PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yp psl. 6 hlm. 50-55
  • Mengapa Begitu Sulit untuk Cocok Dengan Kakak-Adik Saya?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengapa Begitu Sulit untuk Cocok Dengan Kakak-Adik Saya?
  • Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Memadamkan Api
  • ‘Itu Tidak Adil!’
  • Kakak-Adik—Suatu Berkat
  • Mengapa Begitu Sulit untuk Bisa Cocok dengan Kakak dan Adik Saya?
    Sedarlah!—1987 (No. 22)
  • Bagaimana Aku Bisa Keluar dari Bayang-Bayang Saudaraku?
    Sedarlah!—2003
  • Bagaimana Aku Bisa Akur dengan Kakak-Adikku?
    Sedarlah!—2010
  • Bagaimana Aku Bisa Akur dengan Kakak-Adikku?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 1
Lihat Lebih Banyak
Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis
yp psl. 6 hlm. 50-55

Pasal 6

Mengapa Begitu Sulit untuk Cocok dengan Kakak-Adik Saya?

PERSAINGAN antar saudara kandung—sudah ada sejak Kain dan Habel. Bukan berarti anda membenci kakak atau adik anda. Seorang remaja mengakui: “Jauh dalam lubuk hati saya, entah bagaimana, saya kira saya mengasihi kakak laki-laki saya. Agaknya, begitulah.”

Mengapa permusuhan begitu sering mengintai di balik hubungan antar kakak-adik? Seorang penulis, Harriet Webster, mengutip kata-kata seorang konsultan keluarga, Claudia Schweitzer: “Setiap keluarga memiliki sumber-sumber dalam jumlah tertentu, ada yang bersifat emosional dan ada yang bersifat material.” Webster menambahkan: “Apabila kakak-adik berkelahi, biasanya mereka bersaing untuk mendapatkan sumber-sumber ini, termasuk apa saja mulai dari kasih orang-tua hingga uang dan pakaian.” Sebagai contoh, Camille dan kelima saudara laki-laki dan perempuannya, berbagi tiga kamar. “Kadang-kadang saya ingin sendirian,” kata Camille, “dan saya ingin mengunci kamar, tetapi mereka selalu ada di dalam.”

Pertengkaran dapat pula terjadi sehubungan dengan hak-hak istimewa dan tanggung jawab rumah tangga. Anak yang lebih tua mungkin kesal karena diharapkan melakukan bagian terbesar dari pekerjaan di rumah. Anak yang lebih muda mungkin merajuk karena diatur oleh kakaknya atau merasa iri jika kakaknya mendapatkan hal-hal yang mereka inginkan. ‘Kakak perempuan saya belajar mengemudi mobil dan saya tidak boleh,’ demikian keluh seorang gadis remaja dari Inggris. ‘Saya merasa kesal dan mencoba mempersulit dia.’

Kadang-kadang ketidakcocokan antar saudara hanya karena perbedaan kepribadian. Diana yang berumur 17 tahun berkata mengenai adiknya: “Jika anda setiap hari bertemu, dari hari ke hari . . . Dan jika anda melihat orang yang sama setiap hari melakukan hal yang anda benci—pasti anda jengkel.” Remaja Andre menambahkan: “Bila anda di rumah . . . , anda membawakan diri sebagaimana adanya.” Persoalannya, “membawakan diri sebagaimana adanya” sering berarti mengabaikan tata krama, kebaikan dan kebijaksanaan.

Sikap pilih kasih dari orang-tua (‘Ibu paling sayang kepadamu!’) merupakan penyebab lain dari pertengkaran yang umum antar saudara. Profesor psikologi Lee Salk mengakui: “Tidak mungkin seorang-tua dapat mengasihi setiap anaknya persis sama karena mereka [anak-anak] adalah manusia yang berbeda dan pasti mendatangkan tanggapan yang berbeda dari kami [orang-tua].” Hal ini benar pada zaman Alkitab. Sang datuk Yakub (Israel) “lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain.” (Kejadian 37:3) Saudara-saudara Yusuf menjadi sangat iri kepadanya.

Memadamkan Api

“Bila kayu habis, padamlah api.” Demikian kata Amsal 26:20. Supaya api dari kebakaran hutan tidak menyebar sering dibuat daerah pemutus api, yaitu dengan menebang pohon-pohon di suatu daerah yang sempit memanjang. Jika api mulai menjalar, biasanya ia hanya akan sampai pada titik itu dan kemudian padam. Demikian pula, ada cara-cara untuk mencegah—atau paling tidak membatasi—ketidakcocokan. Salah satu adalah berkomunikasi dan mencari jalan keluar bersama sebelum pertengkaran terjadi.

Sebagai contoh, apakah problemnya mengenai kurangnya keleluasaan pribadi? Jika demikian, pada waktu persoalan ini tidak sedang hangat, cobalah duduk bersama dan membuat jadwal. (‘Kamar ini milik saya sendiri pada hari-hari/jam-jam ini, dan milikmu pada hari-hari/jam-jam ini.’) Kemudian “jika ya, hendaklah benar-benar: ya, jika tidak hendaklah benar-benar: tidak” dengan menghormati persetujuan itu. (Matius 5:37, NW) Jika sesuatu terjadi sehingga dibutuhkan penyesuaian, beri tahu pihak lain sebelumnya, jangan langsung saja memaksakan perubahan itu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Apakah anda mempertengkarkan hak-hak milik? Seorang remaja mengeluh: “Adik tiri perempuan saya menggunakan barang milik saya tanpa tanya dulu. Ia bahkan menggunakan makeup saya, dan kemudian berani mengatakan bahwa saya membeli jenis yang salah!” Anda dapat meminta orang-tua menjadi penengah yang akan memberi keputusan akhir. Tetapi, lebih baik lagi, pada waktu yang tenang duduklah bersama kakak atau adik anda. Sebaliknya dari bertengkar mempersoalkan “hak-hak” pribadi, hendaklah “suka memberi dan membagi.” (1 Timotius 6:18) Berupayalah membuat persetujuan mengenai aturan pinjam-meminjam, mungkin salah satunya adalah keharusan untuk selalu bertanya dahulu sebelum meminjam. Carilah jalan tengah jika perlu. Dengan demikian anda dapat melihat ‘api padam’ sebelum mulai menyala!

Tetapi, bagaimana jika kepribadian kakak atau adik selalu menjengkelkan anda? Sadarilah bahwa sedikit yang dapat anda lakukan untuk mengubah orang itu. Jadi belajarlah “menaruh sabar sama sendiri dengan kasih.” (Efesus 4:2, Bode) Daripada memperbesar kelemahan dan kesalahan kakak atau adik, terapkanlah kasih Kristen, yang “menutupi banyak sekali dosa.” (1 Petrus 4:8) Daripada bersikap kasar atau jahat, buanglah “marah, geram, kejahatan, fitnah,” dan “hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih.”—Kolose 3:8; 4:6.

‘Itu Tidak Adil!’

“Adik perempuan saya mendapatkan segala sesuatu yang ia minta,” keluh seorang remaja. “Tetapi saya, saya sama sekali tidak diperhatikan.” Demikiankah halnya dengan anda? Tetapi perhatikan kedua kata mutlak ini, “segala sesuatu” dan “sama sekali.” Apakah keadaannya benar-benar demikian menyedihkan? Kemungkinan tidak. Dan bahkan jika benar demikian, apakah masuk akal untuk mengharapkan perlakuan yang mutlak sama untuk dua pribadi yang berbeda? Tentu tidak! Orang-tua anda mungkin sekedar menanggapi kebutuhan dan sifat-sifat pribadi anda.

Tetapi bukankah tidak adil jika orang-tua lebih menyukai anak tertentu? Tidak selalu. Ingat bagaimana Yakub lebih menyukai putranya Yusuf. Alasannya? Karena Yusuf adalah putra dari istrinya yang tercinta Rahel, yang telah meninggal. Tidakkah dapat dimengerti dan masuk akal bahwa Yakub memiliki perasaan sangat istimewa terhadap putranya yang satu ini? Tetapi kasih Yakub untuk Yusuf tidak berarti ia mengabaikan putra-putranya yang lain, karena ia menyatakan keprihatinan yang sungguh-sungguh atas kesejahteraan mereka. (Kejadian 37:13, 14) Dengan demikian, perasaan iri saudara-saudara Yusuf tidak beralasan!

Demikian pula halnya orang-tua anda yang mungkin lebih akrab kepada kakak atau adik anda, mungkin karena mempunyai minat yang sama, kepribadian yang serupa, atau faktor-faktor lain. Ini tidak berarti bahwa mereka tidak mengasihi anda. Jika anda merasa kesal atau iri, sadarilah bahwa hati anda yang tidak sempurna telah menguasai anda. Berupayalah mengatasi perasaan-perasaan seperti itu. Asalkan kebutuhan-kebutuhan anda terpenuhi, mengapa harus merasa terganggu jika kakak atau adik anda tampaknya mendapat perhatian istimewa?

Kakak-Adik—Suatu Berkat

Ini kadang-kadang mungkin tampaknya sulit dipercayai—terutama jika mereka menjengkelkan anda. Tetapi remaja Diana mengingatkan kita: “Menyenangkan mempunyai kakak dan adik.” Ia mempunyai tujuh. “Ada teman untuk berbicara dan membagi kesenangan.”

Anne Marie dan saudara laki-lakinya Andre menambahkan: “Meskipun anda dapat bepergian bersama teman-teman anda, anda selalu memiliki kakak dan adik. Mereka selalu bisa diajak jika anda ingin bermain atau berolah raga atau pergi rekreasi.” Donna melihat keuntungan lain yang praktis: “Anda memiliki teman untuk berbagi tugas-tugas rumah.” Yang lainnya menggambarkan kakak-adik mereka sebagai “penasihat dan pendengar khusus” dan seseorang yang “mau mengerti.”

Dalam kehidupan di kemudian hari, anda akan mengalami beberapa problem yang persis sama dengan orang-orang lain seperti yang sekarang anda hadapi dengan kakak atau adik anda. Iri hati, hak milik, perlakuan tidak sama, tidak ada keleluasaan pribadi, sifat egois, perbedaan kepribadian—problem-problem tersebut merupakan bagian dari kehidupan. Belajar hidup rukun dengan kakak-adik anda merupakan pelatihan yang bagus dalam bidang hubungan masyarakat.

Andre yang berusia 17 tahun menggemakan kata-kata Alkitab di 1 Yohanes 4:20 ketika ia berkata: “Jika anda tidak dapat berdamai dengan orang-orang yang dapat anda lihat, bagaimana anda dapat berdamai dengan Yehuwa, yang tidak dapat anda lihat?” Ketidakcocokan dengan kakak-adik anda dapat terjadi dari waktu ke waktu. Tetapi anda dapat belajar berbagi, berkomunikasi, dan berkompromi. Bagaimana hasil dari upaya demikian? Bisa jadi anda akan merasa bahwa memiliki kakak atau adik ternyata tidak seburuk yang anda kira.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Diskusi

◻ Mengapa kakak-adik sering bentrok?

◻ Bagaimana pertengkaran memperebutkan hak-hak atau keleluasaan pribadi dapat dicegah?

◻ Mengapa orang-tua kadang-kadang lebih menyukai anak tertentu? Apakah menurut anda ini selalu tidak adil?

◻ Apakah menjadi anak tunggal merupakan kerugian?

◻ Sebutkan beberapa keuntungan dari memiliki kakak dan adik.

[Blurb di hlm. 52]

“Tidak mungkin seorang-tua dapat mengasihi setiap anaknya persis sama karena mereka manusia yang berbeda.”—Profesor psikologi Lee Salk

[Kotak di hlm. 54]

‘Saya Anak Tunggal’

Jika demikian keadaan anda, ini tidak berarti anda rugi. Misalnya, remaja-remaja lain merasa sulit bergaul rukun dengan kakak-adik mereka, sedangkan anda dapat memilih sendiri sahabat-sahabat anda (dengan persetujuan orang-tua anda, tentu). Anda mungkin bahkan memiliki lebih banyak waktu untuk belajar, renungan, atau mengembangkan keahlian atau bakat tertentu.—Lihat Pasal 14 mengenai kesepian.

Remaja Tomas menyebutkan suatu keuntungan lain ketika ia berkata: “Sebagai anak tunggal saya mendapatkan perhatian sepenuhnya dari orang-tua saya.” Memang, perhatian orang-tua yang berlebihan dapat membuat seorang remaja mementingkan diri. Tetapi jika orang-tua menunjukkan keseimbangan dalam hal itu, bimbingan orang-tua dapat membantu anda lebih cepat matang dan terbiasa berada di antara orang-orang dewasa.

Namun, karena tidak memiliki kakak atau adik untuk saling berbagi, ada bahaya menjadi egois. Yesus menasihati: “Berilah.” (Lukas 6:38) Cobalah berbagi hal-hal bersama teman atau sanak saudara. Perkembangkan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain, dengan menawarkan bantuan anda di mana mungkin. Orang-orang akan menanggapi kemurahan hati tersebut. Dan anda mungkin akan mendapati bahwa meskipun anda anak tunggal, anda tidak kesepian.

[Gambar di hlm. 53]

Saya sering merasa rugi tidak mempunyai saudara perempuan; tetapi saya memiliki beberapa keuntungan

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan