkan khotbah? Di sini rangka menurut pokok pembicaraan sangat efektif. Rangka ini membantu menggolongkan keterangan-keterangan saudara. Cobalah memakai kartu-kartu atau sesuatu yang serupa, dengan mencantumkan semua bahan yang bertalian pada setiap kartu. Sekarang, aturlah kembali kartu-kartu ini menurut urutan yang wajar yang menurut saudara bahan-bahan itu biasanya akan dipersembahkan. Ini tidak saja membantu dalam menentukan pendekatan apa yang harus dibuat kepada pokok itu, melainkan juga akan membantu mengenali hal-hal yang tidak bertalian dengan tema. Pokok-pokok yang tidak sesuai dalam urutan harus diatur kembali supaya akhirnya benar-benar cocok, jika itu memang perlu untuk argumennya. Tetapi, jika itu tidak perlu, sebaiknya dibuang saja karena tidak berpautan dengan tema.

19 Dari sini dapat segera dilihat bahwa tema khotbah, yang dipilih dengan mengingat hadirin serta tujuan yang hendak dicapai, itulah yang mengatur dalam menentukan apakah suatu pokok berpautan. Dalam keadaan-keadaan tertentu suatu pokok mungkin perlu sekali untuk mencapai tujuan saudara, bergantung kepada latar belakang hadirin, sedangkan, untuk hadirin yang lain atau dengan tema yang lain, pokok itu bisa jadi tidak diperlukan atau sama sekali tidak bertalian.

20 Mengingat ini, seberapa lengkapkah seharusnya bahan yang ditugaskan kepada saudara? Perkembangan yang logis dan berpautan jangan dikorbankan hanya untuk memasukkan setiap pokok yang mungkin termasuk dalam penugasan saudara. Namun, sebaiknya pilihlah latar yang memungkinkan saudara untuk memasukkan sebanyak mungkin daripadanya asalkan praktis, karena khotbah-khotbah latihan merupakan bagian yang bersifat pengajaran dari penyelenggaraan sekolah. Tetapi, gagasan-gagasan yang penting untuk memperkembangkan tema sebagai pokok-pokok kunci tidak boleh disisihkan.

21. Mengapa sangat penting agar gagasan-gagasan kunci tidak dihilangkan?

21 Tidak menghilangkan gagasan-gagasan kunci. Bagaimana saudara dapat tahu apakah suatu gagasan merupakan gagasan kunci atau tidak? Hal itu perlu jika saudara tidak dapat melaksanakan tujuan dari khotbah tanpa gagasan itu. Ini khususnya benar dalam perkembangan yang logis dan berpautan. Sebagai contoh, apa gunanya jika seorang pemborong membangun sebuah rumah bertingkat dua bagi saudara dan melupakan tangganya? Demikian pula, sebuah khotbah yang beberapa pokok pentingnya dihilangkan, perkembangannya tidak akan logis serta berpautan. Ada sesuatu yang kurang dan beberapa dari antara hadirin tidak akan dapat mengikuti saudara. Tetapi hal itu tidak terjadi apabila suatu khotbah berpautan dan logis perkembangannya.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan