PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2 “Tidak Sah”
  • Tidak Sah

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Tidak Sah
  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • Yefta
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Abihu
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Yefta Memenuhi Ikrarnya kepada Yehuwa
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2007
  • Nadab
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2 “Tidak Sah”

TIDAK SAH

Tidak berdasarkan hukum. Kata Ibrani untuk anak yang tidak sah, atau anak haram, ialah mam·zerʹ, sebuah kata yang etimologinya tidak diketahui dengan pasti, tetapi mungkin berkaitan dengan kata Ibrani yang diterjemahkan ’borok’ di Yeremia 30:13 dan Hosea 5:13 dan dengan kata Arab yang berarti ”membusuk; menyebabkan mual”, yang memaksudkan kerusakan.

Hukum di Ulangan 23:2 menyatakan, ”Seorang anak haram tidak boleh masuk ke jemaat Yehuwa. Bahkan sampai keturunannya yang kesepuluh, tidak seorang pun boleh masuk ke jemaat Yehuwa.” Bilangan sepuluh menyatakan kelengkapan. Jadi, generasi ”kesepuluh” berarti bahwa orang-orang seperti itu tidak pernah dapat masuk ke dalam jemaat. Hukum yang sama berlaku bagi orang-orang Ammon dan Moab, dan ada tambahan kata-kata, ”sampai waktu yang tidak tertentu”, yang membuat pokok tersebut jelas. Namun, orang-orang Ammon dan Moab dikenai larangan tersebut bukan karena bapak-bapak leluhur mereka lahir sebagai hasil hubungan inses, sebagaimana dikatakan beberapa orang, melainkan karena sikap mereka kepada Israel ketika bangsa itu berada dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian.—Ul 23:3-6; lihat AMMON, ORANG.

Percabulan, perzinaan, dan inses adalah hal-hal yang memuakkan bagi Yehuwa. Di bawah Hukum, pezina dan orang yang melakukan inses harus dihukum mati, dan tidak ada putri Israel yang boleh menjadi pelacur. (Im 18:6, 29; 19:29; 20:10; Ul 23:17) Selanjutnya, jika putra yang tidak sah mendapat warisan, akan timbul kebingungan dan penyelenggaraan keluarga akan hancur; ia tidak dapat memperoleh milik pusaka di Israel.

Beberapa komentator menyatakan bahwa Yefta adalah anak haram, tetapi hal itu tidak benar. Alkitab tidak mengatakan bahwa ia anak haram, tetapi bahwa ”ia putra seorang wanita pelacur”. (Hak 11:1) Seperti Rahab, bekas pelacur yang menikah dengan seorang pria Israel bernama Salmon, ibu Yefta tidak diragukan menikah secara terhormat, dan Yefta bukan anak haram sama seperti putra Salmon dan Rahab, yang adalah nenek moyang jasmani Yesus Kristus. (Mat 1:5) Bisa jadi ibu Yefta adalah istri kedua Gilead, dan Yefta mungkin bahkan adalah anak sulung Gilead. Yefta mustahil menjadi anggota jemaat Israel andaikata ia anak haram, dan saudara-saudara tirinya, yang telah mengusirnya, tidak mungkin dapat secara sah meminta dia untuk menjadi kepala mereka. (Hak 11:2, 6, 11) Walaupun Yefta mungkin adalah putra istri kedua, tidak berarti ia anak haram. Putra istri kedua mempunyai hak warisan yang sama seperti putra seorang istri kesayangan, sebagaimana dinyatakan dalam Hukum di Ulangan 21:15-17.

Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, kata noʹthos (”anak haram”, NW; ”anak yang tidak sah”, BIS, Int) digunakan satu kali, di Ibrani 12:8. Seperti diperlihatkan oleh konteksnya, si penulis menyamakan Allah dengan seorang ayah yang mendisiplin putranya karena kasih. Karena itu si penulis mengatakan, ”Jika kamu tidak menerima disiplin yang juga diperoleh semua orang, kamu benar-benar anak haram, dan bukan putra.” Orang-orang yang mengaku sebagai putra Allah tetapi mempraktekkan dosa dan ketidaktaatan akan dikeluarkan dari sidang Allah dan tidak menerima disiplin yang Allah berikan kepada putra-putra-Nya yang sah untuk membawa mereka kepada kesempurnaan.

Api dan Dupa yang Tidak Sah. Di Imamat 10:1, kata Ibrani zar (bentuk feminin, za·rahʹ; harfiah, tidak dikenal) digunakan sehubungan dengan ”api yang tidak sah, yang tidak [Allah] tetapkan bagi mereka” tetapi yang dipersembahkan oleh Nadab dan Abihu, putra-putra Harun, ke hadapan Yehuwa dan karena alasan itu Ia menghukum mati mereka dengan api. (Im 10:2; Bil 3:4; 26:61) Selanjutnya, Yehuwa berfirman kepada Harun, ”Jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan, engkau bersama putra-putramu, apabila kamu masuk ke dalam kemah pertemuan, agar kamu tidak mati. Ini adalah ketetapan sampai waktu yang tidak tertentu bagi keturunanmu, agar kamu membedakan antara perkara yang kudus dan yang cemar dan antara perkara yang najis dan yang tahir, dan agar kamu mengajar putra-putra Israel semua peraturan yang Yehuwa sampaikan melalui Musa.” (Im 10:8-11) Hal ini tampaknya menunjukkan bahwa Nadab dan Abihu sedang mabuk, sehingga mereka berani mempersembahkan api yang tidak ditetapkan Allah. Api tersebut mungkin tidak sah karena tidak dipersembahkan pada waktu, tempat, atau dengan cara yang ditetapkan, atau bisa jadi dupa yang dipersembahkan komposisinya tidak seperti yang diuraikan di Keluaran 30:34, 35. Keadaan mabuk mereka tidak membebaskan mereka dari dosa tersebut.

Kata yang sama, zar, digunakan di Keluaran 30:9, sehubungan dengan pembakaran dupa yang tidak sah di mezbah dupa di Ruang Kudus.—Lihat Rbi8, ctk.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan