PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2 “Pelabuhan Indah”
  • Pelabuhan Indah

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pelabuhan Indah
  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • Lasea
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Kisah Para Rasul—Perjalanan Paulus ke Roma dan Pemenjaraannya yang Pertama di Sana (Kis 27:1–28:31)
    Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru (Edisi Pelajaran)
  • Kreta
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Feniks
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2 “Pelabuhan Indah”

PELABUHAN INDAH

Pelabuhan di dekat kota Lasea yang dianggap sama dengan teluk di pantai selatan Kreta dan yang masih menggunakan nama yang sama dalam bahasa Yunani modern, Kaloi Limniones. (Kis 27:7, 8) Teluk ini terletak kira-kira 8 km di sebelah timur Tg. Matala (Akra Litinon), ujung selatan Kreta.

[Gambar di hlm. 306]

Pelabuhan Indah, Kreta, tempat berhentinya kapal yang membawa Paulus sebagai tahanan ke Roma

Sekitar tahun 58 M rasul Paulus, sebagai tahanan, berlayar dari Mira (di pantai selatan Asia Kecil) melalui Knidus dalam perjalanan ke Roma. Rute yang lebih langsung dari Knidus menuju Roma adalah lewat sebelah utara Kreta. Tetapi rupanya karena arah angin berlawanan, mungkin dari arah barat laut, para pelaut terpaksa mengambil jalur selatan dari Knidus ke Kreta kemudian berlayar di balik perlindungan pantai selatan pulau itu, dan akhirnya dengan susah payah tiba di Pelabuhan Indah.—Kis 27:5-8.

”Sudah banyak waktu berlalu” ketika mereka mempertimbangkan untuk meninggalkan Pelabuhan Indah, mungkin karena menunggu angin reda atau karena perjalanan yang lambat dan sulit. Puasa Hari Pendamaian (akhir September atau awal Oktober) sudah lewat, sehingga pelayaran akan berbahaya.—Kis 27:9.

Paulus, yang sering berada dalam bahaya di laut dan pernah mengalami karam kapal sekurang-kurangnya tiga kali (2Kor 11:25, 26), dengan bijaksana menyarankan agar kapal tetap tinggal di Pelabuhan Indah selama musim dingin. (Apakah sarannya dalam peristiwa ini terilham tidak disebutkan dalam catatan itu.) Akan tetapi, sang perwira, tampaknya yang memegang pimpinan, lebih mengindahkan saran juru mudi dan pemilik kapal. Karena ”tidak menyenangkan” untuk melewatkan musim dingin di Pelabuhan Indah, mayoritas menyarankan untuk meninggalkan tempat itu, dan para pelaut pun berlayar menuju Feniks yang letaknya sedikit lebih jauh di pantai yang sama. Angin selatan yang berembus dengan lembut ternyata menipu. Tidak lama kemudian kapal diterpa angin badai yang hebat dan akhirnya hancur di pantai Malta, kira-kira 900 km di sebelah barat.—Kis 27:9-15, 39-41; 28:1.

Mengenai catatan di buku Kisah ini, James Smith menulis, ”Menarik untuk mengamati bahwa seraya pengetahuan kita tentang tempat terjadinya kisah itu semakin bertambah, keautentikan dan kesaksamaannya pun diteguhkan. Kini, berdasarkan pengamatan Tn. Brown dan survei-survei mutakhir, diketahui bahwa Pelabuhan Indah ternyata begitu terlindung oleh pulau-pulau sehingga merupakan pelabuhan musim dingin yang baik sekali, walaupun tidak sebaik Lutro [diduga adalah Feniks]; mengingat badai angin utara dapat muncul secara mendadak, sering dan hebat, dan mengingat kapal itu pasti terseret ke laut jika badai tersebut muncul dalam pelayaran dari Pelabuhan Indah ke Lutro, kebijaksanaan saran yang diberikan oleh kapten kapal dan si pemilik kapal sangat diragukan, dan saran yang diberikan oleh St. Paulus mungkin juga didasarkan atas pengetahuan kelautan.”—The Voyage and Shipwreck of St. Paul, London, 1866, hlm. 85, ctk.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan