PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • be pel. 44 hlm. 236-hlm. 239 par. 5
  • Penggunaan Pertanyaan Secara Efektif

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Penggunaan Pertanyaan Secara Efektif
  • Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Bahan Terkait
  • Mengembangkan Seni Mengajar
    Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Menggunakan Pertanyaan
    Teruslah Bersungguh-sungguh dalam Membaca dan Mengajar
  • Lebih Terampil dalam Pelayanan—Menggunakan Pertanyaan dengan Baik
    Pelayanan dan Kehidupan Kristen—Lembar Pelajaran—2018
  • Tirulah Guru yang Agung
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2002
Lihat Lebih Banyak
Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
be pel. 44 hlm. 236-hlm. 239 par. 5

PELAJARAN 44

Penggunaan Pertanyaan Secara Efektif

Apa yang perlu Saudara lakukan?

Gunakan pertanyaan sedemikian rupa sehingga mencapai hasil yang diinginkan. Saudara mungkin bertujuan untuk mendapat tanggapan lisan; mungkin juga untuk merangsang tanggapan mental. Apa yang Saudara tanyakan dan cara Saudara menanyakannya sangat menentukan keberhasilan Saudara dalam menggunakan pertanyaan.

Mengapa Penting?

Pertanyaan yang efektif dapat membantu pendengar untuk terlibat aktif. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pilihan merupakan umpan balik yang berguna bagi sang pengajar.

KARENA pertanyaan menuntut tanggapan​—baik secara lisan maupun secara mental​—pertanyaan dapat membuat pendengar Saudara terlibat aktif. Pertanyaan dapat membantu Saudara membuka percakapan dan menikmati pertukaran gagasan yang menarik. Sebagai pembicara dan pengajar, Saudara dapat menggunakan pertanyaan untuk membangkitkan minat, untuk membantu seseorang bernalar tentang suatu pokok bahasan, atau untuk menandaskan hal-hal yang Saudara kemukakan. Apabila Saudara memanfaatkan pertanyaan-pertanyaan sebaik-baiknya, Saudara menganjurkan orang lain untuk berpikir secara aktif alih-alih mendengarkan secara pasif. Camkanlah suatu tujuan, dan ajukanlah pertanyaan-pertanyaan Saudara sedemikian rupa sehingga tujuan itu tercapai.

Untuk Membuka Percakapan. Sewaktu Saudara sedang melakukan dinas pengabaran, bersikaplah tanggap terhadap kesempatan untuk meminta orang lain mengutarakan diri, jika mereka bersedia.

Banyak Saksi membuka percakapan yang menarik dengan pertanyaan yang sederhana, ”Pernahkah Anda bertanya-tanya . . . ?” Jika pertanyaan yang mereka ajukan memang merupakan hal umum yang dipikirkan oleh banyak orang, kemungkinan besar mereka akan menikmati percakapan yang menyenangkan dalam dinas pengabaran. Sekalipun pertanyaan itu mungkin belum pernah terlintas dalam benak lawan bicara, pertanyaan itu dapat menggugah rasa ingin tahu. Beragam pokok bahasan dapat dibuka dengan pertanyaan seperti ”Bagaimana pendapat Anda . . . ?”, ”Bagaimana perasaan Anda . . . ” ?, dan ”Apakah Anda percaya bahwa . . . ?”

Sewaktu Filipus sang penginjil mendekati seorang pejabat istana Etiopia yang sedang membaca nubuat Yesaya dengan suara keras, Filipus hanya mengajukan pertanyaan, ”Apakah engkau sungguh-sungguh mengerti apa yang sedang engkau baca?” (Kis. 8:​30) Pertanyaan itu membuka kesempatan bagi Filipus untuk menjelaskan kebenaran tentang Yesus Kristus. Dengan mengajukan pertanyaan serupa, beberapa Saksi zaman modern berhasil menemukan orang-orang yang benar-benar lapar akan pemahaman yang jelas tentang kebenaran Alkitab.

Begitu diberi kesempatan untuk mengutarakan pandangannya, banyak orang akan lebih cenderung mendengarkan Saudara. Setelah mengajukan pertanyaan, dengarkanlah jawabannya dengan penuh perhatian. Bersikaplah ramah, bukannya kritis, dalam menanggapi jawaban orang itu. Berikan pujian apabila Saudara dapat melakukannya dengan tulus. Pada suatu peristiwa, setelah seorang penulis ”menjawab dengan cerdas”, Yesus memuji dia, katanya, ”Engkau tidak jauh dari kerajaan Allah.” (Mrk. 12:34) Sekalipun Saudara tidak sepandangan dengan lawan bicara Saudara, Saudara dapat berterima kasih atas kesediaannya mengutarakan diri. Apa yang ia utarakan dapat membuat Saudara tanggap untuk menentukan sikap yang sepatutnya dalam membagikan kebenaran Alkitab kepadanya.

Untuk Mengantar Buah Pikiran yang Penting. Apabila Saudara berbicara di hadapan sekelompok orang atau bercakap-cakap dengan seseorang, berupayalah menggunakan pertanyaan untuk mengantar buah-buah pikiran yang penting. Pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan itu menyoroti hal-hal yang memang penting bagi hadirin Saudara. Saudara dapat pula menggunakan pertanyaan yang membangkitkan perasaan ingin tahu, karena jawabannya tidak langsung tertebak. Jika Saudara memberi jeda sejenak setelah mengajukan pertanyaan, hadirin Saudara kemungkinan besar akan semakin berminat untuk mendengarkan penjelasan Saudara lebih lanjut.

Sekali peristiwa, nabi Mikha menggunakan beberapa pertanyaan. Setelah menanyakan apa yang Allah harapkan dari orang-orang yang menyembah Dia, sang nabi mengajukan empat pertanyaan lagi, masing-masing diikuti oleh kemungkinan jawabannya. Semua pertanyaan itu turut mempersiapkan pembacanya untuk memperoleh jawaban yang jitu, yang ia jadikan kesimpulan dari pembahasannya. (Mi. 6:​6-8) Dapatkah Saudara berbuat seperti itu sewaktu mengajar? Cobalah.

Untuk Bernalar tentang Suatu Permasalahan. Pertanyaan-pertanyaan dapat digunakan untuk membantu orang lain mengikuti alur penalaran suatu argumen. Sewaktu menyampaikan maklumat yang penting kepada bangsa Israel, Yehuwa berbuat demikian, seperti yang diperlihatkan di Maleakhi 1:2-10. Pertama-tama, Ia memberi tahu mereka, ”Aku mengasihi kamu sekalian.” Mereka tidak menghargai kasih itu, sehingga Ia bertanya, ”Bukankah Esau itu saudara Yakub?” Lalu, Yehuwa menunjukkan kondisi Edom yang telantar sebagai bukti bahwa, karena kefasikan mereka, Allah tidak mengasihi mereka. Kemudian, Ia memberikan ilustrasi-ilustrasi yang diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menandaskan kegagalan bangsa Israel dalam menunjukkan penghargaan atas kasih Allah. Beberapa di antara pertanyaan-pertanyaan itu dirancang sedemikian rupa seolah-olah diajukan oleh para imam yang tidak setia. Yang lainnya adalah pertanyaan-pertanyaan yang Yehuwa ajukan kepada para imam. Dialog itu menggugah emosi dan menarik untuk diikuti; alur penalarannya sangat jitu; pesannya tidak terlupakan.

Beberapa pembicara menggunakan pertanyaan-pertanyaan secara efektif dengan cara yang serupa. Meskipun tidak diharapkan memberi jawaban lisan, hadirin terlibat aktif secara mental, seolah-olah sedang berdialog.

Sewaktu memimpin pengajaran Alkitab, kita menggunakan suatu metode yang mengundang sang pelajar untuk berpartisipasi. Tentu saja, manfaatnya akan lebih besar apabila sang pelajar tidak sekadar membacakan jawaban tercetak. Dengan ramah, ajukan pertanyaan-pertanyaan tambahan untuk mengajaknya bernalar bersama. Pada waktu menyoroti gagasan-gagasan kunci, anjurkan dia untuk menggunakan Alkitab sebagai dasar jawabannya. Saudara juga dapat bertanya, ”Bagaimana pembahasan kita ini berhubungan dengan pokok lain yang telah kita pelajari? Mengapa hal ini penting? Bagaimana seharusnya pembahasan ini mempengaruhi kehidupan kita?” Metode ini lebih efektif daripada sekadar menyatakan keyakinan Saudara sendiri atau menjabarkan penjelasan Saudara. Dengan demikian, Saudara membantu sang pelajar menggunakan ’daya nalarnya’ untuk menyembah Allah.—Rm. 12:1.

Jika seorang pelajar masih belum dapat menangkap gagasan tertentu, bersabarlah. Ia mungkin sedang berupaya membandingkan hal-hal yang Saudara kemukakan dengan hal-hal yang telah ia percayai selama bertahun-tahun. Barangkali, pokok bahasan itu perlu ditilik dari sudut pandang yang berbeda. Akan tetapi, yang kadang-kadang dibutuhkan adalah alur penalaran dasarnya. Manfaatkan Alkitab seleluasa mungkin. Gunakanlah ilustrasi. Selain itu, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan sederhana yang mengundang lawan bicara untuk bernalar berdasarkan bukti-bukti yang ada.

Untuk Menggali Isi Hatinya. Sewaktu menjawab pertanyaan Saudara, orang-orang tidak selalu menyingkapkan isi hati mereka yang sebenarnya. Mereka mungkin sekadar memberi jawaban yang Saudara harapkan. Karenanya, dibutuhkan daya pengamatan. (Ams. 20:5) Seperti halnya Yesus, Saudara dapat bertanya, ’Apakah Anda percaya akan hal ini?’—Yoh. 11:26.

Sewaktu banyak dari murid-murid Yesus tersinggung atas kata-katanya dan meninggalkan dia, Yesus mempersilakan rasul-rasulnya untuk mengungkapkan perasaan mereka. Ia bertanya, ”Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Petrus mengungkapkan perasaan mereka, dengan mengatakan, ”Tuan, kepada siapa kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan kehidupan abadi; dan kami telah percaya dan tahu bahwa engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” (Yoh. 6:67-69) Pada kesempatan lain, Yesus bertanya kepada murid-muridnya, ”Kata orang, siapa Putra manusia itu?” Ia melanjutkan pertanyaan itu dengan pertanyaan lain yang mempersilakan mereka mengungkapkan isi hati mereka. ”Tetapi menurut kamu, siapa aku ini?” Sebagai jawaban, Petrus berkata, ”Engkau adalah Kristus, Putra dari Allah yang hidup.”—Mat. 16:13-16.

Sewaktu memimpin pengajaran Alkitab, Saudara mungkin melihat manfaatnya menggunakan pendekatan serupa sewaktu membahas permasalahan-permasalahan tertentu. Saudara dapat bertanya, ”Bagaimana pandangan teman sekolahmu (atau rekan sekerja Anda) terhadap permasalahan ini?” Lalu, Saudara dapat bertanya, ”Bagaimana perasaan Anda tentang hal itu?” Apabila Saudara mengetahui apa sebenarnya isi hati seseorang, hal itu memungkinkan Saudara, sebagai pengajar, memberi bantuan terbesar.

Untuk Menandaskan. Pertanyaan-pertanyaan dapat juga digunakan untuk menandaskan buah-buah pikiran. Rasul Paulus melakukan hal itu, sebagaimana tertulis di Roma 8:31, 32, ”Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan menentang kita? Ia yang bahkan tidak menyayangkan Putranya sendiri tetapi menyerahkannya bagi kita semua, bagaimana mungkin ia bersama dia juga tidak akan dengan baik hati memberikan semua perkara lain kepada kita?” Perhatikanlah bahwa kedua pertanyaan itu merupakan kelanjutan langsung dari klausa sebelumnya.

Setelah mencatat penghakiman Yehuwa atas raja Babilon, nabi Yesaya menyatakan keyakinannya yang kuat dengan mengajukan pertanyaan, ”Yehuwa yang berbala tentara telah memutuskan, dan siapa yang dapat menggagalkannya? Tangannyalah yang teracung, dan siapa yang dapat menariknya kembali?” (Yes. 14:27) Pertanyaan semacam itu dengan sendirinya menunjukkan bahwa gagasan yang dikemukakan tidak dapat disangkal. Pertanyaan semacam itu tidak membutuhkan jawaban.

Untuk Menyingkapkan Jalan Pikiran yang Keliru. Pertanyaan yang dirancang dengan cermat juga merupakan sarana ampuh untuk menyingkapkan jalan pikiran yang keliru. Sebelum menyembuhkan seorang pria, Yesus bertanya kepada orang-orang Farisi dan beberapa pakar Hukum, ”Apakah menurut hukum diperbolehkan menyembuhkan orang pada hari sabat atau tidak?” Setelah melakukan penyembuhan, ia kembali mengajukan pertanyaan, ”Siapa di antara kamu, jika putranya atau lembu jantannya jatuh ke dalam sumur, tidak akan segera menariknya ke luar pada hari sabat?” (Luk. 14:1-6) Tidak perlu jawaban, dan tidak seorang pun bisa menjawabnya. Pertanyaan-pertanyaan itu menyingkapkan betapa kelirunya jalan pikiran mereka.

Kadang-kadang, orang-orang Kristen sejati sekalipun bisa mempunyai jalan pikiran yang keliru. Beberapa anggota sidang Korintus abad pertama mengajukan saudara-saudara mereka ke pengadilan untuk menyelesaikan problem yang semestinya dapat mereka atasi sendiri. Bagaimana rasul Paulus menangani persoalan ini? Ia mengajukan serangkaian pertanyaan yang tegas untuk meluruskan cara berpikir mereka.—1 Kor. 6:1-8.

Dengan berlatih, Saudara dapat belajar menggunakan pertanyaan secara efektif. Akan tetapi, ingatlah selalu untuk bersikap respek, khususnya sewaktu berbicara kepada orang yang lebih tua, kepada orang yang belum Saudara kenal betul, dan kepada orang yang berwenang. Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan untuk menyajikan kebenaran Alkitab dengan cara yang menarik.

CARA MELAKUKANNYA

  • Untuk membuka percakapan, ajukanlah pertanyaan yang menyoroti hal-hal yang memang penting bagi lawan bicara.

  • Sebelum mengemukakan suatu gagasan penting, cobalah ajukan sebuah pertanyaan yang akan membuat lawan bicara ingin mendengarnya.

  • Gunakan pertanyaan untuk membantu orang-orang melihat dasar pernyataan yang dikemukakan, alur penalaran suatu kebenaran yang dipersembahkan, dan pengaruh positif pembahasan itu pada kehidupan mereka.

  • Gunakan pertanyaan untuk menggugah sang pelajar bukan hanya untuk mengemukakan fakta, melainkan juga untuk mengungkapkan perasaannya tentang apa yang ia pelajari.

LATIHAN: (1) Dengan mengingat kondisi daerah pengabaran Saudara, persiapkanlah beberapa pertanyaan yang dapat Saudara gunakan untuk memulai percakapan yang bermutu dengan orang-orang di sana. (2) Bacalah Roma pasal 3, cermatilah pertanyaan-pertanyaan yang Paulus gunakan untuk bernalar tentang kedudukan orang Yahudi dan orang Kafir di hadapan Allah.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan