PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-1 “Ezra”
  • Ezra

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Ezra
  • Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Bahan Terkait
  • Buku Alkitab Nomor 15​—Ezra
    “Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat”
  • Ezra, Buku
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Pokok-Pokok Penting Buku Ezra
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2006
  • Ezra Mengajarkan Hukum Allah
    Belajarlah dari Cerita-Cerita di Alkitab
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 1
it-1 “Ezra”

EZRA

[Pertolongan].

1. Seorang imam keturunan Harun, bapak-bapak leluhurnya ialah Eleazar dan Pinehas; ia seorang cendekiawan, dan sehubungan dengan Hukum, ia seorang penyalin yang mahir dan guru; ia juga ahli bahasa Ibrani dan Aram. Ezra memiliki kegairahan yang tulus untuk ibadat murni dan ”mempersiapkan hatinya untuk meminta nasihat dari hukum Yehuwa dan untuk melakukannya dan mengajarkan peraturan dan keadilan di Israel”. (Ezr 7:1-6, 10) Selain menulis buku yang menyandang namanya, Ezra tampaknya menulis kedua buku Tawarikh, dan menurut kisah turun-temurun orang Yahudi, dialah yang mulai mengumpulkan dan menyusun katalog buku-buku yang terdapat dalam Kitab-Kitab Ibrani. Di samping itu, Ezra seorang periset yang luar biasa; dalam kedua buku Tawarikh, ia mengutip kira-kira 20 sumber keterangan. Karena banyak orang Yahudi terpencar di mana-mana pada zaman Ezra, diperlukan banyak salinan Kitab-Kitab Ibrani, dan mungkin Ezra memelopori pekerjaan ini.

Alkitab tidak memberikan perincian tentang masa awal kehidupan Ezra. Ia tinggal di Babilon dan berasal dari keluarga imam besar tetapi bukan dari cabang keluarga tertentu yang memegang jabatan imam besar segera setelah Israel kembali dari pembuangan pada tahun 537 SM. Nenek moyang Ezra yang terakhir memegang jabatan itu adalah Seraya, yang menjadi imam besar pada zaman Raja Zedekia dari Yehuda. Seraya ini dibunuh oleh Nebukhadnezar ketika Yerusalem direbut pada tahun 607 SM. (Ezr 7:1, 6; 2Raj 25:18, 21) Di Babilon, orang-orang Yahudi tetap menghormati keimaman, dan karena itu, keluarga-keluarga imam mempertahankan identitas mereka. Selain itu, organisasi masyarakat Yahudi tetap berfungsi, dengan para tua-tuanya sebagai pemimpin. (Yeh 20:1) Keluarga Ezra tentu ingin sekali agar Ezra diperlengkapi dengan pengetahuan tentang hukum Allah; demikian pula Ezra sendiri. Karena itu, ia berpendidikan tinggi.

Menurut beberapa pakar, seseorang tidak dapat menjadi penulis sebelum berusia 30 tahun, jadi Ezra mungkin telah berusia lebih dari 30 tahun ketika ia pergi ke Yerusalem pada tahun 468 SM. Ia hidup pada masa pemerintahan Ahasweros, pada zaman Mordekai dan Ester, sewaktu ketetapan dikeluarkan untuk memusnahkan orang Yahudi di seluruh Imperium Persia. Banyak orang Yahudi tinggal di Babilon, sehingga krisis nasional itu pasti meninggalkan kesan yang tak terhapuskan pada diri Ezra, menguatkan imannya bahwa Yehuwa dapat memelihara dan menyelamatkan umat-Nya, dan menjadi pelatihan baginya, yang mematangkan kesanggupannya untuk menilai berbagai masalah dan kecakapannya untuk melaksanakan tugas yang luar biasa yang belakangan diberikan kepadanya.—Est 1:1; 3:7, 12, 13; 8:9; 9:1.

Ke Yerusalem. Pada tahun 468 SM, 69 tahun setelah sisa orang Yahudi yang setia kembali dari Babilon di bawah pimpinan Zerubabel, ’semua permohonan’ Ezra, yaitu untuk pergi ke Yerusalem dan memajukan ibadat murni di sana, dikabulkan oleh Artahsasta Longimanus, raja Persia. Menurut surat resmi raja, orang-orang Israel yang atas kehendak sendiri ingin pergi bersama Ezra ke Yerusalem hendaknya melakukan hal itu.—Ezr 7:1, 6, 12, 13.

Bahkan pada zaman Ezra, mengapa orang-orang Yahudi yang meninggalkan Babilon membutuhkan iman yang kuat?

Banyak orang Yahudi telah menjadi makmur di Babilon, dan prospek di Yerusalem tidak menarik dari segi materi. Yerusalem sangat jarang penduduknya. Awal yang baik yang dibuat oleh orang-orang Yahudi di bawah Zerubabel tampaknya sudah tidak berbekas. Seorang komentator, Dean Stanley, mengatakan, ”Yerusalem dihuni oleh sedikit orang, dan tujuan yang telah ditetapkan para pemukim pertama tidak terwujud. . . . Yang jelas, tembok-tembok Yerusalem masih belum rampung juga, entah karena kelemahan para pemukim yang pertama itu sendiri, atau karena serangan baru dari suku-suku di sekitarnya, yang tentangnya tidak kita ketahui dengan pasti; masih ada lubang-lubang yang besar sekali pada tembok, yaitu bekas gerbang-gerbang yang telah dibakar dan tidak diperbaiki; lereng bukit-bukitnya yang berbatu-batu dipenuhi dengan puing-puingnya; meskipun Bait sudah rampung, perabotan dan ornamen-ornamennya masih sangat kurang.” (Ezra and Nehemiah: Their Lives and Times, karya George Rawlinson, London, 1890, hlm. 21, 22) Jadi, kembali ke Yerusalem berarti kehilangan kedudukan, putus hubungan, meninggalkan kehidupan yang dapat dikatakan nyaman, dan membangun kehidupan baru di suatu negeri yang jauh, di bawah keadaan yang penuh ujian, kesukaran, dan mungkin berbahaya, belum lagi perjalanan yang panjang dan penuh risiko, karena bisa jadi mereka harus menghadapi banyak suku Arab yang memusuhi mereka dan musuh-musuh lainnya. Dibutuhkan kegairahan untuk ibadat sejati, iman akan Yehuwa, dan keberanian dalam mengambil keputusan untuk pindah. Hanya kira-kira 1.500 orang beserta keluarga mereka, mungkin seluruhnya kira-kira 6.000 orang, yang ternyata bersedia dan sanggup pergi. Ezra menghadapi tugas yang sulit sebagai pemimpin mereka. Tetapi perjalanan hidup Ezra di masa lampau telah menyiapkan dia, dan dia menguatkan dirinya karena tangan Yehuwa bekerja atasnya.—Ezr 7:10, 28; 8:1-14.

Allah Yehuwa menyediakan bantuan materi yang sangat dibutuhkan, sebab keadaan keuangan di Yerusalem tidak baik dan harta orang-orang yang melakukan perjalanan bersama Ezra terbatas. Raja Artahsasta dan ketujuh penasihatnya tergerak untuk memberikan sumbangan sukarela untuk membeli binatang-binatang korban serta persembahan biji-bijian dan persembahan minuman. Selain itu, Ezra diberi wewenang untuk menerima sumbangan untuk tujuan ini di distrik yurisdiksi Babilon. Jika ada dana yang tersisa, Ezra dan orang-orang yang ada bersamanya dapat menentukan cara penggunaannya yang terbaik. Bejana-bejana untuk dinas di bait harus diserahkan seluruhnya ke Yerusalem. Jika perlu, dana tambahan dapat diperoleh dari perbendaharaan raja. Para bendahara di seberang Sungai diberi tahu bahwa Ezra dapat meminta dari mereka perak, gandum, anggur, dan minyak sampai suatu jumlah tertentu, dan garam tanpa batas, dan bahwa permohonannya harus segera dipenuhi. Di samping itu, para imam dan pekerja bait dibebaskan dari pajak. Ezra juga diberi kuasa untuk mengangkat pejabat-pejabat pengadilan dan hakim-hakim, dan atas siapa pun yang tidak menaati hukum Allah dan hukum raja, hukuman harus dilaksanakan, ”apakah kematian atau pengusiran, atau denda atau pemenjaraan”.—Ezr 7:11-26.

Ezra mengakui bimbingan Yehuwa dalam hal ini dan ia segera melaksanakan tugasnya. Ia mengumpulkan orang Israel di tepi S. Ahawa, lalu menginspeksi bangsa itu selama tiga hari. Di sini ia mendapati bahwa, meskipun ada imam-imam di antara kelompok mereka, tidak satu pun dari orang-orang Lewi non-imam yang merelakan diri, padahal mereka sangat dibutuhkan untuk dinas di bait. Menghadapi hal ini, Ezra memperlihatkan kecakapannya sebagai pemimpin. Keadaan ini tidak membuatnya gentar; ia segera mengirimkan utusan resmi kepada orang-orang Yahudi di Kasifia. Mereka memberikan tanggapan yang baik dengan menyediakan 38 orang Lewi dan 220 orang Netinim. Bersama keluarga mereka, mereka ini tentu menambah jumlah rekan seperjalanan Ezra sehingga menjadi lebih dari 7.000 orang.—Ezr 7:27, 28; 8:15-20.

Lalu Ezra mengumumkan puasa untuk memohon jalan yang benar dari Yehuwa. Meskipun kafilahnya bakal mengangkut banyak barang berharga, Ezra tidak ingin mendatangkan aib sedikit pun ke atas nama Yehuwa dengan meminta pasukan pengawal, karena kepada raja ia telah menyatakan beriman penuh bahwa Yehuwa akan melindungi hamba-hamba-Nya. Setelah memohon kepada Allah, ia memanggil 12 kepala para imam, lalu untuk mereka ia dengan saksama menimbang sumbangan itu, yang pada zaman sekarang bernilai lebih dari $43.000.000, dan mempercayakan itu kepada mereka.—Ezr 8:21-30.

Tangan Yehuwa memang terbukti menyertai Ezra dan rekan-rekannya, melindungi mereka dari ”musuh di jalan”, sehingga mereka tiba dengan selamat di Yerusalem. (Ezr 8:22) Tanpa kesulitan, ia mendapat pengakuan dari para imam dan orang-orang Lewi yang melayani di bait, lalu menyerahkan barang-barang berharga yang ia bawa kepada mereka.—Ezr 8:31-34.

Mendesak Israel untuk Menyingkirkan Istri-Istri Asing. Setelah mempersembahkan korban di bait, Ezra mengetahui dari para pembesar bahwa banyak di antara rakyat, para imam, dan orang-orang Lewi yang tinggal di negeri itu telah memperistri wanita-wanita asing. Ketika mendengar hal ini, Ezra mengoyak pakaian dan mantelnya yang tidak berlengan, mencabut beberapa rambut dari kepala dan dari jenggotnya, dan terus duduk termangu sampai waktu persembahan biji-bijian senja. Kemudian, sambil berlutut dan menadahkan tangannya kepada Yehuwa, di hadapan orang Israel yang berkumpul, ia membuat pengakuan di hadapan umum atas dosa-dosa bangsanya, sejak zaman nenek moyang mereka.—Ezr 8:35–10:1.

Setelah itu, Syekania berbicara mewakili bangsa itu, menyarankan agar mereka mengadakan perjanjian dengan Yehuwa untuk menyingkirkan istri-istri asing mereka beserta anak-anak hasil perkawinan itu. Lalu, ia mengatakan kepada Ezra, ”Bangkitlah, karena perkara itu telah diserahkan kepadamu, dan kami menyertaimu. Jadilah kuat dan bertindaklah.” Maka, Ezra menyuruh bangsa itu bersumpah, dan berita dikirimkan agar semua bekas orang buangan berkumpul di Yerusalem dalam waktu tiga hari untuk meluruskan masalah ini. Pada kesempatan itu, Ezra mendesak orang-orang yang berkumpul itu agar membuat pengakuan kepada Yehuwa dan memisahkan diri dari istri-istri asing mereka. Akan tetapi, karena jumlah orang yang melakukan pelanggaran ini begitu besar, tidak mungkin segalanya ditangani pada waktu itu juga, tetapi secara bertahap, dalam jangka waktu kira-kira tiga bulan, kenajisan itu disingkirkan.—Ezr 10:2-17.

Bersama Nehemia. Tidak diketahui dengan pasti apakah Ezra tetap tinggal di Yerusalem atau kembali ke Babilon. Tetapi keadaan buruk kota itu, dengan kebejatan yang telah mempengaruhi keimaman, tampaknya merupakan petunjuk bahwa ia tidak berada di sana. Mungkin, ia dipanggil oleh Nehemia untuk kembali setelah tembok-tembok Yerusalem dibangun kembali. Bagaimanapun, kita melihat ia muncul lagi ketika diceritakan bahwa ia membacakan Hukum kepada rakyat yang berkumpul dan mengajar mereka. Pada hari kedua pertemuan itu, para kepala bangsa itu mengadakan pertemuan istimewa dengan Ezra untuk mendapatkan pemahaman akan Hukum. Perayaan Pondok diadakan dengan penuh sukacita. Setelah perayaan selama delapan hari, tanggal 24 Tisri ditetapkan sebagai hari berpantang dan hari pengakuan dosa-dosa mereka, disertai doa. Di bawah kepemimpinan dan pengarahan yang tegas dari Ezra dan Nehemia, dibuatlah ”pengaturan yang dapat dipercaya”, kali ini tidak secara lisan, tetapi tertulis, yang disahkan dengan meterai para pembesar, orang-orang Lewi, dan para imam.—Neh 8:1-9, 13-18; psl. 9.

Tulisan-tulisannya. Buku-buku Tawarikh dalam Alkitab, maupun buku yang menyandang nama Ezra, memberikan bukti bahwa Ezra adalah seorang periset yang tidak kenal lelah, yang memiliki pemahaman untuk menilai berbagai keterangan dalam salinan-salinan Hukum yang ada pada waktu itu. Dengan kegairahan yang luar biasa, dia meneliti dokumen-dokumen resmi bangsanya, dan tentu karena upaya dialah kita memiliki catatan yang saksama dalam buku-buku Tawarikh. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa dia diilhami roh Allah dan bahwa Allah membimbing dia dengan tujuan melestarikan sebagian besar sejarah Israel agar kita mendapat manfaat darinya.

Kegairahan Ezra untuk keadilbenaran, kesungguhannya dalam bersandar pada Yehuwa, kesetiaannya mengajarkan hukum Allah kepada Israel, dan kerajinannya memajukan ibadat sejati, menjadikannya salah satu di antara ”begitu banyak saksi bagaikan awan”, dan teladan yang patut ditiru.—Ibr 12:1.

2. Seorang imam yang kembali dari Babilon ke Yerusalem bersama Zerubabel pada tahun 537 SM.—Neh 12:1, 13.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan