PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • be pel. 13 hlm. 124-hlm. 127 par. 2
  • Kontak Visual

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kontak Visual
  • Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Bahan Terkait
  • Kontak dengan Hadirin dan Penggunaan Catatan
    Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Kotak Pertanyaan
    Pelayanan Kerajaan Kita—2000
  • Bahan Memuat Penerangan Dipersembahkan dengan Jelas
    Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Perlihatkan Minat Pribadi​—Dengan Kontak Mata yang Baik
    Pelayanan Kerajaan Kita—2006
Lihat Lebih Banyak
Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
be pel. 13 hlm. 124-hlm. 127 par. 2

PELAJARAN 13

Kontak Visual

Apa yang perlu Saudara lakukan?

Pandanglah lawan bicara Saudara, biarkan mata Saudara beradu pandang selama beberapa detik, apabila hal itu berterima di daerah setempat. Tataplah individu per individu, bukan melihat mereka sekaligus.

Mengapa Penting

Di banyak kebudayaan, kontak mata merupakan petunjuk bahwa si pembicara memperlihatkan minat pada lawan bicaranya. Kontak mata juga dianggap sebagai bukti bahwa Saudara yakin akan apa yang Saudara kemukakan.

MATA kita mengkomunikasikan sikap dan emosi kita. Mata dapat menunjukkan kekagetan atau ketakutan. Mata dapat mencerminkan keibaan hati atau kasih. Kadang-kadang, mata dapat menyatakan keraguan atau kepedihan. Tentang teman-teman senegerinya yang telah banyak menanggung penderitaan, seorang pria lanjut usia berkata, ”Kami saling berbicara lewat mata.”

Orang lain dapat menilai pribadi kita serta maksud di balik kata-kata kita berdasarkan sorot mata kita. Dalam banyak kebudayaan, orang-orang cenderung menaruh kepercayaan pada orang yang memelihara kontak mata yang bersahabat dengan mereka. Sebaliknya, mereka mungkin meragukan ketulusan atau kecakapan orang yang selalu memandangi kakinya atau benda-benda lain, bukannya lawan bicara. Beberapa budaya lainnya menganggap kontak mata yang intensif sebagai perbuatan yang kasar, agresif, atau menantang. Halnya demikian khususnya sewaktu berbicara kepada lawan jenis atau kepada orang yang berwenang atau berpangkat. Dan, di beberapa daerah tertentu, jika orang yang lebih muda mengadakan kontak mata langsung sewaktu berbicara dengan orang yang lebih tua, hal itu dapat dianggap sebagai sikap tidak respek.

Akan tetapi, apabila dilakukan dalam batas-batas kesopanan, menatap mata seseorang sewaktu membuat pernyataan penting dapat menandaskan hal-hal yang dikemukakan. Hal itu dapat dipandang sebagai bukti bahwa si pembicara yakin akan kata-katanya. Perhatikan bagaimana tanggapan Yesus sewaktu murid-muridnya menyatakan keheranan dan bertanya, ”Siapa sebenarnya yang dapat diselamatkan?” Alkitab melaporkan, ”Sambil menatap muka mereka, Yesus mengatakan kepada mereka, ’Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bagi Allah semua perkara mungkin.’” (Mat. 19:25, 26) Alkitab juga memperlihatkan bahwa rasul Paulus memperhatikan baik-baik reaksi hadirinnya. Pada suatu kesempatan, seorang pria yang timpang sejak lahir hadir sewaktu Paulus berbicara. Kisah 14:9, 10 menyatakan, ”Pria itu sedang mendengarkan Paulus berbicara. Dan Paulus, ketika menatap dia dan melihat bahwa dia mempunyai iman untuk disembuhkan, mengatakan dengan suara keras, ’Berdirilah tegak pada kakimu.’”

Saran untuk Dinas Pengabaran. Sewaktu Saudara ambil bagian dalam dinas pengabaran, bersikaplah ramah dan hangat sewaktu mendekati orang-orang. Apabila cocok, gunakan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah pikiran untuk memulai percakapan tentang topik yang diminati bersama. Seraya memulai percakapan, berupayalah mengadakan kontak mata​—atau setidaknya menatap wajah orang itu dengan ramah dan penuh respek. Senyuman hangat disertai sorot mata yang memancarkan sukacita sangat sedap dipandang. Dari ekspresi itu, lawan bicara Saudara dapat mengetahui banyak hal tentang kepribadian Saudara dan itu membantu dia merasa lebih relaks sewaktu Saudara mengajaknya bercakap-cakap.

Dengan mengamati ekspresi di mata lawan bicara Saudara, apabila kebudayaan setempat memungkinkan, Saudara dapat memperoleh beberapa petunjuk tentang cara menghadapi suatu situasi. Jika ia marah atau sama sekali tidak berminat, Saudara dapat membaca semua itu dari matanya. Jika ia masih belum memahami Saudara, Saudara mungkin dapat melihatnya. Jika ia mulai hilang kesabaran, Saudara dapat melihat itu di matanya. Jika ia sangat berminat, hal itu pun akan terpancar dari matanya. Dari ekspresi di matanya, Saudara dapat melihat perlunya menyesuaikan kecepatan bicara, lebih melibatkan dia dalam percakapan, menghentikan pembahasan, atau mungkin, menindaklanjuti dengan mempertunjukkan caranya belajar Alkitab.

Tidak soal Saudara sedang melakukan kesaksian umum atau memimpin pengajaran Alkitab di rumah, berupayalah untuk memelihara kontak mata yang penuh respek dengan lawan bicara Saudara. Akan tetapi, jangan pandangi dia karena hal itu dapat membuatnya risi. (2 Raj. 8:​11) Tetapi, secara wajar dan bersahabat, tataplah wajah lawan bicara Saudara sesering mungkin. Di banyak negeri, hal ini menunjukkan ketulusan minat Saudara. Tentu saja, sewaktu Saudara membacakan Alkitab atau publikasi-publikasi lain, mata Saudara akan terfokus pada halaman tercetak. Tetapi, untuk menandaskan sebuah pokok, Saudara mungkin dapat menatap langsung lawan bicara, meski secara singkat. Jika Saudara memandang lawan bicara Saudara secara berkala, hal itu juga akan memungkinkan Saudara mengamati reaksinya terhadap apa yang dibacakan.

Jika pada mulanya Saudara merasa sulit mengadakan kontak visual karena Saudara pemalu, jangan menyerah. Dengan berlatih, Saudara akan dapat mengadakan kontak visual yang tepat dan wajar, sehingga hal itu dapat menambah keefektifan Saudara dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Sewaktu Menyampaikan Ceramah. Alkitab memberi tahu kita bahwa sebelum Yesus memulai Khotbah di Gunung, ”ia melayangkan pandangannya kepada murid-muridnya”. (Luk. 6:​20) Tirulah contoh Yesus itu. Sewaktu Saudara hendak berbicara di hadapan sekelompok orang, pandanglah wajah mereka, kemudian beri jeda beberapa detik sebelum Saudara mulai berbicara. Di banyak tempat, hal ini mencakup melakukan kontak mata dengan beberapa orang di antara hadirin. Jeda sejenak tersebut dapat membantu Saudara mengatasi kegugupan awal. Jeda itu juga membantu hadirin menyesuaikan diri dengan sikap atau emosi yang tercermin di wajah Saudara. Selain itu, jeda sejenak akan memungkinkan hadirin mempersiapkan diri untuk memberi perhatian kepada Saudara.

Selama berkhotbah, pandanglah hadirin Saudara. Jangan hanya melihat mereka sebagai sekelompok orang. Berupayalah menatap individu-individu di antara hadirin. Di hampir setiap kebudayaan, pengkhotbah diharapkan melakukan kontak mata hingga taraf tertentu.

Memandang hadirin Saudara berarti lebih dari sekadar mengalihkan pandangan secara teratur dari satu sisi ruangan ke sisi lainnya. Lakukan kontak visual yang penuh respek dengan seseorang di antara hadirin, dan jika cocok, sampaikanlah satu kalimat penuh kepada orang itu. Kemudian, pandanglah orang yang lain dan sampaikanlah satu atau dua kalimat kepada orang tersebut. Jangan memandangi seseorang terlalu lama hingga ia merasa risi, dan jangan hanya memperhatikan beberapa orang saja dari antara seluruh hadirin. Teruslah berikan perhatian yang merata kepada hadirin, tetapi sewaktu Saudara berbicara kepada seseorang, berbicaralah sungguh-sungguh kepada orang itu dan perhatikan reaksinya sebelum Saudara mengalihkan pandangan kepada orang lain.

Catatan Saudara hendaknya diletakkan di mimbar, di tangan Saudara, atau di dalam Alkitab agar Saudara dapat melihatnya hanya dengan pandangan sekilas. Jika Saudara sampai harus menggerakkan kepala untuk melihat catatan, kontak dengan hadirin akan terganggu. Pertimbangkanlah seberapa sering Saudara melihat catatan dan kapan Saudara melakukannya. Jika Saudara melihat catatan pada saat Saudara mencapai klimaks khotbah, Saudara tidak hanya akan kehilangan kesempatan untuk melihat reaksi hadirin tetapi juga akan melemahkan kekuatan khotbah Saudara. Demikian pula, jika Saudara terus-menerus melihat catatan, Saudara akan kehilangan kontak dengan hadirin.

Sewaktu Saudara melemparkan bola kepada seseorang, Saudara akan melihat orang itu untuk memastikan apakah bola itu dapat ia tangkap. Tiap-tiap gagasan pada khotbah Saudara dapat diumpamakan seperti ”lemparan-lemparan” bola kepada hadirin. Setiap kali hadirin dapat ”menangkapnya”, mereka mungkin akan memberi tanggapan​—berupa anggukan, senyuman, dan tatapan penuh perhatian. Jika Saudara memelihara kontak visual yang baik, Saudara akan terbantu untuk memastikan apakah gagasan Saudara sudah ”ditangkap”.

Jika Saudara ditugasi untuk membaca bagi sidang, haruskah Saudara berupaya memandang hadirin sewaktu membaca? Jika hadirin mengikuti pembacaan Saudara dengan Alkitabnya, kebanyakan dari mereka tidak terlalu memperhatikan apakah Saudara memandang mereka atau tidak. Tetapi, memandang hadirin dapat membantu Saudara menghidupkan pembacaan Saudara karena dengan berbuat demikian Saudara akan sangat tanggap terhadap reaksi mereka. Dan, apabila ada di antara hadirin yang tidak mengikuti dengan Alkitabnya dan yang pikirannya mungkin sedang mengembara, kontak visual dengan pembicara dapat turut mengembalikan perhatian mereka pada bahan yang sedang dibacakan. Tentu saja, Saudara hanya bisa memandang mereka sekilas saja, dan itu hendaknya dilakukan tanpa membuat pembacaan Saudara tersendat-sendat. Untuk itu, sebaiknya peganglah Alkitab Saudara dan bacakanlah dengan kepala tegak, bukan dengan dagu menempel di dada.

Kadang-kadang, para penatua ditugasi untuk menyampaikan khotbah manuskrip di kebaktian. Agar dapat membawakan khotbah itu secara efektif, dibutuhkan pengalaman, persiapan yang saksama, dan banyak latihan. Tentu saja, penggunaan manuskrip membatasi kontak visual dengan hadirin. Tetapi, jika pembicara telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, ia hendaknya dapat memandang hadirin sewaktu-waktu tanpa kehilangan jejak pada manuskripnya. Dengan demikian, ia dapat membuat hadirin tetap memperhatikan sehingga mereka dapat memperoleh manfaat sepenuhnya dari bimbingan rohani yang penting yang sedang disajikan.

POKOK-POKOK UNTUK DIINGAT

  • Bersikaplah wajar, bersahabat, dan perlihatkan minat yang tulus pada lawan bicara Saudara.

  • Sewaktu membaca, peganglah bahan bacaannya dan bacakanlah dengan kepala tegak sehingga Saudara hanya perlu menggerakkan mata, bukannya kepala.

LATIHAN: Dalam percakapan sehari-hari dengan keluarga dan teman-teman, berupayalah untuk lebih sering mengadakan kontak mata dengan lawan bicara, dan lakukanlah itu dalam batas-batas kesopanan setempat.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan