PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • be hlm. 62-hlm. 65 par. 4
  • Cara Mengembangkan Keterampilan Bercakap-cakap

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Cara Mengembangkan Keterampilan Bercakap-cakap
  • Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Mulailah di Rumah
  • Bercakap-cakap dengan Orang Tak Dikenal
  • Cara Melanjutkan Percakapan
  • Bercakap-cakap dengan Rekan Seiman
  • Percakapan yang Membina
    Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Lebih Terampil dalam Pelayanan​—Memulai Percakapan dalam Kesaksian Tidak Resmi
    Pelayanan Kerajaan Kita—2014
  • Bercakap-cakap Adalah Suatu Seni
    Sedarlah!—1995
  • Gimana Supaya Aku Berani Ngobrol sama Orang Lain?
    Pertanyaan Anak Muda
Lihat Lebih Banyak
Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
be hlm. 62-hlm. 65 par. 4

Cara Mengembangkan Keterampilan Bercakap-cakap

APAKAH Saudara tergolong orang yang mudah bercakap-cakap dengan orang lain? Bagi banyak orang, bercakap-cakap, khususnya dengan orang yang tidak dikenal, membuat mereka merasa kikuk. Orang-orang semacam itu mungkin pemalu. Mereka mungkin bertanya-tanya, ’Apa yang sebaiknya saya bicarakan? Bagaimana caranya memulai percakapan? Bagaimana caranya meneruskan pembicaraan?’ Orang yang supel dan percaya diri mungkin cenderung mendominasi percakapan. Bagi mereka, barangkali tantangannya adalah bagaimana caranya menimba isi hati orang lain dan belajar mendengarkan apa yang orang lain katakan. Jadi, kita semua, tidak soal pemalu atau supel, perlu mengembangkan seni bercakap-cakap.

Mulailah di Rumah

Untuk mengembangkan keterampilan bercakap-cakap, mengapa tidak memulainya di rumah? Percakapan yang membina sangat besar pengaruhnya terhadap kebahagiaan keluarga.

Kunci utama percakapan yang membina adalah memperlihatkan kepedulian yang besar kepada satu sama lain. (Ul. 6:6, 7; Ams. 4:1-4) Jika kita peduli, kita akan berkomunikasi, dan kita mendengarkan saat orang lain mengutarakan sesuatu. Faktor penting lainnya adalah memikirkan bahan pembicaraan yang bernilai. Jika kita mempunyai program pembacaan Alkitab dan pelajaran pribadi yang teratur, ada banyak hal yang dapat kita bagikan. Jika digunakan secara bijaksana, buku kecil Menyelidiki Kitab Suci Setiap Hari dapat merangsang diskusi. Pada hari itu, mungkin kita mengalami hal-hal yang mengasyikkan dalam dinas pengabaran. Kita mungkin membaca sesuatu yang informatif atau yang lucu. Biasakanlah untuk membagikan hal-hal ini dalam percakapan yang sehat dengan seluruh keluarga. Hal ini pun dapat membantu kita bercakap-cakap dengan orang-orang di luar lingkungan keluarga.

Bercakap-cakap dengan Orang Tak Dikenal

Banyak orang enggan memulai percakapan dengan orang yang tidak mereka kenal. Tetapi, karena kasih kepada Allah dan sesama, Saksi-Saksi Yehuwa berupaya sungguh-sungguh untuk belajar caranya bercakap-cakap guna membagikan kebenaran Alkitab kepada orang lain. Apa yang dapat membantu Saudara mengembangkan keterampilan ini?

Prinsip di Filipi 2:4 sangat berguna. Kita dianjurkan untuk memperhatikan, ”bukan dengan minat pribadi kepada persoalan [kita] sendiri saja, tetapi juga dengan minat pribadi kepada persoalan orang lain”. Pikirkan: Jika Saudara belum pernah bertemu dengan lawan bicara Saudara, ia akan menganggap Saudara orang asing. Bagaimana cara menenangkan perasaannya? Berikan senyuman hangat dan salam yang bersahabat. Tetapi, masih ada lagi yang hendaknya kita pertimbangkan.

Saudara mungkin telah mengusik pikirannya. Apabila Saudara mencoba mengajaknya membicarakan apa yang ada di benak Saudara tanpa mempedulikan apa yang ada di benak-nya, apakah ia akan memberikan tanggapan positif? Apa yang Yesus lakukan sewaktu bertemu dengan seorang wanita di sebuah sumur di Samaria? Pikiran wanita itu sedang tertuju pada mengambil air. Yesus memulai percakapan dengan menggunakan topik itu, dan ia segera mengarahkannya menjadi sebuah pembahasan rohani yang menarik.—Yoh. 4:7-26.

Jika Saudara jeli, Saudara dapat mengamati apa yang mungkin sedang seseorang pikirkan. Apakah ia tampak gembira atau sedih? Apakah ia lanjut usia, mungkin sedang sakit? Apakah Saudara melihat tanda-tanda keberadaan anak-anak di rumah itu? Apakah orang itu tampak makmur secara materi atau ia membanting tulang demi sekadar menyambung hidup? Apakah pajangan di rumahnya atau perhiasan yang dikenakannya mencirikan agama tertentu? Jika Saudara mempertimbangkan hal-hal itu sewaktu memberi salam, orang itu akan menganggap Saudara mempunyai kesamaan minat dengannya.

Jika Saudara tidak bertatap muka dengan penghuni rumah, mungkin hanya mendengar suaranya di balik pintu yang terkunci, apa yang dapat Saudara simpulkan? Orang itu mungkin hidup dalam ketakutan. Dapatkah Saudara menggunakan petunjuk itu untuk memulai percakapan di muka pintu?

Di beberapa tempat, Saudara bisa mengajak seseorang bercakap-cakap dengan bercerita sedikit tentang diri Saudara—latar belakang Saudara, alasan kedatangan Saudara, mengapa Saudara percaya kepada Allah, mengapa Saudara mulai belajar Alkitab, dan bagaimana Alkitab telah membantu Saudara. (Kis. 26:4-23) Tentu saja, ini perlu dilakukan dengan bijaksana dan dengan mencamkan tujuan yang jelas. Alhasil, ini akan menggerakkan seseorang untuk bercerita sedikit tentang dirinya dan tentang pandangannya terhadap suatu persoalan.

Di beberapa kebudayaan, keramahtamahan kepada orang tak dikenal merupakan kebiasaan. Saudara langsung diundang masuk dan dipersilakan duduk. Setelah Saudara duduk, tanyakanlah dengan sopan tentang kesejahteraan keluarga dan dengarkanlah dengan tulus jawabannya, maka pada gilirannya, tuan rumah akan memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang Saudara sampaikan. Ada pula masyarakat yang mempunyai minat yang lebih besar lagi pada tamu, jadi salam pembukaan Saudara boleh agak panjang. Sewaktu bercakap-cakap, mereka mungkin mendapati beberapa persamaan dengan Saudara. Ini dapat mengarah kepada pembahasan rohani yang bermanfaat.

Bagaimana jika di daerah Saudara terdapat banyak orang berbahasa asing atau berbahasa daerah? Bagaimana Saudara dapat bercakap-cakap dengan mereka? Jika Saudara belajar mengucapkan salam sederhana dalam beberapa bahasa itu, orang-orang akan tahu bahwa Saudara menunjukkan minat kepada mereka. Ini dapat membuka jalan untuk berkomunikasi lebih lanjut.

Cara Melanjutkan Percakapan

Untuk melanjutkan percakapan, berminatlah mendengarkan gagasan yang dikemukakan orang lain. Anjurkan dia mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya, itu pun kalau dia bersedia. Pertanyaan yang dipilih baik-baik dapat membantu. Mengajukan pertanyaan sudut pandangan merupakan cara terbaik, karena mereka biasanya lebih tergugah dibandingkan dengan pertanyaan yang jawabannya ya atau tidak. Misalnya, setelah menyebutkan problem yang terjadi di daerah setempat, Saudara dapat bertanya, ”Menurut Anda, apa penyebab situasi ini?” atau ”Menurut Anda, bagaimana permasalahan itu dapat diatasi?”

Sewaktu Saudara mengajukan pertanyaan, dengarkan baik-baik jawabannya. Tunjukkan minat Saudara yang tulus dengan kata-kata singkat, anggukan, atau dengan ekspresi lainnya. Jangan potong perkataannya. Dengan pikiran terbuka, pikirkanlah apa yang ia katakan. Hendaklah ”cepat mendengar, lambat berbicara, lambat murka”. (Yak. 1:19) Saat memberikan tanggapan, perlihatkan bahwa Saudara benar-benar mendengarkan apa yang ia katakan.

Akan tetapi, sadarilah bahwa tidak setiap orang bersedia menjawab pertanyaan Saudara. Ada yang mungkin menanggapi pertanyaan Saudara dengan menaikkan alis atau dengan tersenyum. Ada orang yang hanya menjawab ya atau tidak. Jangan putus asa. Bersabarlah. Jangan paksa orang itu untuk bercakap-cakap dengan Saudara. Jika orang itu bersedia mendengarkan, gunakan kesempatan untuk membagikan gagasan yang membina dari Alkitab. Akhirnya, orang itu mungkin mulai menganggap Saudara sebagai teman. Saat itu, mungkin ia bersedia mengutarakan gagasannya dengan lebih leluasa.

Sewaktu bercakap-cakap, pertimbangkanlah kelanjutan percakapan itu di kemudian hari. Jika seseorang mengajukan sejumlah pertanyaan, jawablah beberapa tetapi sisakan satu atau dua pertanyaan untuk kunjungan berikutnya. Tawarkan diri untuk melakukan riset, dan kemudian bagikan hasil riset itu kepadanya. Jika ia tidak mengajukan pertanyaan, Saudara dapat mengakhiri percakapan dengan pertanyaan yang Saudara yakini dapat menggugah minatnya. Tawarkan untuk membahasnya pada kunjungan berikut. Ada begitu banyak gagasan yang dapat ditemukan dalam buku Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab, brosur Apa yang Allah Tuntut dari Kita?, dan terbitan-terbitan terbaru Menara Pengawal dan Sedarlah!

Bercakap-cakap dengan Rekan Seiman

Ketika Saudara bertemu dengan salah seorang rekan Saksi-Saksi Yehuwa untuk pertama kalinya, apakah Saudara mengambil inisiatif untuk berkenalan? Atau, apakah Saudara hanya berdiam diri? Kasih kepada saudara-saudari kita hendaknya memotivasi kita untuk ingin mengenal mereka. (Yoh. 13:35) Bagaimana cara memulainya? Saudara dapat memberitahukan nama Saudara dan menanyakan namanya. Tanyakan bagaimana ia mengenal kebenaran; hal itu biasanya mengarah kepada percakapan yang menarik dan membantu Saudara saling mengenal. Bahkan jika apa yang Saudara katakan tampaknya tidak begitu lancar, upaya Saudara dapat menunjukkan kepada orang lain bahwa Saudara menaruh minat padanya, dan itulah yang terpenting.

Apa yang turut menghasilkan percakapan yang berbobot dengan seorang anggota sidang Saudara? Perlihatkan minat yang tulus kepada orang itu dan keluarganya. Apakah perhimpunan baru berakhir? Komentarilah gagasan yang menurut Saudara berguna. Hal itu dapat bermanfaat bagi kedua belah pihak. Saudara dapat menyebutkan gagasan-gagasan menarik dari terbitan terbaru Menara Pengawal atau Sedarlah! Ini hendaknya dilakukan bukan dengan niat untuk pamer atau untuk menguji pengetahuan orang lain. Lakukanlah itu untuk membagikan sesuatu yang menurut Saudara sangat menarik. Saudara dapat membicarakan tentang tugas yang kalian terima dalam Sekolah Pelayanan Teokratis dan saling bertukar ide tentang cara penyampaiannya. Saudara juga dapat berbagi pengalaman dari dinas pengabaran.

Tentu saja, minat kita pada orang lain sering membuat kita membicarakan orang—hal-hal yang mereka katakan dan lakukan. Humor pun dapat membumbui percakapan kita. Apakah hal-hal yang kita katakan bersifat membina? Jika kita mengindahkan nasihat Firman Allah dan dimotivasi oleh kasih yang saleh, tutur kata kita pastilah membina.—Ams. 16:27, 28; Ef. 4:25, 29; 5:3, 4; Yak. 1:26.

Sebelum pergi berdinas, kita membuat persiapan. Mengapa tidak mempersiapkan kutipan berita yang menarik yang dapat Saudara bagikan sewaktu bercakap-cakap bersama teman-teman? Sewaktu Saudara membaca dan mendengar hal-hal yang menarik, catatlah pokok-pokok yang ingin Saudara bagikan dengan orang lain. Pada waktunya, Saudara akan mempunyai segudang bahan pembicaraan yang dapat Saudara pilih. Hal itu akan memungkinkan Saudara meluaskan topik pembicaraan, sehingga tidak berkisar pada rutinitas hidup sehari-hari saja. Yang terpenting, semoga tutur kata Saudara membuktikan betapa berharganya Firman Allah bagi Saudara!—Mz. 139:17.

PEMBUKA PERCAKAPAN

  • Indahkan kebiasaan setempat

  • Berikan pujian yang tulus

  • Kemukakan pokok pembicaraan yang diminati bersama

  • Ajukan pertanyaan sudut pandangan

SIFAT-SIFAT YANG DIBUTUHKAN

  • Riang

  • Hangat dan tulus

  • Minat pribadi yang sepatutnya

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan