PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2 “Papirus”
  • Papirus

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Papirus
  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • Tahukah Saudara?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2021
  • Kertas
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Nilai Papirus Nash
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
  • Alkitab—Kisah Kelestarian yang Luar Biasa
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2009
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2 “Papirus”

PAPIRUS

[Ibr., goʹmeʼ].

Tanaman air yang besar dan termasuk famili teki-tekian. Batang, atau tangkainya, yang meruncing memiliki tiga sisi dan tumbuh di air dangkal, tingginya mencapai 2 hingga 6 m, dan pada ujungnya terdapat setandan bunga mirip rumput halus. (GAMBAR, Jil. 1, hlm. 544) Tanaman papirus digunakan untuk membuat berbagai barang, termasuk alat tulis.

Papirus (Cyperus papyrus) tumbuh subur di air yang dangkal serta tergenang atau di rawa dan di sepanjang tepian sungai yang tidak deras, seperti S. Nil bagian hilir, tempat tanaman ini dahulu tumbuh subur tetapi sekarang hampir punah. Bildad bertanya kepada Ayub, ”Apakah tanaman papirus akan menjadi tinggi tanpa ada tempat yang berawa?”—Ayb 8:11; Yes 35:7.

Batang-batang tanaman itu bisa mengapung, dan agar Musa yang masih bayi tidak dibunuh, ibunya menaruh dia dalam ”sebuah peti dari papirus” yang dilapisi dengan aspal dan minyak ter lalu membiarkan dia terapung di S. Nil. (Kel 2:3) Perahu-perahu besar untuk mengarungi jarak yang jauh juga terbuat dari papirus. (Yes 18:2) Bisa jadi perahu-perahu itu terbuat dari berkas-berkas batang papirus yang diikat menjadi satu. Ujung-ujung kapal itu sempit, tetapi bagian tengahnya cukup lebar untuk tempat penumpang berdiri. Pada tahun 1970, Thor Heyerdahl dan serombongan rekannya berlayar ribuan kilometer mengarungi Samudra Atlantik di atas kapal kecil seperti itu.

Digunakan sebagai Alat Tulis. Sewaktu orang-orang Mesir mengolah papirus menjadi alat tulis, mereka mengikuti proses yang cukup sederhana. Ketika mengumpulkan batang-batangnya, mereka memilih bagian yang tebal dan berempulur yang tumbuh di bawah permukaan air karena bahan mentah yang dihasilkan bagian tersebut paling lebar dan paling putih. Kulit luarnya dikupas, dan sisanya, yaitu inti yang berempulur dipotong menjadi ukuran yang tepat sepanjang 40 sampai 45 cm. Selanjutnya, empulur bagian dalam diiris menjadi potongan-potongan yang lebar dan sangat tipis. Kemudian, potongan-potongan tersebut diletakkan secara vertikal pada permukaan yang datar dan pinggiran-pinggirannya sedikit bertumpang tindih. Selapis potongan-potongan papirus lain diletakkan secara horizontal di atas lapisan potongan-potongan yang vertikal. Kedua lapisan tersebut dipukul-pukul dengan palu-kayu sampai menjadi satu lembaran. Kemudian, setelah dijemur, lembaran itu dipotong menurut ukuran yang diinginkan. Akhirnya, lembaran tersebut dihaluskan dan digosok dengan batu apung, cangkang, atau gading. Proses ini menghasilkan alat tulis yang cukup tahan lama, lentur dan hampir putih, yang tersedia dalam banyak ukuran dan berbagai mutu. Sisi dengan potongan-potongan horizontal biasanya dipilih untuk ditulisi, meskipun kadang-kadang sisi belakangnya digunakan untuk menyelesaikan suatu tulisan. Sambungan antarpotongan berfungsi untuk menuntun tangan si penulis seraya ia menulis dengan pena dari buluh dan tinta dari campuran getah, jelaga, dan air.

Lembaran-lembaran papirus ini dapat direkatkan di sepanjang pinggirannya dan digabung menjadi gulungan, biasanya terdiri dari kira-kira 20 lembar. Atau lembaran-lembaran tersebut dapat juga dilipat menjadi halaman-halaman untuk membentuk kodeks mirip buku yang menjadi populer di antara orang-orang Kristen masa awal. Gulungan-gulungan itu rata-rata panjangnya sekitar 4 sampai 6 m, meskipun ada gulungan yang dilestarikan yang panjangnya 40,5 m. Kata Yunani biʹblos pada mulanya digunakan untuk empulur lunak pada tanaman papirus, tetapi belakangan digunakan untuk memaksudkan sebuah buku. (Mat 1:1; Mrk 12:26) Bentuk jamak dari bentuk diminutif bi·bliʹon adalah bi·bliʹa, secara harfiah artinya ”buku-buku kecil”, dan dari sinilah kata ”Bible” (Alkitab) diambil. (2Tim 4:13, Int) Sebuah kota di Fenisia disebut Byblos setelah kota itu menjadi pusat industri papirus yang penting.

Gulungan-gulungan papirus digunakan secara luas sampai awal abad kedua M, sewaktu digantikan oleh kodeks papirus. Belakangan, pada abad keempat, popularitas papirus memudar, dan secara besar-besaran digantikan oleh alat tulis yang lebih tahan lama yang disebut vellum.

Papirus memiliki satu kelemahan besar sebagai alat tulis, yaitu tidak terlalu tahan lama. Papirus menjadi rusak di lingkungan yang lembap dan menjadi sangat rapuh jika disimpan di tempat yang sangat kering. Hingga abad ke-18 M, semua manuskrip papirus kuno diperkirakan telah musnah. Akan tetapi, pada akhir abad ke-19, sejumlah papirus Alkitab yang berharga disingkapkan. Penemuan-penemuan khususnya terjadi di Mesir dan di daerah sekitar L. Mati, tempat-tempat beriklim kering yang ideal untuk melestarikan papirus. Beberapa papirus Alkitab yang ditemukan di lokasi-lokasi ini berasal dari abad kedua atau pertama SM.

Banyak di antara penemuan-penemuan manuskrip papirus ini diberi istilah ”papirus”, seperti Papirus Nash dari abad pertama atau kedua SM, Papirus Rylands 457 (abad kedua SM), dan Papirus Chester Beatty No. 1 (dari abad ketiga M).

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan