PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • T-20 hlm. 2-6
  • Penghiburan bagi Para Penderita Depresi

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Penghiburan bagi Para Penderita Depresi
  • Penghiburan bagi para Penderita Depresi
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Bantuan yang Mereka Butuhkan
  • Manakala Tidak Seorang Pun Mengalami Depresi Lagi
  • Bagaimana Membantu Penderita Depresi Memulihkan Sukacita
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1990
  • Mengalahkan Depresi—Cara Orang Lain Dapat Membantu
    Sedarlah!—1987 (No. 24)
  • Cara Anda Dapat Membantu
    Sedarlah!—2001
  • Bantuan dari ’Allah Penghibur’
    Sedarlah!—2009
Lihat Lebih Banyak
Penghiburan bagi para Penderita Depresi
T-20 hlm. 2-6

Penghiburan bagi Para Penderita Depresi

”Sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit.” (Roma 8:22) Umat manusia sangat menderita ketika ayat tersebut ditulis lebih dari 1.900 tahun yang lalu. Banyak orang menderita depresi. Karena itu, umat Kristen didesak, ”Hiburlah mereka yang tawar hati [”mengalami depresi”, New World Translation].”—1 Tesalonika 5:14.

Dewasa ini, kesusahan umat manusia lebih besar lagi, dan lebih banyak orang mengalami depresi. Namun apakah hal itu mengherankan kita? Seharusnya tidak, karena Alkitab menyatakan masa ini sebagai ”hari-hari terakhir” dan menyebutnya ”masa yang sukar”. (2 Timotius 3:1-5) Kristus Yesus menubuatkan bahwa selama hari-hari terakhir, ”bangsa-bangsa akan takut dan bingung” dan ”orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini”.—Lukas 21:7-11; Matius 24:3-14.

Bila orang-orang mengalami kekhawatiran, perasaan takut, kesedihan, atau emosi negatif lain yang serupa untuk waktu yang berkepanjangan, mereka sering mengalami depresi. Penyebab depresi atau kesedihan yang ekstrem bisa jadi adalah kematian seseorang yang dikasihi, perceraian, kehilangan pekerjaan, atau penyakit yang tidak kunjung sembuh. Orang juga menderita depresi bila mereka memperkembangkan perasaan bahwa dirinya tidak berguna, bila mereka merasa telah gagal dan telah mengecewakan setiap orang. Siapa pun bisa saja menjadi sangat sedih oleh karena suatu keadaan yang menekan, tetapi bila ia memperkembangkan perasaan tidak berdaya dan tidak dapat melihat jalan keluar apa pun dari suatu keadaan yang buruk, hal itu dapat menimbulkan depresi yang berat.

Orang-orang pada zaman dulu mengalami perasaan yang serupa. Ayub menderita penyakit dan kemalangan pribadi. Ia merasa Allah telah meninggalkan dia, maka ia menyatakan kebencian terhadap kehidupan. (Ayub 10:1; 29:2, 4, 5) Yakub mengalami depresi karena merasa yakin bahwa anaknya telah meninggal, ia menolak untuk dihibur dan ingin mati. (Kejadian 37:33-35) Merasa bersalah atas kesalahan yang serius, Raja Daud meratap, ”Sepanjang hari aku berjalan dengan dukacita. Aku kehabisan tenaga.”—Mazmur 38:7, 9;Mazmur 38:7, 9; 2 Korintus 7:5, 6, Bahasa Indonesia Sehari-hari.

Dewasa ini, banyak orang mengalami depresi karena membebani diri sendiri secara berlebihan, mencoba mengikuti rutin sehari-hari di luar kekuatan mental, emosi, dan fisik mereka. Jelas bahwa tekanan, yang disertai pikiran serta emosi yang negatif, dapat mempengaruhi tubuh dan menjadi faktor timbulnya ketidakseimbangan kimiawi dalam otak, sehingga mengakibatkan depresi.—Bandingkan Amsal 14:30.

Bantuan yang Mereka Butuhkan

Epafroditus, seorang Kristen pada abad pertama dari Filipi, menjadi ’susah hatinya [”mengalami depresi”, NW], sebab [teman-temannya] mendengar bahwa ia sakit’. Epafroditus, yang menjadi sakit setelah diutus ke Roma oleh teman-temannya untuk membawa perbekalan bagi rasul Paulus, mungkin merasa telah mengecewakan teman-temannya dan merasa bahwa mereka menganggap dia gagal. (Filipi 2:25-27; 4:18) Bagaimana rasul Paulus membantu?

Ia menyuruh Epafroditus pulang dengan sepucuk surat kepada teman-temannya di Filipi yang berbunyi, ”Sambutlah [Epafroditus] dalam Tuhan dengan segala sukacita dan hormatilah orang-orang seperti dia.” (Filipi 2:28-30) Fakta bahwa Paulus sangat memuji dia dan bahwa orang-orang Filipi menyambut dia dengan kehangatan dan kasih sayang, pasti telah menghibur Epafroditus dan membantu menyingkirkan depresinya.

Tanpa keraguan, nasihat Alkitab agar ’menghibur mereka yang mengalami depresi’ adalah yang paling baik. ”Yang terutama sekali, Anda perlu mengetahui bahwa orang lain memperhatikan Anda sebagai pribadi,” kata seorang wanita yang pernah menderita depresi. ”Anda perlu mendengar seseorang mengatakan, ’Saya mengerti; kau akan menjadi baik.’”

Orang yang menderita depresi sering perlu mengambil inisiatif untuk mencari seseorang yang memiliki empati untuk diajak berbicara empat mata. Orang ini harus seorang pendengar yang baik dan sangat sabar. Ia tidak boleh mengkhotbahi orang yang sedang depresi atau memberikan pernyataan-pernyataan yang bersifat menghakimi, seperti, ’Kau tidak boleh merasa demikian’ atau, ’Itu sikap yang salah.’ Emosi orang yang sedang depresi sangat rapuh, dan komentar-komentar yang bersifat mengkritik justru akan membuat dia merasa lebih buruk mengenai dirinya sendiri.

Orang yang sedang depresi mungkin merasa diri tidak berguna. (Yunus 4:3) Namun, seseorang perlu ingat bahwa yang penting ialah bagaimana Allah menilai seseorang. Orang ”tidak mengindahkan” Kristus Yesus, namun ini tidak mengubah nilai dia yang sesungguhnya di hadapan Allah. (Yesaya 53:3, BIS) Yakinlah bahwa sama seperti Allah mengasihi Putra-Nya yang Ia sayangi, Ia mengasihi Anda juga.—Yohanes 3:16.

Yesus merasa iba terhadap mereka yang mengalami kesusahan dan mencoba membantu mereka melihat harga diri mereka secara individu. (Matius 9:36; 11:28-30; 14:14) Ia menjelaskan bahwa Allah menganggap berharga bahkan burung pipit yang kecil dan tidak berarti. ”Tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah,” katanya. Betapa terlebih lagi Ia menganggap bernilai manusia yang berupaya melakukan kehendak-Nya! Mengenai mereka Yesus berkata, ”Bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya.”—Lukas 12:6, 7.

Memang, mungkin sulit bagi seseorang yang sedang mengalami depresi berat, yang dibuat tidak berdaya oleh kelemahan dan kekurangannya, untuk percaya bahwa Allah menganggapnya sangat berharga. Ia mungkin merasa pasti bahwa ia tidak layak mendapat kasih dan perhatian Allah. Firman Allah mengakui bahwa ”kita disalahkan oleh hati kita”. Namun apakah itu faktor yang menentukan? Tidak. Allah menyadari bahwa manusia yang berdosa mungkin berpikir secara negatif, dan bahkan menyalahkan diri sendiri. Maka Firman-Nya menghibur mereka, ”Pengetahuan Allah lebih besar dari pengetahuan hati kita, dan bahwa ia tahu segala-galanya.”—1 Yohanes 3:19, 20, BIS.

Ya, Bapa surgawi kita yang penuh kasih tidak hanya melihat dosa dan kesalahan kita. Ia mengetahui tentang keadaan-keadaan yang meringankan kita, seluruh haluan hidup kita, motif dan niat kita. Ia tahu bahwa kita mewarisi dosa, penyakit, dan kematian dan karena itu sangat terbatas. Fakta bahwa kita merasa sedih dan jengkel terhadap diri sendiri, itu saja sudah merupakan bukti bahwa kita tidak ingin berbuat dosa dan belum bertindak terlalu jauh. Alkitab mengatakan bahwa kita ”ditaklukkan kepada kesia-siaan” berlawanan dengan kehendak kita. Maka Allah bersimpati terhadap keadaan kita yang menyedihkan dan tidak bahagia, dan Ia dengan belas kasihan mempertimbangkan kelemahan kita.—Roma 5:12; 8:20.

”[Yehuwa] adalah penyayang dan pengasih,” demikian kita diyakinkan. ”Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.” (Mazmur 103:8, 12, 14) Sesungguhnya, Yehuwa ialah ”Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami”.—2 Korintus 1:3, 4.

Bantuan yang paling dibutuhkan oleh orang yang sedang depresi diperoleh dengan mendekat kepada Allah mereka yang penuh belas kasihan dan menerima undangan-Nya untuk ’menyerahkan beban mereka kepada-Nya’. Ia sungguh dapat ”menghidupkan hati orang-orang yang remuk”. (Mazmur 55:23; Yesaya 57:15) Jadi Firman Allah menganjurkan doa, dengan mengatakan, ”Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada [Yehuwa], sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7) Ya, melalui doa dan permohonan orang-orang dapat mendekat kepada Allah dan menikmati ”damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal”.—Filipi 4:6, 7; Mazmur 16:8, 9.

Penyesuaian yang praktis dalam gaya hidup juga dapat membantu seseorang mengatasi suasana hati yang murung. Gerak badan, makan makanan yang sehat, menghirup udara segar dan cukup istirahat, dan menghindari menonton TV secara berlebihan, semuanya penting. Seorang wanita telah membantu orang-orang yang menderita depresi dengan membuat mereka melakukan olahraga jalan kaki cepat. Ketika seorang penderita depresi mengatakan, ”Saya tidak mau olahraga jalan kaki,” wanita ini dengan lembut namun tegas menjawab, ”Kamu harus jalan.” Wanita itu melaporkan, ’Kami berjalan enam kilometer. Ketika kami kembali, ia lelah, namun merasa lebih baik. Anda tak mungkin percaya bahwa gerak badan yang penuh gairah tersebut sangat membantu sebelum Anda mencobanya.’

Akan tetapi, kadang-kadang depresi tidak dapat dikalahkan secara total, sekalipun semuanya telah dicoba, termasuk terapi medis. ”Saya telah mencoba semua,” kata seorang wanita setengah baya, ”tetapi depresi itu tetap ada.” Demikian pula, sekarang ini, sering orang buta, tuli, atau lumpuh tidak dapat disembuhkan. Namun para penderita depresi dapat memperoleh penghiburan dan harapan dengan tetap tentu membaca Firman Allah, yang memberikan harapan yang pasti berupa kelepasan yang permanen dari semua penyakit manusia.—Roma 12:12; 15:4.

Manakala Tidak Seorang Pun Mengalami Depresi Lagi

Ketika Yesus menggambarkan hal-hal mengerikan yang akan menimpa bumi pada hari-hari terakhir, ia menambahkan, ”Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” (Lukas 21:28) Yesus sedang berbicara tentang penyelamatan ke dalam dunia baru Allah yang berisi kebenaran. Di sanalah ”makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah”.—Roma 8:21.

Betapa leganya kelak bagi umat manusia, dibebaskan dari beban masa lampau dan setiap hari bangun dengan pikiran yang jernih, penuh semangat untuk melaksanakan kegiatan hari itu! Siapa pun tidak akan dihalangi lagi oleh awan depresi. Janji yang pasti kepada umat manusia ialah bahwa Allah ”akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu”.—Wahyu 21:3, 4.

Kecuali disebutkan, semua kutipan Alkitab diambil dari Terjemahan Baru.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan