PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • te psl. 8 hlm. 35-38
  • Sesama Yang Baik

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Sesama Yang Baik
  • Mendengar kepada Guru yang Agung
  • Bahan Terkait
  • Pelajaran Mengenai Kebaikan Hati
    Belajarlah dari sang Guru Agung
  • Orang Samaria yang Baik Hati
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
  • Cara Yesus Mengajar
    Buku Cerita Alkitab
  • Menjadi Seperti ”Orang Samaria yang Baik Hati”—Apa Maksudnya?
    Pertanyaan Alkitab Dijawab
Lihat Lebih Banyak
Mendengar kepada Guru yang Agung
te psl. 8 hlm. 35-38

Pasal 8

Sesama Yang Baik

TAHUKAH engkau seseorang yang warna kulitnya berbeda dengan warna kulitmu?⁠— Di beberapa tempat warna kulit dari kebanyakan orang hitam atau coklat. Di tempat2 lain, hampir setiap orang kulitnya putih. Mereka sudah dilahirkan begitu.

Apakah hal itu membuat engkau lebih unggul dari pada orang lain jika engkau mempunyai warna kulit yang berbeda dengan mereka?⁠— Apakah seorang yang warna kulitnya hitam dapat berpikir bahwa dia lebih baik dari pada seorang yang kulitnya putih? Atau apakah seseorang dengan warna kulit putih merasa bahwa dia lebih baik dari seseorang yang kulitnya hitam? Bagaimana pikiranmu?⁠—

Jika kita mendengar kepada Guru yang Agung, Yesus Kristus, kita akan ramah terhadap setiap orang. Tidak menjadi soal asal bangsa atau warna kulit seseorang. Kita hendaknya mengasihi segala macam orang. Inilah yang diajarkan oleh Yesus.

Pada suatu hari seorang Yahudi datang kepada Yesus untuk mengajukan suatu pertanyaan yang sukar. Pikir orang itu, Yesus tidak mengetahui jawabannya. Ia berkata: ’Apa yang aku harus lakukan supaya dapat hidup kekal se-lama2nya?’

Ini adalah sebuah pertanyaan yang mudah bagi Guru yang Agung. Tetapi sebaliknya dari pada menjawabnya sendiri, Yesus bertanya kepada orang itu: ’Apa yang harus dilakukan menurut hukum Allah?’

Orang itu menjawab, ’Hukum Allah mengatakan, ”Engkau harus mengasihi Yehuwa Allahmu dengan segenap hatimu, dan engkau harus mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”’

Yesus berkata: ’Jawabanmu itu benar. Teruslah perbuat ini dan engkau akan memperoleh hidup yang kekal.’

Tetapi orang itu tidak mau mengasihi setiap orang. Maka ia mencoba mencari dalih. Ia bertanya kepada Yesus: ”Siapakah sesamaku manusia?” Bagaimana engkau akan menjawab pertanyaan itu? Siapakah sebenarnya sesamamu manusia itu?⁠—

Orang itu ingin Yesus mengatakan: ’Sesamamu itu adalah sahabat2mu.’ Tetapi bagaimana dengan orang2 lain? Apakah mereka juga sesama kita?⁠—

Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan ini, Yesus menuturkan sebuah cerita. Cerita ini mengenai seorang Yahudi dan seorang Samaria. Beginilah ceritanya:

Ada seorang laki2 sedang berjalan dari kota Yerusalem ke kota Yerikho. Orang ini adalah seorang Yahudi. Seraya ia berjalan, datang gerombolan merampok dia. Mereka memukulnya, dan mengambil uang dan pakaiannya. Perampok2 itu memukulinya terus dan meninggalkan dia di sisi jalan dalam keadaan pingsan.

Tidak berapa lama kemudian, lewatlah seorang imam di jalan itu. Ia melihat orang tersebut yang luka parah. Apa yang dilakukannya? Apa yang engkau akan lakukan?⁠—

Imam itu hanya lewat saja melalui sisi lain dari jalan itu. Bahkan berhentipun tidak. Ia tidak berbuat apa2 untuk membantu orang itu.

Kemudian lewat lagi seorang yang sangat saleh melalui jalan itu. Ia seorang Lewi, yang bertugas di bait di Yerusalem. Apakah ia akan berhenti untuk menolong? Ia melakukan persis sama seperti imam tadi. Dia tidak memberikan bantuan. Apakah itu perkara yang benar untuk dilakukan?

Akhirnya seorang Samaria datang melalui jalan itu. Ia melihat orang Yahudi itu terbaring di sana dalam keadaan luka parah. Nah, kebanyakan orang Samaria dan orang Yahudi tidak menyukai satu sama lain. Maka apakah orang Samaria ini akan meninggalkan orang itu tanpa membantunya? Apakah ia akan mengatakan kepada dirinya sendiri: ’Mengapa saya harus menolong orang Yahudi ini? Bukankah dia tidak akan menolong saya jika saya juga terluka?’

Nah, orang Samaria itu memandang kepada orang yang terbaring di sisi jalan itu, dan ia merasa sangat kasihan kepadanya. Dia tidak sampai hati meninggalkan dia dan membiarkan dia mati di sana.

Maka orang Samaria itu turun dari hewan tunggangannya. Ia mendekati orang itu, dan mulai mengurus luka2nya itu. Ini akan membantu luka2 itu sembuh. Kemudian dia membalut luka2 itu dengan sehelai kain.

Dengan hati2 orang Samaria itu mengangkat orang yang terluka itu ke atas hewan tunggangannya. Dan dengan per-lahan2 mereka berjalan melalui jalanan itu sampai kepada sebuah penginapan, atau sebuah hotel yang kecil. Di sini orang Samaria itu menyediakan tempat tinggal untuk orang itu, dan ia betul2 memeliharanya.

Sekarang Yesus bertanya kepada orang itu, kepada siapa ia sedang berbicara: ’Siapakah di antara ketiga orang ini yang engkau pikir yang baik terhadap sesamanya?’ Bagaimana engkau akan menjawabnya? Apakah itu sang imam, orang Lewi atau orang Samaria itu?⁠—

Orang itu menjawab: ’Orang Samaria itu adalah sesama manusia yang baik. Ia berhenti dan mengurus orang yang luka2 itu.’

Yesus berkata: ’Engkau benar. Maka pergilah dan lakukanlah hal yang demikian dengan dirimu.’—Lukas 10:25-37.

Bukankah itu suatu cerita yang bagus?⁠— Cerita itu menjelaskan siapakah sesama kita itu. Sesama kita bukanlah hanya sahabat2 kita yang dekat. Sesama kita bukan hanya orang2 dari negeri kita sendiri, atau orang2 yang mempunyai warna kulit yang sama seperti kita. Sesama kita adalah segala macam orang.

Jadi, jika engkau melihat seseorang terluka, apa yang engkau akan lakukan?⁠— Bagaimana jika orang itu dari negeri yang lain atau mempunyai warna kulit yang berbeda dengan engkau?⁠— Ia tetap sesamamu. Maka engkau harus menolongnya. Jika engkau merasa terlalu kecil untuk menolong, maka engkau dapat meminta saya untuk menolong. Atau engkau dapat memanggil seorang polisi, atau seorang guru sekolah. Begitulah menjadi seperti orang Samaria itu.

Guru yang Agung ingin kita baik-budi. Ia ingin kita suka menolong orang2 lain, tidak soal siapapun mereka itu adanya. Itulah sebabnya ia menuturkan cerita mengenai seorang yang mengasihi sesamanya.

(Mengenai bagaimana hendaknya kita memandang orang2 lain dan suku dan bangsa lain, bacalah juga Kisah 35; 17:26; Matius 5:44-48.)

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan